Rumah Tjong A Fie, Nuansa Tionghoa di Kota Medan
Kamis, 26 Jan 2017 10:08 WIB

Ivonesuryani
Jakarta - Tionghoa menjadi salah satu bangsa yang menorehkan budayanya di Indonesia. Ini sepenggal Tionghoa yang masih tertinggal di Medan, Rumah Tjong A Fie.Jika Anda ke Medan, saya rekomendasikan untuk mampir ke Rumah Tjong A Fie di Jln. Jend. Ahmad Yani No. 105 Medan. Di sana ada rumah milik Tjong A Fie.Tjong A Fie adalah seorang pengusaha, bankir dan kapitan yang berasal dari Tiongkok dan sukses membangun bisnis besar dalam bidang perkebunan di Sumatera. Karyawan-karyawannya ada yang ia datangkan langsung dari India. Tjong A Fie juga dekat dengan kaum terpandang di Medan, di antaranya Sultan Deli, Makmun Al Rasjid serta pejabat-pejabat kolonial Belanda.Tjong A Fie Mansion atau lebih dikenal sebagai Rumah Tjong A Fie adalah rumah tinggal yang kemudian dibuka untuk umum. Sebagian besar rumah dijadikan museum yang menyimpan barang-barang milik Tjong A Fie dan keluarga. Rumah dua lantai ini memiliki 35 ruangan, dikelola dengan sangat baik oleh keturunannya dan terbuka bagi siapa saja yang ingin melihat jejak peradaban Tionghoa di Medan.Rumah besar yang didirikan Tjong A Fie pada tahun 1900 ini dibangun dengan desain yang sangat cantik, gabungan arsitektur Cina, Melayu dan Art Deco. Di buka pertama kali pada saat peringatan ulang tahun Tjong A fie yang ke 150 tahun, rumah bersejarah ini kini ditetapkan sebagai salah satu bangunan bersejarah dan merupakan cagar budaya oleh pemerintah Medan.Ketika masuk ke Rumah Tjong A Fie, kita akan melihat tiga ruang tamu yang diperuntukan bagi tamu dari Eropa, Tionghoa dan Melayu. Ketiga ruangan tersebut mempunyai desain yang berbeda, sesuai dengan kebangsaan tamunya.Kemudian kita akan dibawa oleh pemandu ke ruang tidur Tjong A Fie, ruang makan dan ruangan lainnya yang menyimpan banyak dokumentasi aktifitas Tjong A Fie semasa hidupnya.Tjong A Fie dikenal juga sebagai orang yang dermawan. Ia memberikan sumbangsih yang cukup besar pada pembangunan kota Medan. Misalnya pembangunan beberapa tempat ibadah, bank dan berbagai layanan transportasi.Yang paling membuat saya speechless adalah ketika membaca Testament No. 67. Ini adalah surat wasiat Tjong A Fie yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, ditulis pada tahun 1920, setahun sebelum ia wafat. Surat ini dipajang di salah satu dinding ruangan.Menjelang ajalnya Tjong A Fie mewasiatkan untuk memberikan seluruh kekayaanya kepada yayasan Toen Moek Tong. Hal ini dilakukan untuk membantu berbagai bidang kehidupan seperti pendididkan, memberikan santunan kepada yang berkepentingan dan korban bencana alam tanpa membedakan golongan dan bangsanya.Selain belajar sejarah peradaban Tionghoa di Medan, kita juga bisa belajar kebesaran jiwa dari Tjong A Fie. Dirinya mempunyai peran besar dalam memberi warna pada budaya Medan.
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara