Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere

Suryani Amin - detikTravel
Sabtu, 09 Apr 2016 13:25 WIB
loading...
Suryani Amin
Aktivitas bongkar hasil tangkapan
Menadah sekeranjang kecil ikan tangkapan
Pemandangan menjelang hujan
Lapak ikan
Bersiap mengabadikan pasar ikan
Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere
Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere
Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere
Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere
Sepenggal Wajah Makassar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere
Jakarta - Saat traveling ke Makassar, sempatkan untuk melihat potret keseharian warga di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere. Inilah wajah lain Kota Makassar yang perlu traveler lihat.Jika tertarik memahami dinamika keseharian pendudukΒ  lokal, pasar adalah tempat yang tepat untuk dieksplorasi. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere sejatinya seperti namanya, adalah media bertemu pedagang dan pembeli ikan.Di sini, transaksi langsung dari tangan pertama– para nelayan tangkap kepada konsumen. Pembeli utamanya para pagandeng alias pedagang ikan keliling. Biasanya kelompok ini membeli dalam jumlah cukup banyak untuk dijual kembali. Namun demikian, tak kurang pembeli eceran yang memilih datang langsung. Daya tariknya, harga yang miring dan kesegaran ikan.Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere adalah satu dari dua TPI utama di Kota Makassar. Lokasinya di utara Makassar,Β  mudah dijangkau dengan menyusur bibir Pantai Losari. Tepatnya di Jl. Sabutung Baru, Ujung Tanah.Pagi masih teramat muda, bongkar muatan hasil tangkapanΒ  berlangsung sejak matahari masih malu menunjukkan diri.Β Β  Jenis ikan yang jadi favorit pembeli seperti baronang, kerapu, kakap merahΒ  terlihat dominan. Bersama jenis ikan yang berukuruan lebih kecil seperti kembung, layang dan mairo.Yang disebut terakhir sejenis teri yang banyak disukai.Β  Seorang kawan, menjadi saksi sekawanan bayi hiu ikut ditumpuk, dijual di sini. Membuat kami semakinΒ Β  mahfum bagaimana kampanye penyelamatan spesies terancam punah tidak menemukan tempatnya jika dihadapkan denganΒ  kebutuhan mata pencaharian jangka pendek.Suhu dingin disertai penanda alam akan turunnya hujan, memang bukan waktu terbaik bagi pembeli. Meringkuk dalam selimut hangat dalam kamar yang nyaman mungkin lebih menggoda, namun siklus hidup harus terus berlangsungΒ Β  bagi para nelayan tangkap dan pedagang keliling yang menggantungkan hidup mereka di tempat ini.Pemandangan pagi diisi kapal-kapal kayu yang bersandar ke dermaga. Lalu lalang nelayan memindahkan muatan ikan dari kapalnya dari peti pendingin atau keranjang bambu ke lapak penjualan. Cuaca februari sedang tidak cukup ramah.Β  Kabarnya, jika cuacaΒ  bersahabat, jumlah kapal yang merapat akan jauh lebih banyak. Bersama ikan tangkapan yang melimpah. Pagi itu, suasana hiruk pikuk pasar tidak tergambar lugas. Kebanyakan bergerakΒ  tanpa tergesa. Memberi kami ruang yang cukup leluasa menjelajahi sudut TPI yang tidak luas.Kapal-kapal kayuΒ  berukuran sedang berwarna dasar putih seperti berbaris rapi. Menyatu dengan warna-warni peti wadah ikan. Beberapa saat kemudian, hujan turun. Nelayan dan pedagang sigap membalut tubuhnya dengan mantel.Β  Sampai air hujan tumpah semakin deras. Semuanya buyar,Β  bergegas berlindung di bawah naungan atap TPI yang tidak berdinding.Tampias air hujan terasa di hampir seluruh sisi. Yang disebut TPI adalah hall besar terbuka beratap tinggi. Dibangun tanpa jarak dengan bibir laut.Β Β  Fasilitas pendukungnya berupa dermaga dan sentra pengisian bahan bakar kecil.TPI ini memang bukan tujuan wisata yang umum. Wajar kalau penghuninya tidak familiar dengan jepretan kamera. Jika hendak memotret, berusahalah sesedikit mungkin menarik perhatian agar tidakΒ  menimbulkan gangguan. Sesekali perlu berhenti dan memberi jalan bagi para pedagang yang lewat.Langit tak berbatas jadi latar bagi warna-warni yangΒ  berasal dari kapal kayu, aneka jenis ikan, nelayan dan pedagang bermantel, sepatu boot plastik, bendera kecilΒ Β  dan peti-peti wadah ikan. Dalam tangkapan lensa kamera, mengkreasikan padu visual yang menarik. Terdengar transaksi dalam dialek lokal yang sesekali ditimpali candaan.Β Β  Β Lebih jauh, pemandangan semacam ini mewakili potret nyata di depan mata. Tentang perjuangan hidup yang tidak mudah. Terutama bagi para nelayan dan pedagang. Dalam situasi demikian, kita belajar berempati, bersukur dan menghargai apa yang dihasilkan dari kerja keras nelayan kita.Begitu pulang, sepatu dan kaki basah, lengket danΒ  beraroma tajam. Tapi terbayarkan dengan pengalaman dan pelajaran dari perjalanan yang tidak biasa. Bukankah hakekat perjalanan sesungguhnya adalah menemukan pelajaran dari setiap tapak langkah.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads