Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung

uhansubhan - detikTravel
Jumat, 22 Apr 2016 15:50 WIB
loading...
uhansubhan
Indahnya Sunset di Dermaga Ketapang
Lanskap Eksotis Pulau Kelagian Lunik
Snorkeling bersama Hiu
Liburan ramai-ramai makin asyik
Bercengkarama dengan aneka ikan hias
Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung
Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung
Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung
Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung
Ide Liburan Weekend: Nikmati Indahnya Pulau Pahawang di Lampung
Jakarta - Belakangan ini nama Pulau Pahawang memang tengan populer di kalangan traveler. Mumpung weekend, traveler bisa liburan dan menikmati indahnya Pulau Pahawang di Lampung.Pekan lalu, tepatnya 23-24 April 2016, kami dari Teacher Traveler SMP Islam Fitrah Al Fikri, Depok berkesempatan menikmati indahnya wahana wisata bahari di Pulau Pahawang, Lampung Utara. Menikmati destinasi di pulau ini betul-betul luar biasa! Selain karena keindahan dan keragaman biota lautnya, suasananya juga sungguh membuat kami selalu berdecak kagum. Sebelumnya kami punya pilihan lain untuk destinasi wisata alam dalam rangka mengisi liburan di tahun ajaran ini, yakni Pulau Peucang di Kabupaten Pandeglang, Banten. Namun karena berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba destinasi yang sedang naik daun, setidaknya pada dua tahun terakhir ini. Yakni Pulau Pahawang.Sejatinya, nama Pahawang adalah nama sebuah desa di wilayah Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Jika ditempuh dari ibukota provinsi Bandar Lampung, membutuhkan waktu sekitar satu atau satu setengah jam perjalanan darat. Pulau dengan luas sekitar 1.084 hektare ini terdiri atas enam desa, yaitu Pahawang, Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan, Kalangan, dan Cukuhnyai. Pulau nan indah ini sebenarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Pahawang Besar dan Pahawang Kecil. Di sinilah kebanyakan villa atau cottage didirikan bagi para pelancong yang hendak bermalam.Pada traveling ini kami menggunakan jasa agen travel yang kami anggap cukup berpengalaman. Tanggal 23 Maret 2016 kami sepakat berangkat dari Depok sekitar pukul 22.00 WIB menuju Pelabuhan Merak dengan menggunakan satu buah bus kecil. Jarak tempuh perjalanan ini memakan waktu sekitar tiga jam. Lalu, dari Pelabuhan Merak, Banten, kami lanjutkan perjalanan dengan menumpang kapal Ferry menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Selama tiga jam di tengah laut, sebagian dari kami ada yang memanfaatkan waktunya untuk istirahat. Sebagian lagi mengisi kesempatan untuk kongkow di selasar samping kapal seraya menikmati udara malam dengan sajian kopi panas dan makanan kecil. Kelap-kelip lampu dari seberang pulau atau dari kapal-kapal yang kebetulan berpapasan menjadi pemandangan sekaligus pengalaman lain yang turut menambah seru dan semangat perjalanan kami yang sulit tidur. Sekira pukul 03.00 WIB kapal merapat di Pelabuhan Bakauheni. Meskipun kantuk terkadang menggayuti kelopak mata, namun ketika menjejakkan kaki di tanah paling barat pulau Sumatera ini, semangat kami seolah mekar kembali. Dari Pelabuhan Bakauheni, usai sejenak beristirahat seraya menikmati bulan purnama yang kebetulan sedang bulat cerah sempurna, kami lanjutkan perjalanan dengan menggunakan empat mobil jenis SUV yang telah dicarter agen travel menuju Dermaga Ketapang. Menurut sopir dari mobil yang kami tumpangi, perjalanan itu akan memakan waktu sekitar dua setengah hingga tiga jam. Wow, ternyata masih jauh! Perjalanan menuju Dermaga Ketapang itu sungguh tidak banyak yang bisa kami nikmati, mengingat waktu perjalanan tersebut masih dalam suasana gelap. Apa daya, satu-satunya pilihan hanyalah berdamai dengan keadaan, yakni memejamkan mata. Sayangnya, hal itu tak bisa berjalan mulus. Sebab jalanan yang kami lewati ternyata banyak kelokan tajam dan kondisinya rusak cukup parah. Alhasil, kami terpaksa beberapa kali terbangun dari kenyamanan tidur.Satu atau dua jam menjelang Subuh, akhirnya kami tiba di area Dermaga Ketapang. Kami sempat beristirahat di sebuah rumah penduduk yang telah disiapkan oleh agen travel. Di sini kami gunakan waktu untuk kembali kongkow dan mengisi baterai handphone seraya menunggu tiba waktu shalat Subuh di masjid terdekat.Rampung shalat Subuh kami tak langsung berangkat ke tujuan destinasi. Karena kami baru tahu, bahwa keberangkatan berikutnya baru akan dilanjutkan pada pukul 08.00 WIB. Selama menunggu jam keberangkatan, kami menyempatkan diri menikmati suasana di sekitar Dermaga Ketapang. Alamak, udara sejuknya dan pemandangan pulau-pulau kecil di sekitar dermaga ini membuat kami merasa betul-betul seperti di surga!Selain sekadar berjalan-jalan, kami juga sempat mengabadikan momen-momen terbitnya matahari nan eksotis sekaligus romantis di ufuk timur yang memerah. Aih, berfoto bersama di spot-spot tertentu yang menggoda, tak bisa terelakkan. Selfie-selfie dengan kamera handphone? Ah, jangan ditanya lagi! Keindahan Dermaga Ketapang pagi itu sungguh menyegarkan kembali energi di setiap sel tubuh kami. Terutama mata. Wow, amat dimanjakan oleh lanskap-lanskap indah serupa lukisan para maestro realis kelas dunia.Tentu, bagi kami, itu adalah surga baru yang sulit ditemukan di wilayah urban. Puas menikmati itu semua, kami kembali ke rumah peristirahatan sementara untuk sarapan dan berkemas. Seperti yang telah dijanjikan, pukul 08.00 WIB kami pun berangkat menuju beberapa destinasi yang telah diagendakan, Pulau Balak, dengan menggunakan kapal motor nelayan. Sebelumnya, masing-masing dari kami dipinjami jaket pelampung dan peralatan lengkap snorkeling oleh agen travel.Meskipun cukup jauh, sekitar dua jam perjalanan, sungguh kami merasa riang. Kami menikmati lautan tanpa ombak besar itu dengan penuh decak kagum. Bagaimana tidak, pulau-pulau kecil nan rimbun oleh kebanyakan pohonan nyiur yang sempat kami lewati itu sungguh menjadi pemandangan yang fresh. Tak hanya di bagian depan atau belakang kapal motor, kami (terutama kaum lelaki) menikmati segenap β€˜kemerdekaan’ dari rutinitas kerja di tengah lautan itu juga dari atas kap kapal seraya menantang hembusan angin dengan nyanyian-nyanyian dan puisi spontan bertajuk keindahan atau kekayaan alam nusantara. Tak heran, rasa nasionalisme kami juga bertambah di situ.Sekira pukul 10.00 WIB, kami tiba di Pulau Balak. Di salah satu pantainya kami mendarat dan mendapat kursus singkat cara snorkeling yang baik dan melakukan briefing kecil. Selebihnya, kami berfoto bersama atau narsis-narsis di beberapa tempat yang kami anggap bagus. Usai itu, kami segera meluncur ke spot lain, Tanjung Putus. Di Tanjung Putus itulah kami mencoba mempraktikkan ilmu dari hasil kursus singkat tadi. Keindahan terumbu karang di bawah laut spot ini serta aneka ikan hiasnya cukup mengobati rasa penasaran kami. Setidaknya, kami bisa menjumpai ikan hias macam parrot, cardinal, mandarin, nemo, dan kerapu. Ya, meskipun tak berlangsung lama, rata-rata dari kami relatif merasa puas.Selanjutnya kami berlayar lagi dan mendarat di Pulau Pahawang, tepatnya di wilayah desa Cukuhnyai. Kami langsung diajak berjalan kaki menuju villa penginapan. Beruntung sekali, villa yang disediakan oleh agen travel kami itu cukup representatif untuk 25 peserta Traveler. Selain karena luas, nyaman, dan bersih, lokasinya juga cukup berjarak dari area perumahan penduduk setempat. Sehingga kami cukup bebas berekspresi tanpa harus khawatir mengganggu aktivitas penduduk. Di villa panggung itu kami beristirahat, shalat Dzuhur, makan siang, dan tentu saja menikmati pula pantainya yang landai, bersih, serta eksotis.Dari kursi-kursi kayu panjang di bibir pantainya yang dirimbuni pohon nyiur, kami dapat pula memandang indahnya gugusan-gugusan pulau nun jauh di sana. Amboi, sulit rasanya bagi kami untuk tidak mengabadikan latar, situasi, dan kondisi tersebut dengan media kamera. "Jujur saja, Hawaii Island atau pantai-pantai di Thailand serta Vietnam juga kalah menarik dibanding ini,” celetuk salah seorang anggota kami yang pernah traveling ke sana. Entahlah, yang jelas bagi kami, Pulau Pahawang itu telah mengubah kami menjadi pribadi yang lebih bahagia.Sekira pukul 13.30 WIB kami kembali berlayar. Kali ini kami diajak ke sebuah spot yang cukup populer dengan penangkaran ikan nemo. Di situ kami melakukan aktivitas snorkeling cukup lama. Kami menikmati pemandangan bawah lautnya yang indah. Airnya cukup bening sehingga kami dapat menyaksikan ragam karang seperti karang bercabang, karang daun, karang lunak, karang keras, karang otak, dan karang lunak warna-warni. Di spot ini, kami juga lebih leluasa β€˜bercengkrama’ dengan ikan-ikan nemo dan ikan hias lainnya. Pun, satu per satu dari kami diberi kesempatan oleh sang guide untuk berfoto di kedalaman airnya. Uniknya, sebagian kecil dari peserta ada yang masih belum mahir berenang. Namun berkat bantuan sang guide dan para peserta yang pandai berenang, alhasil mereka malah ketagihan berenang dan menyelam.Puas mengeksplorasi spot penangkaran ikan nemo, kami kembali berlayar. Tujuannya, Pulau Pahawang Kecil. Di pulau itu kami menghabiskan waktu untuk berfoto-foto, bermain pasir, dan menikmati momen-momen indah saat sang surya segera pulang ke peraduannya. Wow, senja yang luar biasa! Semburat cahaya merah dari sang surya itu, yang melekat di sebaran mega-mega pada pucuk-pucuk pulau sejauh mata memandang, sungguh menakjubkan. Usai itu, sekira pukul 18.00 WIB, kami pulang ke villa. Selesai membersihkan diri dan shalat Magrib, kami beristirahat di bibir pantai pada bangku-bangku panjang yang telah disediakan pemilik villa seraya menikmati indahnya kemunculan bulan yang berwarna merah tua. Sungguh, itu sebuah romantisisme yang bakal menggoda para penikmat Pulau Pahawang, baik yang masih jomblo maupun yang sudah memiliki pasangan.Malamnya, kami menikmati momen barbequ. Semerbak harum khas dari daging-daging ikan segar yang dipanggang di atas bara batok kelapa itu betapa meluapkan selera yang tiada tara bagi perut kami yang lapar. Lengkap sudah kenikmatan itu kami rasakan dengan penuh rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan. Pulau Pahawang, benar-benar surga bagi destinasi liburan kami. Mimpi terindah yang menjadi kenyataan dan pasti akan dikenang terus sepanjang hayat.Esoknya, sekira pukul 08.00 WIB kami harus meninggalkan Pulau Pahawang. Namun, sebelum benar-benar pulang, kami masih punya beberapa destinasi lain yang harus kami nikmati. Kami diajak berlayar dahulu ke sebuah spot yang benar-benar mengesankan. Spot itu bertajuk Gosong Bekri. Di sana kami kembali melakukan snorkeling. Tak seperti pada spot-spot sebelumnya, spot ini menghadirkan pengalaman yang lebih beragam. Karena selain menemukan terumbu karang yang lebih bagus dan ikan-ikan hias mungil yang lebih beraneka, juga dikejutkan dengan ikan yang besar lagi buas. Hiu! Bagaimana tidak terkejut? Awalnya, saat kami berenang tenang di permukaan airnya hingga agak menjauh dari kapal. Guide kami kemudian mengajak menyelam, karena katanya kami bisa berfoto dengan beberapa candi di bawah sana. Kami tentu amat gembira karena langsung terbayang dalam pikiran, ada candi di dasar laut. Bagaimana bisa?Namun, harapan besar bertemu candi-candi di dasar laut itu ternyata harus berbuntut keterkejutan. Sebab saat kami baru saja menyelam, pemandangan yang kami dapati bukanlah candi, melainkan ikan hiu! Ya, hiu yang cukup besar! Jujur saja, beberapa dari kami merasa amat terkejut dengan fakta yang kami lihat itu, sehingga kami buru-buru naik lagi ke permukaan dengan napas terengah-engah. Aduh, rupanya kami telah β€˜ditipu’. Ya, itu tipuan yang sukses. Meskipun beberapa saat kemudian kami akhirnya diberi tahu bahwa hiu yang tadi kami hampiri itu adalah hiu jadi-jadian alias patung hiu! Ini tentu menjadi pengalaman yang amat berkesan bagi kami. Meski demikian, rasa was-was yang sempat muncul itu akhirnya menjadi kenikmatan dan berubah menjadi ketagihan akan snorkeling karena selanjutnya kami malah ingin dan ingin lagi mendekati hiu tersebut untuk diajak berfoto sebagai bekal bagi kenang-kenangan. Dan tak jauh dari hiu itu, kami juga akhirnya dapat menikmati candi-candi bawah laut yang sebelumnya sempat dijanjikan oleh sang guide. Kami pun berlomba-lomba untuk mendapatkan foto yang bagus bersama candi-candi di dasar laut tersebut. Tentu kami tetap menaati peraturan untuk tidak merusak terumbu karangnya.Beres menikmati spot Gosong Bekri, kami berlayar menuju Pulau Kelagian Lunik. Pulau ini cukup kecil, namun menyimpan keelokan yang besar. Daya tarik pemandangannya benar-benar mengundang minat banyak pelancong.Terbukti, ketika kami sampai di sana, beberapa rombongan lain juga banyak yang telah merapat. Selain karena pantainya yang landai dan bersih, pasir putihnya juga menjadi pemandangan yang kontras sekaligus menakjubkan. Tak pelak, pulau ini menjadi destinasi favorit bagi pelancong yang kadung gandrung fotografi. Sebagian dari kami bahkan menyebut pulau ini sebagai pulau fotografer. Sebab hampir di semua areanya kami mendapati setiap pelancong asyik berfoto atau selfie ria.Tak hanya itu, bagi Anda penyuka tantangan yang mengocok adrenalin, di pulau ini juga tersedia wahana banana boat dan sejenisnya untuk dinikmati dengan biaya yang masih wajar. Sedangkan bagi Anda yang kurang suka dengan tantangan tersebut, boleh menikmati pantai dan pulau ini seraya duduk-duduk manis di warung-warung kecil yang tersedia. Menunya cukup beragam dan mengundang selera. Keramahan dari para penjualnya juga pasti membuat anda kian betah untuk berlama-lama di sini.Sebenarnya kami masih sangat betah di pulau mungil tersebut. Namun karena tuntutan jadwal untuk segera pulang, kami terpaksa meninggalkan Pulau Kelagian Lunik itu dengan perasaan dendam. Maksudnya lain waktu jika kami ditakdirkan untuk dapat berkunjung lagi ke pulau tersebut, kami pasti akan menikmati keeksotikannya lebih lama lagi. Malah jika perlu, kami ingin merasakan keindahannya dengan cara menginap (dalam tenda) di sana. Demikianlah. Pulau Kelagian Lunik adalah destinasi wisata bagi liburan kami yang terakhir di area Pulau Pahawang. Kami merasa dan menyadari betul, Pulau Pahawang benar-benar bagian yang tak bisa dianggap remeh dari sekian banyak kekayaan alam sekaligus destinasi wisata kelas wahid di negeri kita. Kami berharap, semoga di tahun-tahun yang akan datang Pulau Pahawang tetap terjaga dengan kealamiannya. Tidak dirusak oleh tangan-tangan jahil, baik oleh para pelancong maupun para pemodal yang tergiur bisnis di bidang pariwisata bahari.Sedikit saran kami bagi Anda penyuka wisata bahari macam ini, jangan lupa untuk menyiapkan beberapa perlengkapan yang memadai. Antara lain topi dan pakaian ganti secukupnya. Satu lagi, jangan lupakan sun block. Sebab, biasanya terik sinar matahari tak akan memberi ampun untuk menggosongkan kulit. Selebihnya, perbanyak minum air putih agar terhindar dari bahaya dehidrasi.Β Β Β Β Β  Akhir malam dalam pelayaran pulang menuju Dermaga Ketapang, kami pun kembali bernyanyi.
Hide Ads