Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Kamis, 01 Jun 2017 15:48 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Wisata Ramadan ke Surau Atok Ijuk Sicincin yang Unik di Padang Pariaman

Bayu Haryanto
d'Traveler
Surau Atok Ijuk Sicincin sungguh mempesona dan unik
Surau Atok Ijuk Sicincin sungguh mempesona dan unik
Perpaduan ornamamen ukir Minangkabau dan tulisan Arab
Perpaduan ornamamen ukir Minangkabau dan tulisan Arab
Surau Atok Ijuk Sicincin sangat asri dan suasananya sepi
Surau Atok Ijuk Sicincin sangat asri dan suasananya sepi
detikTravel Community - Masjid dengan arsitektur tradisional adalah daya tarik untuk wisata religi di Bulan Ramadan. Coba datang ke Surau Atok Ijuk Sicincin di Padang Pariaman.Di Minangkabau sudah jarang ditemukan surau yang memiliki atap ijuk, jika ada itu pun sudah tua. Seperti Surau Atok Ijuk Sicincin atau Masjid Tuo Pauh Sicincin yang berada di Korong Pauh, Nagari Sicincin, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.Tidak sulit untuk menjumpainya, karena dapat diakes dengan kendaraan motor dan mobil. Jalannya dalam keadaan baik dan sudah diaspal, sekitar 400 m dari Jalan Raya Padang-Bukitinggi dan Pasar Sicincin.Surau ini memiliki arsitektur yang unik dan khas. Terlihat dari atapnya bertingkat berbahan ijuk, berbentuk bujur sangkar dan lantai berpanggung. Letak surau ini berada lebih rendah dari jalan utama perkampungan. Sekeliling area surau ini masih asri dan banyak pepohonan sehingga sangat menyegarkan mata.Bila pernah berkunjung ke Masjid Tuo Kayu Jao, Kabupaten Solok, maka sekilas akan terlihat mirip. Mulai dari arsitektur bangunannya, bentuknya, ada atap gonjong hingga lokasinya berada di bawah jalan perkampungan. Tentunya masih beratap Ijuk. Mungkin yang membedakan ornamen-ornamen yang menjadi ciri khasnya.Seluruh kerangka suraunya tidak memakai paku sebagai penguat, tetapi hanya menggunakan pasak-pasak yang cukup kuat. Masjid ini memiliki luas area bangunan 10 x 10 meter dan ciri khas bentuk gonjong pada bagian tampak depannya.Terlihat juga ada perpaduan ukiran Minangkabau dan tulisan Arab. Kemudian tak jauh dari surau terdapat satu bangunan lain untuk tempat wudhu dan toilet. Atapnya terbuat dari ijuk dengan bentuk atap tumpang. Kira-kira ketebalannya lebih dari 2 cm. Dinding surau masih terbuat dari kayu dan sangat terlihat jelas kayu yang digunakan masih baru.Tangga masuk surau terbuat dari beton dengan motif bangunan tangga zaman Belanda. Kemudian uniknya, kayu yang digunakan sebagai tiang dan tonggak lainnya dalam membangun surau ini menggunakan kayu pilihan, sehingga sulit ditembus oleh paku.Kabarnya surau ini telah berumur ratusan tahun yang dibangun secara bergotong royong oleh masyarakat setempat. Ada yang menuliskan sudah bediri sejak abad ke-15. Namun, ada juga yang menceritakan tahun 1700-an.Surau ini merupakan cagar budaya yang telah di tetapkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar dengan nomor inventaris 06/BcB-TB/A/13/2007. Surai ini juga telah dipugar tanpa menghilangkan bentuk aslinya pada tahun 2015 lalu.Saat ini telah ada masjid baru yang lebih luas dan dapat memampung jemaah dalam jumlah besar sehingga dapat digunakan masyarakat sekitar untuk aktivitas keagamaan. Kabarnya dibangun tahun 1887. Namun, perannya sebagai surau masih tetap digunakan. Tentunya untuk tempat ibadah dan mengaji. Bahkan ketika bulan Ramadan pun masih digunakan untuk salat Tarawih.Surau ini telah mengajak kita untuk berpetualangan melewati lorong waktu melihat peradaban Islam yang telah berkembang sedari dulunya di daerah ini.

BERITA TERKAIT
BACA JUGA