Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu

Darwance Law - detikTravel
Selasa, 20 Okt 2015 11:20 WIB
loading...
Darwance Law
Pantai Tanjung Kerasak di Desa Pasirputih, Bangka Selatan
Danau Aik Biru di Air Bara, Bangka Selatan
Saat berada di Pulau Ketawai, Bangka Tengah
Saat berada di Pulau Putri, Bangka Utara
Pemakaman Sentosa yang maha luas di Pangkalpinang
Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu
Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu
Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu
Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu
Super Puas Keliling Bangka Selama Seminggu
Jakarta - Rasanya tak ada puasnya mengelilingi objek wisata yang ada di Bangka. Jika ingin melihat semua, siapkan waktu selama seminggu. Menikmati semua objek wisata yang ada di Pulau Bangka, sepertinya memang tak bisa hanya dilalui dengan dua atau tiga hari saja. Setidaknya, dibutuhkan minimal satu minggu penuh agar seluruh objek wisata yang ada di pulau sejuta pantai ini bisa dinikmati dengan seksama. Itupun tidak semua objek wisata yang terbagi dalam beberapa kategori, bisa disambangi. Tak percaya? Berikut pengalaman petualangan kami selama satu minggu penuh di Pulau Bangka.Bagi saya, sebetulnya ini bukanlah pengalaman liburan, tapi lebih kepada pengalaman sebagai seorang tour guide yang mendampingi wisatawan yang datang ke kampung halaman sendiri. Bagaimana tidak, sebagai asli orang Pulau Bangka, saya merasa punya kewajiban untuk mendampingi beberapa orang kawan yang sengaja datang untuk menikmati keeksotisan alam Pulau Bangka. Sekalipun demikian, pengalaman ini bisa dijadikan sebagai itinerary bagi siapapun yang ingin menyambangi Pulau Bangka.Sore menjelang petang di hari pertama, saya menjemput tiga orang kawan di Bandar Udara Depati Amir di Pangkalan Baru, Bangka Tengah. Mereka adalah Hendry Septiawan dari Bengkulu, Adri Wahyuning dari Tanjungpinang, dan Muhammad Arridho dari Yogyakarta. Setibanya di Pulau Bangka, saya langsung mengajak mereka makan otak-otak khas Pulau Bangka di salah satu tempat penjualan otak-otak tak jauh dari bandara. Setelahnya, agar tak mengantuk sebab malam itu kami akan melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman saya di ujung selatan Pulau Bangka, saya pun mengajak mereka minum kopi di salah satu kedai kopi tak jauh dari pusat kota. Akhir-akhir ini, kedai kopi memang sedang tumbuh pesat di Pulau Bangka, khususnya lagi di Pangkalpinang. Cocok untuk mengisi malam saat liburan di Pulau Bangka. Selesai menyeruput kopi, langsunglah kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Pasirputih, Kecamatan Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, kampung halaman saya.Hari kedua, selepas siang yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha, saya langsung mengajak kawan-kawan saya ini menuju Pelabuhan Sadai yang terkenal akan kecantikan laut dengan latar Pulau Lepar di seberangnya. Setelahnya, ditemani sepupu saya Debri, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung Kerasak, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung Kemirai. Di pantai yang terakhir ini, kami langsung menceburkan diri ke dalam air laut yang biru. Dua pantai ini terletak di Desa Pasirputih, Kecamatan Tukak Sadai,Kabupaten Bangka Selatan.Hari ketiga di Pulau Bangka, sebagaimana itinerary yang sudah saya susun, tiga orang kawan ini saya ajak menuju sebuah perkebunan lada. Sedianya saya ingin mengajak mereka ke kebun lada milik orangtua saya. Hanya saja jaraknya yang lumayan jauh dari perkampungan, akhirnya saya mengajak mereka foto-foto di kebun lada milik Busu Yung, adik ibu saya paling bungsu. Usai sholat Jum'at, masih ditemani Debri yang saya sebut sebagai ahli laut, kami menuju Pantai Tanjung Lampu dan Pantai Tanjung Besar, masih di desa yang sama. Di sana, kami beramai-ramai melakukan ritual mukat, yakni menangkap ikan dengan bantuan jaring yang kami uraikan dari ujung laut satu ke ujung laut yang satunya lagi. Alhasil, beberapa ekor ikan beragam ukuran berhasil kami bawa pulang. Ikan-ikan itu selanjutnya dimasak lempah kuning oleh orangtua saya dirumah. Lempah kuning merupakan lauk khas masyarakat Pulau Bangka.Hari keempat, ada dua tempat wisata yang hendak kami datangi, yakni menikmati pesona Aik Biru dan menyeberang ke Pulau Ketawai. Sekitar pukul delapan pagi, kami siap berangkat menuju kedua tempat itu, seraya langsung menuju Pangkalpinang yang terletak di tengah-tengah Pulau Bangka. Dari ibukota Kepulauan Bangka Belitung ini, dengan mudah kami bisa mendatangi tempat wisata lain yang tersebar di setiap sudut Pulau Bangka.Petualangan kami pada hari keempat ini ditemani oleh Firda Anggola dan Yarni Widyasari, dua perempuan yang merepresentasi betapa Pulau Bangka itu elok tak hanya alamnya, tetapi juga orang yang ada di dalamnya. Sebelum tiba di Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, tempat di mana kelak kami akan naik kapal laut milik nelayan menuju Pulau Ketawai. Singgahlah kami di Danau Aik Biru barang sejenak. Danau kecil nan eksotis yang tak lain adalah galian bekas tambang timah ini terletak di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas,Kabupaten Bangka Selatan. Setelah mengabadikan diri dengan latar menakjubkan itu, barulah kami menuju Desa Kurau Barat, langsung disambut oleh salah seorang nahkoda sekaligus pemilik kapal laut yang sudah kami hubungi jauh-jauh hari. Sekitar 1,5 jam perjalanan laut, tibalah kami di Pulau Ketawai yang mempesona. "Bila dikelola dengan baik, pulau ini bisa menjadi saingan Gili Trawangan di Lombok," kata Hendry, salah seorang kawan yang pernah menjadi travelmate saya saat menjelajahi Bali dan Lombok beberapa waktu silam.Hari kelima, kawan semasa kuliah saya di Yogyakarta itu kembali saya giring menikmati keindahan tiada batas pulau penghasil bijih lada kualitas nomor wahid di dunia ini. Hari itu, Belinyu di Bangka Utara menjadi sasaran kami, tepatnya Pulau Putri. Salah satu pulau mini dari gugusan empat pulau yang membentang di hadapan Pantai Penyusuk ini, kini sedang terkenal di kalangan wisatawan yang datang ke Pulau Bangka lantaran pemandangan lautnya yang menawan, termasuk ekosistem terumbu karang yang katanya masih tersusun dengan baik untuk ukuran Pulau Bangka yang marak oleh aktivitas tambang. Selain saya dan tiga orang kawan tadi, petualangan kami menuju Pulau Putri ditemani oleh Nunung Fatimah, Firda Anggola, dan salah seorang teman lama bernama Renilda.Sekitar tak kurang dari 2 jam perjalanan darat dari Pangkalpinang, tibalah kami di bibir Pantai Penyusuk,salah satu pantai cantik di ujung utara Pulau Bangka. Di tepi pantai ini, berjejer dengan rapi aneka ukuran dan rupa kapal laut milik nelayan setempat yang siap mengangkut wisatawan yang hendak menyeberang ke Pulau Putri. Hanya dengan membayar Rp. 20.000/ orang pulang-pergi, sampailah rombongan kami di Pulau Putri, hanya dalam kurun waktu 5 menit lamanya. Pulau Putri sesak oleh wisatawan hari itu. Maklum hari minggu. Setelah mengabadikan potret diri dengan latar Pulau Putri, siang menjelanag sore itu pun kami langsung terjun bebas dari sebuah batu granit raksasa, menceburkan diri ke dalam laut yang hijau bersih lagi jernih. Di pulau ini, kita pun bisa mengapung di permukaan laut dengan menyewa pelambung beragam ukuran dan kapasitas yang di pulau mungil ini.Petualangan saya menemani kawan-kawan yang datang berlanjut di hari keenam, beberapa hari menjelang kepulangan mereka meninggalkan Pulau Bangka. Hari itu, saya bermaksud mengajak mereka menjelajahi keindahan sisi timur Pulau Bangka, mulai dari Pantai Tikus dengan ikon Puri Tri Agung yang gagah perkasa, mengunjungi Pantai Rambak, menengok penangkaran tukik di Pantai Tongaci, menikmati keindahan Pantai Parai Tenggiri, dan menjelajahi Pantai Matras yang merupakan pantai terpanjang di Pulau Bangka. Sayang, oleh karena waktu yang terbatas, serta tenaga kawan-kawan saya itu yang kelihatan sudah mulai berkurang kekuatannya. Hari itu kami cuma mengunjungi Puri Tri Agung di Pantai Tikus, lalu duduk santai pada sebuah dangau di bibir Pantai Rambak.Sekalipun tak sempat kami datangi, sepulang dari Pantai Rambak, saya dan Renilda sengaja menggiring mereka melewati jalan-jalan dimana pantai-pantai itu berada. Mulai dari Pantai Tongaci (tempat penangkaran tukik atau penyu yang masih kecil), memandangi indahnya Pantai Parai Tenggiri yang sudah didirikan sebuah resort sejak lama, dan berakhir di ujung Pantai Matras, sebelum akhirnya berputar pulang menuju Pangkalpinang. Pulangnya, kami melewati jalan lingkar timur, jalan alternatif Sungailiat-Pangkalpinang yang sengaja dibangun untuk memperlancar arus lalu lintas dua kota utama di Pulau Bangka itu, sekaligus melewati gagahnya Jembatan Baturusa III yang melengkung mengangkangi aliran sungai Baturusa, salah satu sungai terpanjang di Pulau Bangka.Pada hari ketujuh, sedianya saya ingin mengajak mereka menjelajahi indahnya pantai-pantai di sebelah barat Pulau Bangka, seperti Pantai Siangau, Pantai Tanjung Pabrik, dan sejumlah pantai lain yang akhir-akhir ini ramai oleh wisatawan yang datang. Sayang, mungkin diakibatkan rasa lelah sebab harus bergiliran membawa mobil dari tempat wisata satu ke tempat wisata yang lain, dari ujung selatan ke utara atau pun sebaliknya, atau barangkali ada alasan lain, tiga orang kawan saya itu memutuskan untuk berada di Pangkalpinang saja hari itu. Sebagai pemandu, saya pun mengikuti saja apa kata mereka.Setelah bertandang ke rumah salah seorang kawan kuliah, ditemani Renilda, kami berbelanja beraneka rupa jenis ikan, cumi dan kepiting di pasar sore kawasan Air Itam, Kecamatan Bukit Intan, Pangkalpinang. Menjelang petang, dengan sebuah sepeda motor saya dan Hendry menuju pusat kota, hendak membeli martabak manis di salah satu tempat penjualan martabak terkenal di Pangkalpinang. Namanya "Martabak Acau 89". Dari wilayah Sampur di tenggara Pangkalpinang. Saya sengaja membawa Hendry menuju pusat kota melewati Pemakanan Sentosa, yang konon merupakan pemakanan etnis Tionghoa terbesar di Asia Tenggara.Selesai dipanggang, aneka rupa makanan laut yang sudah kami beli kami lahap beramai-ramai, sebagai malam perpisahan kami dengan Hendry, Adri, dan Ridho yang esok harinya akan kembali ke tempat mereka beraktivitas seperti sediakala. Pukul 14.00 WIB esok hari, saya mengantar mereka kembali ke Bandar Udara Depati Amir. Ah, baru kemarin sore rasanya saya menjemput mereka di tempat yang sama. Sore itu, mereka harus kembali pulang setelah satu minggu lamanya di Pulau Bangka. Semoga liburannya berkesan, kawan! Sampai jumpa lagi di pulau kami. Salam traveler!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads