Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja

Titry Frilyani - detikTravel
Kamis, 15 Feb 2018 10:42 WIB
loading...
Titry Frilyani
Pemandangan kota dilihat dari atas Udong hill
Setelah menaiki ratusan tangga, kita akan menemukan stupa utama, preah sakyamoni chedi
Stupa ini diyakini sebagai rumah peninggalan Buddha
Makam kerajaan dengan relief gajah
Siapkan tenaga untuk menaiki 509 anak tangga
Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja
Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja
Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja
Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja
Stupa Peninggalan Buddha di Bekas Ibu Kota Kamboja
Jakarta - Sebelum Phnom Penh, Udong pernah jadi ibu kota Kamboja selama 250 tahun. Di sini pula terdapat stupa yang diyakini sebagai rumah peninggalan Buddha.Nama Udong mungkin belum terlalu familiar bagi wisatawan dibandingkan Phnom Penh atau Siem Reap. Meskipun begitu, ternyata Udong pernah menjadi ibukota Kamboja selama 250 tahun.Yang menarik, di kota ini terdapat Udong Hill, dimana kita bisa menemukan stupa yang diyakini sebagai rumah peninggalan Buddha. Udong Hill terletak cukup jauh ke luar kota Phnom Penh. Jadi untuk menuju ke sana saya dan kedua orang tua saya menyewa tuktuk seharian dengan biaya 25 USD pulang pergi.Udong Hill dapat dicapai dari pusat kota Phnom Penh hampir sekitar 1 jam (sekitar 45 km dari Phnom Penh). Tempat ini memang belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan, terlihat dari jumlah wisatawan yang kami jumpai saat tiba di sana.Satu hal yang saya kagum dari negara ini adalah tempat wisata dikelola dengan baik oleh pemerintah. Untuk tiket di berbagai tempat wisata tidak ada pungli. Tiket masuk ke tempat ini adalah 1 USD.Turun dari tuktuk, sudah ada beberapa anak berumur sekitar 7-10 tahun yang awalnya berbasa-basi dengan bertanya kepada kami, asal kami dari mana, dan setelah itu langsung juga bertanya apakah kami butuh guide. Awalnya kami memang tidak berniat untuk ditemani guide, karena kami pikir toh hanya mau melihat stupa saja.Tapi ada satu anak lelaki yang akhirnya (luluh juga kami mendengar mereka menawarkan terus-terusan) jadi guide dadakan kami, supaya kami juga tau sedikit mengenai tempat ini. Untuk jasa guide anak kecil tersebut, kami memberikan 2 dolar.Terus terang, walaupun bisa berbahasa Inggris sedikit, tapi tidak sedikit juga yang kami tidak mengerti dari apa yang dia ucapkan karena bahasa Inggrisnya kurang jelas. Tapi dipikir-pikir, berani dan pede juga anak-anak ini.Untuk sampai di bukit, kami harus menaiki anak tangga sebanyak 509 buah, lumayan banget! Lumayan capek maksudnya. Jadi kami perlu istirahat beberapa kali sebelum melanjutkan naik. Untungnya di kanan kiri tangga adalah pepohonan yang cukup rindang sehingga kami tidak kepanasan.Di kawasan ini juga banyak monyet, ada sekitar 200 ekor. Tidak terlalu mengganggu asal kita juga tidak mengganggu mereka.Sesampainya di atas yang pastinya tidak ada pohon, terlihatlah sebuah stupa yang tidak terlalu besar namun indah. Memasuki lantai dimana terdapat stupa ini, kita tidak boleh memakai alas kaki dan topi.Karena saat itu sudah siang dan cuaca sangat panas, saya harus cepat-cepat melangkahkan kaki dan jinjit saking panasnya menyentuh lantai. Benar-benar panas.Dari atas sini pula, kita bisa melihat pemandangan indah dan hijau di sekitar kawasan ini.Berjalan kaki sedikit ke belakang stupa, ternyata ada stupa lain yang sepertinya usianya sudah cukup tua jika dilihat dari dinding-dindingnya. Namun di sini cukup rindang sehingga kami bisa bersembunyi dari matahari sebentar.Di sini juga ada beberapa orang yang menjual minuman (tahu aja pasti orang-orang bakalan haus). Setelah cukup foto-foto, kami kembali ke bawah untuk menuju tuktuk dan meneruskan perjalanan ke tempat lain.
Hide Ads