Kisah Penaklukan Gunung yang Jadi Atapnya Sulawesi
Jumat, 13 Mei 2016 14:18 WIB

rovinida fitriana
Jakarta - Gunung Latimojong di Kota Enrekang sering disebut sebagai Atapnya Sulawesi. Menaklukan gunung tertinggi ini jadi pengalaman tersendiri, apalagi ada kejadian mistis yang menyelimutinya.Dimulai dari Enrekang, sinar matahari mulai merayu menggodaku masuk ke dalam kehangatanya, membuat nasi kuning dan kopi hitam dihadapanku menjadi kolase yang sempurna pagi itu. Kami mulai bersiap, melempar beban bawaan ke teman alias repacking, untuk melakukan pendakian gunung yang merupakan gunung tertinggi di Sulawesi, atau sering di sebut dengan Atap Sulawesi.Desa terakhir adalah desa Krangan, tak heran jika perjalanan dari Enrekang ke Karangan harus menggunakan kendaran 4WD. Melihat jalurnya yang lumayan ekstrim. Setiba di desa Karangan ini hari sudah menginjak sore. Kami mulai bergegas untuk memulai pendakian.Sebelumnya, tim kami berjumlah 21 orang, terdiri dari 7 orang pendaki wanita dan sisanya laki-laki. Kami berasal dari berbagai daerah dan dengan pekerjaan yang berbeda-beda. Kami bertemu di salah satu forum BPI yang di gagasi oleh Doni Cahyono. Laki-laki yang hampir 10 tahun setia dengan predikat pendaki jomblo.Waktu yang terbatas, trek yang panjang, dan harga angkot yang tak kunjung turun meskipun harga bensin sudah murah lagi, membuat salah satu dari tim kami terperosok hampir masuk ke jurang. Dengan bantuan 3 webbing, akhirnya kita semua selamat sampai pos 2, tempat dimana kami mendirikan tenda.Kami mendirikan tenda di bawah batu besar, di tepi jurang, dimana bisa dibilang jauh dari kata aman. Tapi di sini banyak sumber air karena letaknya tepat di pinggir sungai. Seperti yang kalian tahu, air itu penting banget buat minum, juga buat masak mie, minuman hangat, pipis, buang air besar, mandi kembang, showeran, keramas, sampai luluran.Keesokan harinya, seusai sarapan kami mulai bergegas untuk melanjutkan perjalan menuju pos 7. Pos dimana kami berencana mendirikan tenda selanjutnya. Dari pos 2 menuju pos 3 kami sudah dihadapi dengan trek dengan elevasi hampir 90 derajat yang mengharuskan kita memanjat ala spiderman. Bedanya kami tidak memakai baju ketat, apalagi memakai topeng.Dini hari di sepertiga malam, suhu masih terlalu dingin untuk kami melakukan summit attack. Membuat kami ogah-ogahan untuk membuka pintu tenda. Tapi pagi itu juga, kami semua berhasil untuk menggapai Puncak Rantemario. Puncak yang memiliki ketinggian 3478 mdpl. Puncak tertinggi di Sulawesi. Sebongkah haru keluar satu persatu dari personil kami. Kami berhasil!Mungkin kalau di gunung lain kita bisa turun sambil cekikikan, kadang bisa sambal lari, kadang bisa sambil ngegelinding, bahkan kadang bisa sambal toyor-toyoran sama teman. Tapi melihat tracknya yang sadis, perjalanan turun ini tidak seseru biasanya.Perjalanan yang panjang dan curam ini membuat lututku serasa lepas nyambung sesuka hati hingga akhirnya serasa lepas beneran, menggelinding duluan. Kakiku mulai gemetar, serasa tidak kuat lagi menahan beban tubuh dan keril, nyaliku udah berhamburan berjatuhan layaknya hujan yang terus mengguyur kami selama perjalanan turun.Gelap mulai jatuh, pintu rimba? Biasanya kami senang bukan kalau sudah sampai di pintu rimba? Tapi ini? Huh, dari pintu rimba masih jauh banget buat menuju desa Krangan.2 orang kawan yang udah jalan duluan justru balik arah menghampiri kami mengabarkan bahwa salah satu teman kami hilang di perjalanan."Adhe hilang. Tadi dia pisah, kayaknya nyasar, dia salah arah di persimpangan habis pos 1, kita susul dia dulu," ujar mereka.Karena selain tenaga yang tentunya berkurang banyak, nyali yang udah awur-awuran entah kemana, dan dengkul? Ah sudahlah, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan turun menuju desa Karangan, dan 2 orang kawan kami tadi terus mencari.Entah harus senang, cemas, kaget, atau gimana? Adhe sudah ada di desa dengan kondisi udah mandi, serta makan. Kapan dia sampainya?"Aku tadi di temenin kakek-kakek, begitu sampai desa, kakek itu hilang, lalu seluruh desa mati listrik," celetuk Adhe dengan polosnya di depan muka kami yang masih bengong tidak percaya.Apa kabar 2 orang kawan kami yang mencari Adhe tadi?? Mereka cuma bilang:"Adhe tidak ketemu, jalur yang di lalui Adhe itu putus, langsung jurang, tidak ada jalur," kata mereka.Anyway, jalur itu ternyata jalur lama yang sudah putus karena terjadi longsoran. Terus kenapa Adhe bisa sampai di desa Karangan, bahkan jauh sebelum kami semua sampai? Sampai sekarang hal itu masih menjadi misteri bagi kami.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia