Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laskar Gerhana

Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore

Setyo Manggala U - detikTravel
Minggu, 20 Mar 2016 10:25 WIB
loading...
Setyo Manggala U
Langit cerah dengan awan terpecah di atas KM. Kuda Laut
Pulau Ternate terlihat dari perairan laut
Pulau Tidore dan Gunung Kie Matubu terlihat dari perairan
Laskar gerhana beserta awak kapal melakukan shalat gerhana
Salah satu penampakan gerhana matahari cincin
Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore
Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore
Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore
Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore
Dua Menit Tiga Puluh Sembilan Detik yang Istimewa di Laut Tidore
Jakarta - Cahaya tiba-tiba menjadi padam di seluruh penjuru permukaan Bumi. Kami membuka kacamata dan menatap kearah angkasa. Apa yang kami lihat selanjutnya adalah pemandangan tiada dua. Gerhana matahari total.Pagi hari itu kami sudah terbangun pukul 04.00 pagi WIT di Hotel Vellya, salah satu hotel di kota Ternate. Dari tempat menginap, kami langsung bergegas menggunakan mobil menuju pelabuhan Ahmad Yani. Di sana telah menunggu dua kapal Bakamla, yakni KM. Kuda Laut dan K.M Gajah Laut yang dengan gagahnya bersandar di anjungan pelabuhan. Kapal inilah yang akan mengantarkan kami, para Laskar Gerhana, untuk menyaksikan salah satu fenomena alam gerhana matahari total di atas perairan Maluku Utara.Kami para Laskar Gerhana, merupakan pemenang dari kompetisi yang diadakan oleh detikcom. Kami terhimpun dari berbagai kalangan profesi seperti blogger, fotografer, dan juga mahasiswa. Kami merasa senang dapat diajak oleh detikcom untuk menyaksikan fenomena alam langka diΒ  salah satu tempat yang dilintasi oleh gerhana matahari total, yakni di Kota Ternate. Hari ini adalah hari kedua kami di sana setelah kemarin puas diajak berwisata ke berbagai destinasinya.Sembari menunggu di atas kapal, kami menyantap nasi goreng yang sudah dihidangkan untuk mengisi kekosongan perut. Santapan pagi hari ini terasa begitu indah. Kami turut ditemani oleh bintang-bintang yang bertebaran di atas langit pagi yang masih gelap sembari ditiup sepoi-sepoi anging laut. Masih terasa bau permukaan tanah dari atas daratan pelabuhan akibat gerimis di pagi hari. Karena gerimisi pagi inilah, diantara kami timbul kekhawatiran karena takut cuaca tidak bersahabat dan menutupi fenomena gerhana matahari total.Tidak lama setelah itu adzan berkumandang dari pengeras suara kapal. Sebagian dari kami yang menunggu di atas dek berbondong menuju lambung kapal Bakamla tempat mushala berada untuk menjalankan ibadah salat shubuh bagi yang Muslim. Kapal Bakamla sendiri merupakan salah satu kapal sipil dengan fasilitas yang lengkap. Kapal ini turut dilengkapi oleh teknologi radar untuk melacak posisi kapal lain di atas perairan Indonesia. Jelas saja, kapal ini merupakan ujung tombak kedaulatan negara untuk menjaga perairan Indonesia dari kapal asing pencuri ikan.Setelah menunggu cukup lama akhirnya kapal berangkat meluncur di atas permukaan laut untuk menuju perairan Tidore pada pukul 05.30 pagi. Di sanalah titik yang telah ditentukan untuk melihat gerhana matahari total. Keberangkatan kami bersamaan dengan munculnya matahari dari arah timur. Pelan-pelan kami mulai menjauh dari pulau Ternate bersama dengan gunung Gamalama yang kokoh berada di atas tanahnya menjulang tinggi menantang angkasa. Tidak lupa, kami turut mengabadikan momen dengan pemandangan yang indah ini dengan mengambil foto dan merekam video.Pagi ini cuaca nampak biru dengan sedikit awan terpecah-pecah di angkasa. Kekhawatiran kami akan cuaca yang tidak bersahabat karena gerimis tadi pagi mulai sirna. Langit biru pagi ini seakan-akan menambah antusiasme kami untuk menyaksikan gerhana matahari total yang akan muncul tidak lama lagi. Tidak terasa pulau Tidore telah berada di sebelah kanan kapal kami. Pulau Tidore menawarkan pemandangan yang indah. Dari kejauhan, pulau ini terlihat dikelilingi bukit-bukit berwarna hijau dan di bagian belakangnya nampak gunung menjulang tinggi Gunung Kie Matubu.Tidak sampai setengah jam berikutnya kami telah sampai di titik pemantauan. Bersama kami terdapat petugas Lapan yang juga ikut mengamati gerhana matahari total kali ini. Di bagian paling atas lantai kapal telah dipenuhi oleh para Laskar Gerhana yang telah bersiap diri mengambil posisi terbaik untuk melihat gerhana matahari total. Tidak lupa, masing-masing dari kami telah dibagikan kacamata khusus untuk mengamati gerhana matahari yang telah dibagian kru Detikcom sebelumnya. Peran kacamata ini sangat vital. Tanpa kacamata tersebut kita tidak dapat menyaksikan gerhana dan justru hanya akan merusak mata.Sambil menunggu, kami sibuk mempersiapkan kamera sebelum kemunculan gerhana matahari. Kamera yang kami gunakan bermacam-macam, ada yang menggunakan DSLR, kamera HP, mirror less, dan juga action camera. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah dengan melapisi lensa kamera dengan menggunakan kaca film jendela mobil. Cara ini disarankan oleh seorang fotografer detikcom dengan tujuan untuk mencegah kerusakan pada sensor kamera karena intensitas cahaya matahari yang tinggi. Tidak lupa, kaca film jendela mobil juga dibawakan olehnya beserta lakban agar bisa ditempel di depan lensa kamera kami.Selesai mempersiapkan kaca film jendela mobil sebagai filter untuk lensa kamera, kami duduk diatas bagian tertinggi kapal sambil ditemani terik matahari menunggu kemunculan bulan di depan permukaan matahari. Dengan sabar kami menunggu hingga pada akhirnya Bulan mulai nampak berada di depan permukaan matahari pada pukul 07.15 WIT. Proses gerhana matahari pun dimulai.Sebagian Laskar Gerhana beserta awak kapal memulai shalat gerhana secara berjamaah di atas dek kapal Bakamla sebagai tanda syukur atas kebesaran kepada sang pencipta. Suasana syahdu muncul ketika shalat berjamaah dimulai. Raut muka khusyu tersemat di antara wajah mereka yang melakukan salat. Selesai salat, sang Imam melanjutkan membaca doa bersama dengan hikmat. Satu-dua tetes air mata berjatuhan dari kelopak matanya. Menandakan rasa syukur atas kebesaran Yang Maha Pencipta. Selesai salat, para jamaah mulai bersalaman satu sama lain dan kembali menyaksikan proses gerhana di pos masing-masing.Selanjutnya yang kami lakukan hanyalah mengamati dengan takjub proses saat bulan mulai perlahan menutupi matahari. Prosesnya berjalan secara perlahan dan memakan waktu yang sangat lama. Akan tetapi itu terasa sangat cepat sekali bagi saya. Saya sendiri sangat menikmati prosesnya hingga menyayangkan detik demi detik momen berharga ini. Setiap dua setengah menit saya memotret ke arah gerhana untuk mengabadikan prosesnya.Pukul 08.17 WIT cahaya matahari mulai redup. Bulan telah menutupi lebih dari tiga per empat permukaan matahari. Kami tidak merasakan lagi terik matahari seperti di awal kedatangan kami di titik pengamatan. Kami menunggu dengan sabar sembari takjub dengan keindahan ini. Pagi itu terlihat seperti langit menjelang sore hari.Β  Β Apa yang kami tunggu akhirnya muncul. Cahaya tiba-tiba menjadi padam di seluruh penjuru permukaan Bumi, dan di sejauh mata kami memandang. Kami membuka kacamata dan menatap kearah angkasa. Apa yang kami lihat selanjutnya adalah pemandangan tiada dua. Gerhana matahari total.Matahari berubah menjadi hitam dengan cincin putih bercahaya yang bergerak disekelilingnya seperti sebuah gelombang spektrum, naik dan turun. Cincin itu menggantung diatas langit berwarna biru metalik kehitaman yang bergradasi dengan warna jingga di ujung horison. Dua benda angkasa bercahaya seperti bintang turut terlihat di samping gerhana matahari, salah satunya adalah planet Venus.Ketika gerhana matahari total terjadi, pada mulanya saya merasa terkejut dan takut. Saya terdiam beberapa saat karena terhipnotis fenomena alam ini. Sebagai puncak rasa takjub, selanjutnya saya berterika 'wow' dengan keras.Merasa tidak ingin menyayangkan momen, akhirnya saya kembali memotret gerhana di angkasa. Ingin menangis rasanya karena tidak percaya dengan keindahan yang dilihat pada saat itu. Selanjutnya saya lupa apa yang terjadi, yang saya tahu saya larut menikmati menit-menit itu, tepatnya dua menit tiga puluh sembilan detik yang berlalu.Dua menit empat puluh detik, semua keindahan itu pergi dengan cepat. Cahaya mentari mulai muncul kembali, mengintip dari salah satu bagian cincin, membentuk sebuah batu permata. Kemudian matahari bersinar kembali, memaksa kami kembali menggunakan kacamata khusus. 'Dadah, gerhana matahari total', aku berkata kecil di bibir dengan perasaan sedih.Banyak yang bahagia di antara kami karena pada akhirnya melihat gerhana matahari total di atas lautan dengan pemandangan yang indah tiada dua. Terlebih kami semua juga berhasil mengabadikan momen melalui kamera masing-masing.Sesudah itu satu persatu orang pergi. Dek kapal Bakamla di lantai tiga yang tadinya ramai kemudian menjadi sepi. Hingga pada akhirnya tersisa saya sendiri, di atas dek kapal paling tinggi. Menit-menit sesudah gerhana matahari saya gunakan sebagai refleksi diri. Tapi juga sedih, semuanya telah berlalu.Selesai dari situ kami kembali ke daratan, makan siang di atas kapal, dan melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat wisata. Keesokanya kami kembali kerumah kami masing-masing, membawa sebuah cerita yang berharga untuk diceritakan. Saya sendiri menceritakan pengalaman berharga itu melalui tulisan ini. Lanskap terindah yang pernah saya lihat melalui kedua mata saya, dan pemandangan itu berlangsung selama dua menit tiga puluh sembilan detik.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads