Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar

Suryani Amin - detikTravel
Kamis, 31 Mar 2016 15:05 WIB
loading...
Suryani Amin
Kapal bersandar dibawah langit kegelapan
Bongkar muatan
Bermantel di bawah hujan
Lapak ikan
Pejalan bersiap menuju TPI
Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar
Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar
Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar
Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar
Wajah Pelelangan Ikan Paotere di Makassar
Jakarta - Tempat Pelelangan Ikan Paotere di Makassar menyajikan sebagian potret masyarakat biasa yang apa adanya. Destinasi menarik yang bisa jadi rekomendasi untuk traveler penyuka foto.Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere sejatinya seperti namanya, adalah media bertemu pedagang dan pembeli ikan. Di sini, transaksi langsung dari tangan pertama, yakni para nelayan tangkap kepada konsumen. Pembeli utamanya para pagandeng alias pedagang ikan keliling. Biasanya kelompok ini membeli dalam jumlah cukup banyak untuk dijual kembali. Namun demikian, tak kurang pembeli eceran yang memilih datang langsung. Daya tariknya, harga yang miring dan kesegaran ikan.TPI Paotere adalah satu dari dua TPI utama di Kota Makassar. Lokasinya di utara Makassar, mudah dijangkau dengan menyusur bibir Pantai Losari. Tepatnya di Jl. Sabutung Baru, Ujung Tanah.Pagi masih teramat muda, bongkar muatan hasil tangkapan berlangsung sejak matahari masih malu menunjukkan diri. Jenis ikan yang jadi favorit pembeli seperti baronang, kerapu, kakap merah terlihat dominan. Bersama jenis ikan yang berukuruan lebih kecil seperti kembung, layangΒ  dan mairo. Yang disebut terakhir sejenis teri yangΒ  banyak disukai. Seorang kawan, menjadi saksi setumpuk bayi hiu ikut dijual di sini.Β  Β Membuat kami semakin mahfum bagaimana kampanye penyelamatan species terancam punah tidak menemukan tempatnya. Khususnya jika dihadapkan dengan kebutuhan mata pencaharian jangka pendek.Suhu dingin disertai penanda alam akan turunnyaΒ  hujan, memang bukan waktu terbaik bagi pembeli. Meringkuk dalam selimut hangat dalam kamar yang nyaman mungkin lebih menggoda. Namun siklus hidup harus terus berlangsung bagi para nelayan tangkap dan pedagang keliling yang menggantungkan hidup mereka ditempat ini,Pemandangan pagi diisi kapal-kapal kayu yang bersandar ke dermaga. Lalu lalang nelayan memindahkan muatan ikan dari kapalnya atau dari peti pendingin dan keranjang bambu ke lapak penjualan. Cuaca februari sedang tidak cukup ramah. Kabarnya jika cuaca bersahabat, jumlah kapal yang merapat akan jauh lebih banyak. Bersama ikan tangkapan yang melimpah. Pagi itu, suasana hiruk pikuk pasar tidak tergambar lugas. Kebanyakan bergerak tanpa tergesa. Memberi kami ruang yang cukup leluasa menjelajahi sudut TPI yang tidak luas. Kapal-kapal kayu berukuran sedang berwarna dasar putih seperti berbaris rapi. Menyatu dengan warna-warni peti wadah ikan. Β Beberapa saat kemudian, hujan turun. Nelayan dan pedagang sigap membalut tubuhnya dengan mantel. Sampai air hujan tumpah semakin deras. Semuanya bergegas berlindung di bawah naungan atap TPI yang tidak berdinding.Β  Β Tampias air hujan terasa dihampir seluruh sisi. Yang disebut TPI adalah hall besar terbuka beratap tinggi disangga tiang-tiang beton. Dibangun tanpa jarak dengan bibir laut. Fasilitas pendukungnya berupa dermagaΒ Β  dan sentra pengisian bahan bakar kecil.TPI ini memang bukan tujuan wisata yang umum. Wajar kalau penghuninya tidak familiar dengan jepretan kamera. Jika hendak memotret, berusahalah sesedikit mungkin menarik perhatian agar tidak menimbulkan gangguan. Sesekali perlu berhenti dan memberi jalan bagi para pedagang yang lewat.Langit tak berbatas jadi latar bagi warna-warni yang berasal dari kapal kayu, aneka jenis ikan, nelayan dan pedagang bermantel, sepatu boot plastik, bendera kecil dan peti-peti wadah ikan. Dalam tangkapan lensa kamera, mengkreasikan padu visual yang menarik. Terdengar transaksi dalam dialek lokal yang sesekali ditimpali candaan.Β Β  Β Lebih jauh, pemandangan semacam ini mewakili potret nyata didepan mata, tentang perjuangan hidup yang tidak mudah. Terutama bagi para nelayan dan pedagang. Dalam situasi demikian, kita belajarΒ  berempati, bersyukur dan menghargai apa yang dihasilkan dari kerja keras nelayan kita.Begitu pulang, sepatu dan kaki basah, lengket dan beraroma amis. Tapi terbayarkan dengan pengalaman dan pelajaranΒ  dari perjalanan yang tidak biasa. Bukankah hakekat perjalanan sesungguhnya adalah menemukan pelajaran dari setiapΒ  tapak langkah?Β 
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads