Pompong, Kendaraan Termahal di Anambas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pompong, Kendaraan Termahal di Anambas

Muhirin Spd - detikTravel
Minggu, 02 Feb 2014 10:44 WIB
loading...
Muhirin Spd
Kepulauan Anambas
Inilah Pompong
Pompong tak lain adalah perahu kayu
Pompong, Kendaraan Termahal di Anambas
Pompong, Kendaraan Termahal di Anambas
Pompong, Kendaraan Termahal di Anambas
Jakarta - Liburan ke Anambas, kepulauan terdepan di Indonesia, Anda mungkin harus menguras kocek untuk menggunakan alat transportasinya, pompong. Meski harga sewanya mahal, namun pompong menjadi kendaraan andalan di sana.Keliling Anambas memang merogoh kocek yang dalam, sewa pompong 2 hari setara dengan naik pesawat termahal Jakarta–Kepri dengan fasilitas termewah. Kalau naik pesawat mungkin saya akan disambut dengan pramugari-pramugari, yang berdandan minimal 2 jam sebelum bekerja, dengan penampilan yang tentunya sudah diatur sedemikian rupa.Mereka mendapatkan pelatihan yang berbelit-belit bahkan mengundang pelatih luar negeri hanya untuk mendapatkan keahlian bagaimana cara tersenyum terhadap penumpang. Di tengah perjalanan pastilah penumpang mendapatkan makan siang istimewa dari koki, yang kompetensinya mendapatkan sertifikat tersendiri yang diakui internasional.Sayangnya siang ini saya harus naik kendaraan kayu, yang keamanannya sama sekali tidak dihiraukan untuk menyeberangi Laut Cina Selatan. Saya pernah dengar dari orang asli sini, jika gelombang sekuat apapun, pengendara kapal masih santai mengobrol, maka penumpang tenang saja.Namun jika pengendara sudah panik, maka siap-siaplah untuk menceburkan diri ke laut. Nyawa kita, kita serahkan kepada Tuhan YME. Di tengah terik mentari yang menyengat, yang mampu membakar lapisan kulit-kulit menjadi kehitaman, kami memulai perjalanan diiringi obrolan hangat dengan pengemudi pompong yang sering tidak nyambung pembicaraannya.Hal ini karena saya berbicara bahasa Indonesia sedangkan dia bebicara bahasa Melayu Pulau dengan dialek yang berbeda. Terpaksa bahasa isyarat sering kami gunakan. Perjalanan dimulai dari Tarempa, Ibukota Kepulauan Anambas. Pompong melaju membelah lautan menyeberangi selat antara Pulau Siantan dan Pulau Palmatak, dua dari tiga pulau terluas yang ada di Anambas.Satu pulau terluasnya, Pulau Jemaja tak lebih luas dari Ibukota Jakarta. Jika peduduk keseluruhan pulau di Anambas digabungkan, mungkin tak lebih dari satu RT di ibukota negara. Penduduknya masih begitu jarang bahkan sebagian pulaunya hanya dihuni hewan-hewan pulau seperti kera, tupai, anjing hutan dan burung-burung beraneka ragam.Di sepanjang pantainya rata-rata dihiasi pantai berbatu, pantai mangrove, pantai kerikil koral, dan sebagian lagi dihiasi dengan pantai berpasir kuning atau putih. Rumah penduduk tampak seolah mengambang di atas air, disangga dengan tiang-tiang kayu atau beton di pinggir-pinggir pantainya.Mereka sengaja berkelompok di kampung-kampung kecil dengan jumlah penduduk relatif sedikit, dan tinggal di tepi-tepi pantai. Penduduk tak mampu tinggal di dalam hutan karena hanya jalan laut yang dapat mereka gapai. Pompong menjadi senjata andalan untuk bepergian, dari belanja ke pasar, mencari ikan, sekolah, bertemu saudara bahkan pergi ke kantor.Terdapat beberapa pemukiman di Anambas, seperti Matak, Kuala Maras, Arung Hijau, Temburun, Padang Melang, Teluk Durian, Genting, Lingai, dan lainnya. Penduduk mendiami sudut-sudut pulau kecil yang berjarak hanya beberapa menit perjalanan untuk mengitari pulaunya.Entah bagaimana dulu pulau-pulau ini terbentuk, mungkin terangkat dari dalam lautan akibat aktifitas gerakan bumi, karena sebagian besar daratannya mengandung tanah berpasir. Mungkin penduduk sekarang mendiami dasar lautan yang menjadi daratan jutaan tahun yang lalu.Entah bagaimana pula manusia bisa mendiami tempat ini. Rasanya penduduk yang mendiami pulau ini telah turun-temurun, namun penduduk asli sudah tak tahu lagi bagaimana nenek moyang mereka hadir di sini. Suku Melayu paling dominan di Anambas, ditambah dengan keturunan Tionghoa, suku Pasundan, Jawa, Padang dan sebagian lagi campuran dari berbagai asal.Ada juga penduduk yang yang merupakan keturunan, transmigrasi, penugasan pegawai pemerintah, tenaga ahli, buruh bangunan, dan berbagai profesi yang bercampur aduk menjadi satu tinggal di Anambas, dan membentuk satu kesatuan keanekaragaman budaya Anambas.
Hide Ads