Weekend Getaway di Bogor, Bisa Wisata Alam Hingga Sejarah
Sabtu, 09 Des 2017 13:20 WIB

Hadziq Rifai
Jakarta - Berbicara tentang pesona Bogor takkan ada habisnya. Kota yang dijuluki sebagai kota hujan ini punya panorama alam cantik dan sarat sejarah.Kota yang terletak tidak jauh dari Jakarta ini, bukan saja memiliki keanekaragaman wisata kulinernya melainkan banyak terdapat jajaran air terjun yang harus dikunjungi.Salah satunya adalah Curug Cipeteuy yang berlokasi di Kampung Cibalay, Desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Curug tersebut masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.Kawasan tersebut mulai dibuka sejak tahun 2000-an, hanya saja mulai ramai dikunjungi oleh traveler setahun belakangan ini.Kebetulan saat itu, ada teman yang berasal dari Bandung ingin mengunjungi kota Bogor. Dan saya rekomendasikan untuk mengunjungi curug-curug yang ada di kota Bogor. Rencananya ingin camping di area Curug Cipeteuy. Namun 3 hari menjelang keberangkatan, cuaca di Jabodetabek kerap kali diguyur hujan pada sore hari.Keraguan pun muncul di benakku, kemudian saya memutuskan untuk tidak jadi camping dan merubah rencana untuk mencari penginapan di sekitar wilayah Ciapus yang letaknya tidak begitu jauh dari lokasi curug tersebut. Renni pun menyetujui dengan rencana tersebut. Dan saya pun mulai mencari penginapan melalui aplikasi.Hari jumat pagi (21/07/17), saya mulai membooking penginapan Simply Room yang terletak di wilayah Ciapus melalui aplikasi dan membayarnya melalui mini market dengan tarif menginap Rp 147.000 per malam. Saat itu, saya hanya membooking untuk 1 malam dikarenakan ingin melihat suasana cuaca di kota Bogor terlebih dahulu. Jika cuaca cerah rencananya mau camping, tapi jika masih hujan terpaksa harus bermalam lagi di penginapan tersebut.Saat sore hari setelah menyelesaikan rutinitas seperti biasanya, saya pulang ke rumah dan packing dengan membawa perlengkapan yang hanya dibutuhkan. Setelah itu berangkat menuju penginapan menggunakan sepeda motor. Namun saat di sekitar wilayah Bogor Trade Mall, hujan turun dengan derasnya. Saya pun menepikan sepeda motor di salah satu ruko untuk berteduh sambil menunggu hujan reda.Hal ini pun saya konfirmasikan ke Renni yang sedang di dalam bus menuju perjalanan ke kota Bogor. 30 menit kemudian, hujan pun reda. Saya melanjutkan perjalanan kembali menuju penginapan. Sesampainya di sana, saya langsung check-in dan masuk ke dalam kamar. Penginapan tersebut hanya memiliki 6 kamar yang menjadi satu dengan rumah si pemilik penginapan.Lama saya menunggu kedatangan Renni hingga sempat tertidur sesaat. Sekitar pukul 23.00, saya terbangun dan menanyakan posisi Renni yang saat itu sudah memasuki kota Bogor. Saya pun segera keluar dari penginapan dan berjalan menuju Terminal Baranangsiang untuk menjemput Renni.Sesampainya di depan Terminal Baranangsiang, bus tersebut belum masuk ke dalam terminal. Saya tetap menunggu di pintu masuk terminal sambil memesan secangkir kopi susu hangat. Tidak berapa lama, bus yang dinaiki Renni pun tiba dan berjalan perlahan-lahan masuk ke dalam terminal lalu berhenti.Sejenak pandanganku beralih ke pintu bus dan memandang tiap-tiap penumpang yang turun keluar dari dalam bus. Setelah melihatnya, saya pun melambaikan tangan sambil memanggil namanya. Renni pun menghampiriku, lalu menaiki sepeda motor dan berjalan menuju penginapan untuk beristirahat karena esok hari harus berangkat sepagi mungkin menuju Curug Cipeteuy.Hari sabtu pagi (22/07/17), sekitar pukul 08.00 WIB, setelah bangun tidur, kami berangkat menuju Curug Cipeteuy dengan sepeda motor. Namun saat keluar dari lokasi komplek penginapan, kami berhenti di mini market untuk membeli bahan baku kebutuhan seperti air mineral dan lainya. Dan tidak jauh dari tempat tersebut, kami makan sarapan lontong sayur terlebih dahulu.Usai sarapan, kami melanjutkan perjalanan. Kondisi jalan sangat bagus dan di sepanjang jalan terdapat beberapa plang informasi seperti Situs Batu Tapak, Situs Punden Berundak, Kampung Sindang Barang, Pura Parahyangan dan juga keberadaan Curug Luhur. Namun di beberapa titik terdapat jalanan yang rusak dan berlubang.Sekitar kurang lebih 45 menit perjalanan, kami tiba di sebuah gang yang terdapat plang Situs Arca Domas. Di situ saya membelokkan sepeda motor dan masuk ke dalam. Kondisi jalan hanya bisa dilalui sepeda motor dengan tekstur jalan yang di semen bercampur kerikil yang menanjak ke atas dan turun ke bawah yang sedikit curam. Namun di sepanjang jalan mata disuguhi dengan panorama alam dan pemandangan sawah-sawah yang sudah menguning.Setelah memarkirkan sepeda motor di salah satu rumah warga setempat, kami melanjutkan trekking menuju pintu masuk Curug Cipeteuy dengan kondisi jalan yang penuh dengan bebatuan bercampur tanah. Kurang lebih 20 menit trekking, kami tiba di pintu masuk Situs Cibalay. Untuk tiket masuk Rp 15.000 per orang.Sebelum menuju ke Curug Cipeteuy, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Situs Cibalay. Trekking ke atas melalui anak tangga yang terbuat dari tanah dan melewati hutan pinus, sudah tampak bebatuan beberapa situs megalitikum. Kawasan tersebut merupakan lokasi situs megalitik Batu Cibalay yang terdiri dari Situs Kramat Endong Kasang, Situs Balekambang, Situs Arca Domas, Situs Jamipaciing dan Situs Pasir Manggis.Dari kelima situs tersebut, bentuk dan tipe ukurannya berkisar antara 2000-3000 SM. Temuan pertama dilaporkan oleh NJ Krom tahun 1914 dalam Rapporten van den Oudheidkundige Diensten Nederlandsch-indie 1914: Inventaris derhindoe oudheden. Batuan megalitik Cibalay berupa punden berundak, menhir dan batu tegak/ batu kubur yang dalam penempatan dan susunannya tidak terarah pada suatu sudut.Situs Cibalay juga dijadikan pemakaman karena di Situs Balekambang dan Situs Jamipaciing terdapat nama-nama Mangutapak, Patah Aki Soleh, Eyang Nuralam yang di makamkan dekat atau berdampingan dengan situs megalitik tersebut. Lokasi situs pun dipagari dengan kawat. Saat itu kami sangat beruntung diperbolehkan masuk ke dalam areal tersebut oleh penjaganya dan melihat lebih dekat keberadaan situs-situs megalitik tersebut.Usai berkeliling di sekitar situs megalitik, kami menuju ke Curug Cipeteuy dengan menuruni anak tangga yang terbuat dari tanah tanah lalu berjalan ke arah kanan dengan trek yang sangat landai lalu turun ke bawah memasuki hutan pinus lagi. Di lokasi ini lah yang menjadi tempat perkemahan untuk yang mau camping.Tiba di area perkemahan, kami berjalan menuju Curug Cipeteuy yang berbentuk kolam alami yang dihiasi dengan air terjun mini dengan aliran air jernih yang sangat deras. Saat itu hanya ada saya dan Renni saja. Sejenak menikmati suasana alam yang begitu tenang dan damai. Lalu saya mengeluarkan kompor portable untuk memasak air.Sambil menunggu air matang, saya menceburkan diri di dalam kolam alami Curug Cipeteuy dan berendam di dalamnya. Kedalaman air hanya setinggi lutut orang dewasa, airnya sangat jernih dan bersih, sehingga saya pun betah di dalam kolam meskipun dingin. Setelah itu, saya pun beranjak dari dalam kolam karena air sudah matang lalu membuat teh tarik hangat untuk di minum.Tak lama kemudian ada 2 orang lain yang datang ke tempat tersebut. Mereka berasal dari kota Bogor. Kami sempat ngobrol sebentar, karena saat itu turun hujan gerimis yang mengharuskan kami untuk berpindah tempat kembali ke areal perkemahan. Karena di tempat tersebut terdapat gubuk-gubuk yang sepertinya digunakan oleh warga setempat untuk berjualan.Saya dan renni berteduh di salah satu gubuk tersebut karena sedang tidak digunakan oleh pemiliknya. Usai hujan gerimis berhenti, saya dan Renni berjalan menuju Curug Segitiga yang spotnya berada di bawah Curug Cipeteuy. Untuk menuju ke sana, kami harus berjalan melewati Curug Cipeteuy dan menyisir aliran air sampai di ujung.Terdapat jembatan yang terbuat dari bambu menurun curam ke bawah. Jembatan ini hanya bisa di lalui oleh satu orang secara bergantian. Setelah Renni turun terlebih dahulu, saya pun menyusulnya dengan berjalan perlahan-lahan. Di lokasi ini, keindahan yang tersembunyi sangat terlihat.Setelah menaruh barang bawaan, saya dan Renni menikmati kolam-kolam alami dengan air yang super jernih. Setelah itu, kami berjalan menyisir ke kanan menuju Curug Segitiga. Seperti lorong yang di himpit oleh bebatuan dan harus masuk ke dalam air untuk menuju curug tersebut. Di namakan Curug Segitiga karena di sisi kanan curug tersebut terdapat gua yang berbentuk segitiga.Saat itu tak ada seorang pun di lokasi tersebut selain saya dan Renni. Sementara kedalaman air yang ada di Curug Segitiga kurang lebih sekitar 2-3 meter. Suasana hening dan sunyi kurasakan di area tersebut, benar-benar tenang dan sangat damai. Cukup lama kami berada di lokasi tersebut, hingga akhirnya harus kembali ke atas untuk menelusuri spot lainnya.Setelah merapikan barang bawaan, Renni naik ke atas terlebih dahulu melalui jembatan tersebut yang kemudian kususul secara perlahan-lahan. Sampai di atas, kami berjalan menuju Leuwi Anteng yang berada tidak jauh dari area perkemahaan. Dan lokasi tersebut sangat mudah untuk ditemui.Di Leuwi Anteng terbentuk kolam alami dengan aliran air deras yang membentuk air terjun mini. Di lokasi tersebut airnya pun sangat jernih dan untuk kedalamannya sekitar kurang lebih 2 meter. Saya pun kembali berendam di dalamnya meskipun hanya sebentar. Sesekali, saya menoleh ke atas melihat cuaca karena awan yang terlihat mendung.Keberadaan kami di Leuwi Anteng tidak begitu lama, dan kembali ke area perkemahan untuk menikmati alam sekitar yang dikelilingi oleh hutan pinus. Kami bertemu kembali dengan kedua orang tersebut yang kami temui di Curug Cipeteuy. Setelah ngobrol dengan mereka, saya membuka matras lalu memasak air kembali, setelah itu memasang hammock.Cukup lama kami berada di area perkemahan untuk menikmati panorama alam sekitar, hingga akhirnya karena suasana cuaca yang sangat mendung dan terlihat sebentar lagi akan turun hujan. Saya memutuskan untuk kembali ke penginapan. Setelah membereskan barang bawaan, kami berjalan melintasi hutan pinus menuju parkiran motor.Sesampainya di parkiran motor dengan membayar parkir sebesar Rp 5.000, kami segera kembali ke penginapan dengan berjalan perlahan-lahan karena kondisi jalan yang basah, menanjak dan menurun curam. Setibanya di jalan utama dan saat melintasi Curug Luhur, hujan pun turun deras. Kami terpaksa berhenti di salah satu warung untuk berteduh sampai hujan reda.Kurang lebih 20 menit kemudian, hujan reda, kami melanjutkan perjalanan kembali. Namun di pertengahan jalan, hujan kembali deras dan terpaksa kami harus berhenti lagi untuk berteduh di salah satu warung. Cukup lama kami berada di sini duduk menanti hujan reda. Kurang lebih sekitar 30 menit berlalu, hujan kembali reda dan kami melanjutkan perjalanan lagi hingga akhirnya tiba di penginapan.How To Get There ?Jika kamu berasal dari Jakarta menggunakan mobil atau motor. Arahkan mobil menuju Bogor, sesampainya di kota Bogor, arahkan kendaraan menuju Bogor Trade Mall (BTM) lalu ambil jalur kiri lurus terus hingga terdapat pertigaan lampu merah kemudian belok kanan ke arah Ciapus. Ikuti jalan utama, nanti bertemu jalan yang bercabang, jika ke kanan ke arah Ciomas, ke kiri ke arah Ciapus, ambil jalur kiri lurus terus dan ikuti jalan utama hingga akhirnya bertemu pertigaan tempat angkot-angkot ngetem, kemudian belok kanan ke arah Curug Luhur.Terus ikuti jalan utama tersebut hingga menemui Curug Luhur. Sampai disini kurang lebih sekitar 2 kilometer lagi menanjak ke atas, nanti akan ada plang Situs Arca Domas. Arahkan kendaraan belok kiri menuju Situs Megalitik Arca Domas, lalu ikuti jalan utama yang tidak terlalu besar hingga terdapat plang informasi parkir kendaraan di salah satu rumah warga.Dan perjalanan dilanjutkan dengan trekking kurang lebih 20 menit melewati perkebunan warga dengan jalan yang masih bebatuan bercampur tanah. Dengan kondisi jalan yang landai dan sedikit menanjak, nanti terlihat bebatuan Situs Megalitik yang berhamburan. Untuk harga tiket masuk Rp 15.000 per orang dan biaya parkir motor Rp 5.000.Saran saya sebaiknya Anda menggunakan sepeda motor untuk mengunjungi Curug Cipeteuy, kemudian membawa bekal sendiri (beli di mini market) dan bawalah bekal makanan yang dibutuhkan. Sampai di lokasi buanglah sampah pada tempatnya atau bawa kembali sampahmu untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum