Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba

Wayan Pai - detikTravel
Senin, 02 Okt 2017 11:26 WIB
Rumah khas Sumba dengan atap dari alang-alang di Desa Tarung Sumba Barat lengkap dengan Sarkofagus di muka rumah
Desa Pau Sumba Timur yang masih kental adat dan budaya
Bersama mama pengrajin tenun ikat di Haumara Sumba Timur
Pantai Watu Bela dengan landscape bebatuan dan pasir putih yang lembut
Keheningan sunset dan savana Sumba yang memukau
Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba
Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba
Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba
Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba
Rindu Savana & Pantai Cantik Sumba
Jakarta - Jika mau liburan, Sumba layak jadi daftar tujuan. Dijamin kamu akan rindu dengan pemandangan eksotis savana dan cantiknya pantai Sumba, sehingga enggan pulang.Pulau Sumba masuk wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya berada di sebelah barat laut Sumbawa, berbatasan dengan Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di bagian selatan. Di bagian timur terletak Laut Sawu serta di sebelah selatan dan barat Samudra Hindia.Saat pesawat kami mendarat di airport Umbu Mehang Kunda Waingapu Sumba Timur, kami segera melanjutkan perjalanan darat menuju tempat pengrajin tenun ikat yang banyak dicari oleh para peneliti dunia dan penggiat textile nasional.Berkendara selama 20 menit dari Umbu Mehang Kunda kami tiba di kampung Haumara, desa yang ditinggali oleh para pengrajin tenun ikat khas Sumba Timur. Kami bertemu dan belajar dengan mama pengrajin tenun ikat dari proses pewarnaan yang masih menggunakan bahan dari alam, teknik menenun, serta makna corak khas tenun Sumba Timur yang berbeda dengan Sumba Barat.Kami pun kembali melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Desa Pau dan berkesempatan bertemu dengan raja terakhir serta berbincang bincang tentang Desa Pau ini. Suasana dan tradisi yang masih kental sangat terasa di desa ini. Masyarakat Sumba sebagian besar menganut kepercayaan animisme Merapu, Kristen Protestan dan Katolik.Rumah khas penduduk Sumba yang tidak berjendela dengan atap dari alang alang setinggi kurang lebih 20m, serta upacara kematianΒ  dirayakan dengan upacara besar. Kami perhatikan dihalaman rumah di desa ini terdapat Sarkofagus, satu peninggalan jaman megalithikum yang berfungsi sebagai keranda dari batu besar berbentuk lesung atau palung dengan ditutup bagian atasnya.Setelah terpesona dengan kain tenun ikat Sumba Timur dan belajar budaya masyarakat setempat giliran menikmati pemandangan magis bukit dan savana di Sumba. Perjalanan menuju Sumba Tengah dan Barat selama 3 jam dengan jalan yang mulus dan berbukit mengingatkan saya pada puisi penyair terkenal Taufik Ismail "Beri Daku Sumba".Perbukitan tampak berlapis, savana sepanjang mata memandang dengan kuda liar dan kerbau yang seolah kami berada di dunia antah berantah, kami pun berhenti sejenak mengabadikan dan menghirup sensasi angin rumput savana di bukit yang pernah menjadi lokasi syuting film-film nasional seperti karya Garin Nugroho dan Mira Lesmana."Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka. Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh..." sepenggal puisi karya Taufiq IsmailΒ  pada tahun 1970 menjadi inspirasi saya dalam perjalanan ke Sumba kali ini.Segera rasakan sendiri dramatisnya perbukitan dan savana di Sumba dan jangan lupa bawa pulang oleh-oleh kain tenun ikat Sumba yang sudah terkenal.
Hide Ads