Keindahan Sawai di Maluku yang Masih Tersembunyi
Selasa, 31 Jan 2017 17:45 WIB

Diah Andrini Dewi
Jakarta - Sawai di Maluku ternyata menyimpan pesona keindahan yang mesti dilihat traveler. Ada Pantai Mata Air Belanda, sampai industri pembuatan sagu lokal.Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa saya akan menginjakkan kaki di Sawai, sebuah daerah cantik di Timur Indonesia. Berbekal tiket promo dari salah satu maskapai penerbangan nasional Indonesia, saya berhasil mendarat di Ambon, kota dimana Sawai berada.Selama berada di Sawai saya dan ketiga orang sahabat memilih untuk menginap di Lisar Bahari. Selain harganya bersahabat, fasilitas dan pelayanannya pun memuaskan ditambah dengan pilihan paket wisata yang dapat kami ambil selama berlibur di tempat ini membuat kami serasa one stop shopping.Mengingat banyak blog yang merekomendasikan untuk jelajah pulau di Sawai, maka kami pun sepakat untuk mengambil paket Island Hoping.Selang hari berganti, awak kapal sudah menanti kami di dermaga, kami pun bergegas tak ingin membuatnya lama menunggu. Tur diawali dengan mengunjungi tempat pembuatan sagu. Untuk sampai di tujuan, kami melintasi Laut Seram hingga menyusuri aliran sungai Salawai yang dikelilingi oleh pepohonan di sisi kiri dan kanannya.Sesampainnya di lokasi, kami bertemu dengan dua orang Bapak setengah baya yang sedang membuat sagu dengan alat sederhana. Melalui keduanya kami mendapat informasi tentang bagaimana proses pembuatan sagu. Mulai dari batang sagu yang digiling, lalu diperas, dan kemudian diendapkan untuk mendapat sarinya. Sari inilah yang pada akhirnya akan dijadikan sagu untuk dikonsumsi.Puas mengamati proses pembuatan sagu perjalanan pun dilanjutkan menuju destinasi berikutnya yakni Pantai Mata Air Belanda. Dinamakan demikian, karena orang Belanda yang pertama kali menemukannya. Hamparan pasir putih menyambut kedatangan kami dengan pesonanya yang memikat.Jernihnya air sekitar pantai membuat kapal yang kami tumpangi seolah melayang dalam keheningan. Dari kejauhan nampak rimbunnya pepohonan yang menyembul dari balik bukit. Kami pun mulai menyusuri pantai hingga berujung pada sebuah sungai kecil yang sumber airnya berasal dari gunung dan bermuara di pantai Teluk Saleman.Sungai ini dikelilingi oleh pepohonan, ranting dan akar belukar yang mencuat dari dalam tanah. Meski lokasinya berdekatan dengan pantai namun sumber mata air ini memiliki rasa yang tawar dan dingin sehingga memberi sensasi kesejukan saat kaki ini menyusuri sungai.Setelah berhasil menemukan sumber Mata Air Belanda, kami pun menuju Pulau Jodoh. Nama yang cukup akrab ditelinga para kaum single seperti saya, Jodoh.Menurut cerita guide kami, Pulau ini sebenarnya bernama Pulau Sapalewa, namun sejak ada seorang wisatawan asing yang bertemu dan jatuh cinta kepada salah seorang warga lokal di tempat ini hingga cinta mereka berlabuh di pelaminan, sejak saat itulah orang-orang menyebut tempat ini sebagai Pulau Jodoh. Berawal dari kisah ini pula akhirnya muncul sebuah mitos bahwa bahwa jika ada orang yang mengelilingi pulau ini sebanyak tujuh kali maka akan segera bertemu dengan jodohnya. Sempat terpikir untuk membuktikannya, namun perut yang keroncongan membuat saya tak punya banyak tenaga untuk melakukannya, sehingga niat itu pun saya urungkan.Sunyi dan tenang itulah kesan yang pertama kali ada di benak saya manakala tiba di pulau ini. Hamparan pasir putih nampak terhampar luas mengelilingi pulau dihiasi pepohonan merambat dan bunga liar di beberapa bagiannya. Di sudut yang lain terdapat batang pohon besar yang tergeletak begitu saja membuat kami secara spontan menjadikannya latar cantik untuk berfoto.Suasana makan siang kami begitu rileks dan menyenangkan, membuat kami siap untuk menjelajah kembali.
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit