Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor

Derry Nurmansyah - detikTravel
Minggu, 19 Jul 2015 10:28 WIB
loading...
Derry Nurmansyah
Curug Ciorok dengan debit air yang sedang tidak begitu deras
Brown Canyon rasa bogor
jalur setapak perkebunan
jalan setapak yang tertutup
kolam alami curug ciorok
Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor
Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor
Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor
Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor
Curug Ciorok, yang Kecil & Segar Saat Mudik ke Bogor
Jakarta - Jangan hanya diam di rumah saat pulang kampung. Jika mudik ke Bogor, kenapa tidak coba mendatangi Curug Ciorok. Meski airnya sedikit, pemandangannya indah!Curug Ciorok merupakan curug terkecil yang terletak di Pasir Pogoh, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat. Curug Ciorok berada di kaki Gunung Salak dan menjadi salah satu destinasi wisata di wilayah Bogor yang patut dikunjungi bagi Anda yang menyukai berpetualang di alam liar untuk memacu adrenalin. Selain letaknya yang tersembunyi dan jauh dari keramaian, Curug Ciorok menawarkan beraneka macam panorama alam pemandangan perkebunan yang tumbuh di areal sekitar saat mulai menapakkan kaki. Weekend yang sangat membosankan, bingung mau kemana karena tidak ada tujuan, kemudian Iyud mengajak saya untuk jalan-jalan ke curug, rencana awal ingin ke Leuwi Priok yang berlokasi di sentul, namun saya mengajak ke curug yang belum tereksplorasi oleh orang banyak yang berlokasi di wilayah Caringin, Bogor.Pukul 09.00 WIB, janjian di stasiun bogor, sepagi mungkin saya berangkat dari rumah dengan menggunakan sepeda motor, sementara Iyud berangkat menggunakan kereta api. Setelah bertemu dengan Iyud di seberang stasiun bogor, kami segera meluncur ke lokasi yang dituju. Di pertengahan jalan kami berhenti di indomart untuk membeli bekal seperti pop mie, air mineral dan kopi, karena saya membawa nesting dan kompor untuk masak air saat tiba di lokasi.Kondisi jalan raya Bogor saat itu sangat macet karena sedang banyak event yang sedang berlangsung, dengan memanfaatkan celah-celah diantara himpitan mobil-mobil, saya meliuk-liukan sepeda motor untuk menghindari kemacetan. Untuk menuju ke lokasi, saya melewati jalur Batu Tulis yang juga tak luput dari kemacetan, karena ruang jalanan yang tidak begitu luas dan menurun ke bawah melintasi pintu rel kereta stasiun Batu Tulis.Setelah melewati jembatan dan terlepas dari kemacetan, terdapat pertigaan lalu saya membelokkan sepeda motor ke kanan mengambil jalur ke arah Cijeruk, di lokasi ini jalanan begitu lengang dan sepi, tak banyak kendaraan yang melewati jalur ini. Tekstur jalanan yang naik turun dengan panorama pemandangan Gunung salak dan Gunung Gede disertai dengan hembusan udara bogor yang sangat segar.Rencananya kami ingin pergi ke Telaga Warna yang terdapat di wilayah Caringin, namun di pertengahan jalan saya melihat ada sebuah plang tentang keberadaan Curug Ciorok yang berdiri tegak diantara pertigaan dan rasa penasaran hinggap di kepala kami."Yud, mau ke Curug Ciorok ngga?" tanyaku dengan menghentikan sepeda motor."Di mana letaknya?" tanya Iyud."Itu ada plang nya dan tinggal belok kanan saja," jawabku dengan menunjuk ke arah plang."Oh boleh deh," ujar Iyud.Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan membelokkan sepeda motor ke arah kanan sesuai dengan info dari plang tersebut. Di pertengahan jalan terdapat pertigaan lagi yang membuat kami kebingungan lalu memutuskan untuk mengambil jalan lurus dan sesekali bertanya dengan penduduk sekitar yang kebetulan sedang melintas dengan sepeda motornya mengenai keberadaan Curug Ciorok.Pemuda tersebut memberi tahu kami untuk terus ke arah atas, dan kami mengikuti info dari pemuda tersebut, dengan menanjak keatas mengikuti jalan yang kami lalui hingga akhirnya buntu tak ada jalan lagi selain hamparan kebun teh yang luas dan pemandangan kota bogor dari puncak bukit. Kebingungan kembali melanda di kepala kami masing-masing dan kebetulan terdapat seorang anak remaja yang sedang duduk diatas motornya, kami bertanya kembali mengenai keberadaan Curug Ciorok, namun orang itu tidak tahu keberadaan curug yang ingin kami kunjungi, namun orang itu memberi tahu kami jika diareal ini tempat jatuhnya pesawat sukhoi beberapa tahun silam.Merasa tersesat kami kembali turun ke bawah dan bertanya ke penduduk sekitar yang kami temui di jalan. Beberapa pemuda yang sedang nongkrong di tepi jalan memberi tahu kami untuk belok kanan dengan melewati jembatan saat di pertigaan. Kami melanjutkan perjalanan kembali hingga dipertigaan lalu belok kanan melewati jembatan kemudian menanjak keatas, situasi yang begitu sepi ditambah lagi dengan kebingungan yang melanda.Hingga akhirnya saya melihat ada sebuah warung dan bertanya ke salah satu penduduk yang sedang jaga warung, orang tersebut memberitahu kami untuk jalan lurus naik keatas lalu belok kanan saat di penambangan dengan logat bahasa sundanya yang saya tidak mengerti. Lalu kami melanjutkan perjalanan mengikuti jalanan yang terus naik keatas, hingga akhirnya saya menemui beberapa villa, karena merasa tersesat saya mencoba bertanya kembali ke penduduk sekitar yang kebetulan saat itu ada seorang bapak yang sedang berkebun."Permisi pak, mau tanya, Curug Ciorok di mana ya pak?" tanyaku ke bapak yang sedang berkebun."Ada di bawah dek, nanti turun lalu belok kiri ke arah penambangan," ucap bapak tersebut."Belok kiri yang pertama atau yang dibawahnya lagi pak ?" tanyaku dengan kebingungan."Belok kiri yang pertama setelah adek turun dari sini," ucap Bapak tersebut."Baik pak, terima kasih ya pak," ucapku dengan menghidupkan kembali sepeda motor."Iya dek," ucap Bapak tersebut.Dan kami melanjutkan perjalanan dengan membalikkan sepeda motor turun kebawah yang penuh kebingungan, sesampainya dibawah setelah turun, saya membelokkan sepeda motor ke kiri dengan melewati jalan setapak ukuran mobil dengan tekstur jalanan yang penuh dengan bebatuan, jalan ini merupakan keluar masuk truk untuk mengangkut tanah yang ditambang dari bukit sekitar.Setelah memasuki areal penambangan, situasi terlihat gersang dan tak ada rumah penduduk, namun ada beberapa penduduk setempat yang sedang bekerja menambang."Maaf pak...mau tanya kalau ke curug ciorok lewat mana ya ?" tanyaku ke salah satu dari mereka."Ada di bawah, motornya diparkirkan saja di sini," ucap orang tersebut sambil menunjuk ke sebuah pos."Jalannya ke arah mana ya pak untuk ke curug?" tanyaku lagi."Nanti adek jalan lurus lalu belok kanan dan ikuti saja jalan tersebut," ucap orang tersebut."Baik pak...terima kasih ya," ujarku.Saya segera memarkirkan sepeda motor di sebuah posko tempat para pekerja tambang beristirahat, kemudian melanjutkan jalan kaki dengan berbekal info yang kami dapat dari salah satu pekerja tersebut. Suasana gersang dan hujaman sinar matahari menyambut kedatangan kami, dengan mengikuti jalan setapak ukuran mobil, tampak bukit yang terpahat karena penambangan dan beberapa pekerja tambang yang sedang bekerja dengan semangat ataupun yang sedang istirahat menyambut kedatangan kami dengan senyuman ramahnya.Setelah memperhatikan dengan seksama di areal bukit tersebut, Lokasi ini hampir mirip dengan Brown Canyon yang terdapat di Semarang, namun pahatan-pahatan di areal ini jelas berbeda dengan Brown Canyon yang terdapat di Semarang, rencananya kami ingin langsung ke Curug Ciorok, namun kami menikmati areal Brown Canyon terlebih dahulu.Dari kejauhan tampak para pekerja yang sedang beristirahat ataupun yang sedang bekerja memperhatikan keberadaan kami yang sedang mendokumentasikan lokasi tersebut dalam bentuk photo. Lokasi ini tampaknya terisolasi dari keramaian, tak banyak orang yang mengunjungi areal ini, suasana yang gersang dan tertutup oleh perkebunan membuat lokasi ini cukup tersembunyi.Setelah puas menikmati Brown Canyon rasa bogor, kami melanjutkan trekking menuju Curug Ciorok yang lokasinya benar-benar tersembunyi, petunjuk arah menuju ke curug pun tidak ada sama sekali, selama diperjalanan yang naik turun, kami disuguhi dengan pemandangan panorama beraneka macam perkebunan, kesan sunyi dan hening melengkapi lokasi ini.Sesampainya di perkebunan cengkeh, kami kebingungan harus mengambil arah jalan yang mana karena tidak adanya petunjuk sama sekali, dan saya melihat ada 2 petani yang sedang bekerja di ladangnya, kemudian saya bertanya ke petani tersebut, namun petani tersebut hanya memberitahu kami info yang tidak kami pahami, kemudian saya memutuskan untuk trekking menuju keatas dengan melewati jalan setapak yang tertutup oleh semak belukar.Tak ada orang yang melintasi areal yang kami lewati, saya merasa kalau sedang tersesat di antara semak belukar tersebut, namun saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan, sementara Iyud sudah kelelahan karena trek jalan yang menanjak keatas dan ingin menghentikan perjalanan, namun saya hibur untuk tetap melanjutkan perjalanan.Setelah sampai diatas, saya semakin yakin kalau sedang tersesat, dan kebetulan saya bertemu dengan petani lainnya yang sedang bekerja di ladangnya, lalu saya bertanya mengenai keberadaan Curug Ciorok, petani tersebut memberitahu kami jika Curug Ciorok ada dibawah, dan benar saja dugaan saya kalau kami tersesat.Kami segera turun kebawah lagi, kembali ke perkebunan cengkeh yang menjadi patokan kami, sementara Iyud sudah hampir menyerah karena kelelahan akibat medan yang naik turun. Namun saya paksakan untuk tetap terus berjalan. Sesampainya dibawah, kami bertemu dengan kedua petani yang saya temui sebelumnya dan sedang beristirahat.Saya memberitahu ke mereka kalau kami tersesat hingga keatas, dan kedua petani tersebut bersedia mengantarkan kami ke lokasi Curug Ciorok. Saya dan Iyud mengikuti kedua petani tersebut dari belakang, dan ternyata dari perkebunan cengkeh seharusnya belok kanan dengan melewati perkebunan pohon jinjing.Dengan melewati jalan setapak diantara perkebunan pohon jinjing, kami memasuki semak belukar lagi, sampai disini Iyud sudah benar-benar menyerah dan ingin menghentikan perjalanan lalu menyuruh saya untuk meneruskan perjalan seorang diri, namun saya menolak dengan keputusan Iyud, lalu saya rayu-rayu kembali dan akhirnya Iyud melanjutkan perjalanan kembali. trek untuk mencapai ke Curug Ciorok tidaklah berat, karena jalanan yang landai dan tidak menanjak, hanya saja harus melewati semak belukar dan hutan yang ada di areal tersebut.Kurang lebih 30 menit trekking dari perkebunan cengkeh, kami tiba di lokasi Curug Ciorok, kemudian saya berterima kasih kepada kedua petani tersebut yang telah bersedia mengantarkan kami ke lokasi Curug. Setelah itu kedua petani tersebut kembali ke ladangnya, dan kami harus melewati semak belukar lagi yang beberapa meter di depannya adalah Curug Ciorok.Terdengar suara beberapa orang yang juga sedang mengunjungi areal tersebut, saya melihat asap dari balik pepohonan, tampaknya rombongan tersebut sedang membakar sesuatu. Setelah menembus semak belukar, tibalah kami di Curug Ciorok lalu bertemu dengan rombongan orang lain yang sedang memasak nasi liwet di areal curug.Kurang lebih 15 orang yang sedang bergotong royong memasak nasi liwet, saya dan Iyud segera mencari posisi duduk untuk beristirahat, saat kami mengunjungi Curug Ciorok, debit air sedang tidak deras, sehingga air terjun yang turun dari atas tidak begitu deras, tampak anak-anak remaja dan anak kecil dari rombongan tersebut sedang bermain di bebatuan areal Curug Ciorok sementara temannya yang lain sedang memasak nasi liwet.Saya segera mengeluarkan nesting dan kompor untuk masak air untuk membuat kopi sambil menikmati suasana alam Curug Ciorok yang begitu sepi, hening dan jauh dari keramaian. Disini kami benar-benar menikmati suasana alam yang begitu asri dan sunyi yang ditemani dengan 2 cangkir kopi hangat yang kami buat dengan alunan gemericik aliran air terjun Ciorok.Tertutup oleh pepohonan di areal curug, tampak bebatuan yang tidak begitu banyak namun licin, sementara tepat di depan kami terdapat kolam alami dengan air yang tidak begitu banyak. Sesekali Iyud naik keatas untuk mandi dari curahan air terjun yang turun dari atas, sementara saya hanya duduk diatas bebatuan dekat kolam alami sambil menikmati suasana.Karena penasaran, akhirnya saya mencoba untuk memanjat bebatuan paling atas yang terdapat di lokasi, dan saat naik keatas, bebatuan tersebut sangat licin dan saya memutuskan untuk turun kembali dengan hati-hati, karena salah pijak bisa berakibat fatal, kemudian saya turut mandi dari curahan air terjun Ciorok.Air yang segar dan dingin membuat sekujur tubuh saya gemetar karena menahan rasa dingin, kemudian saya kembali lagi ke posisi duduk di bebatuan untuk mengeringkan tubuh yang basah dan memasak air lagi untuk membuat kopi kedua kalinya, sementara beberapa orang dari rombongan tersebut mengajak kami untuk makan nasi liwet bersama, namun kami menolaknya karena rasa tidak enak dan baru kenal di lokasi.Karena waktu sudah menjelang sore hari, rombongan tersebut pulang dan karena situasi lokasi sudah semakin sepi, tak lama kemudian kami beranjak dari tempat tersebut untuk pulang dengan melewati jalur setepak yang kami lalui sebelumnya. Saat berjalan menuju parkiran motor, kami menyempatkan diri untuk menikmati Brown Canyon rasa bogor lagi beberapa saat, kemudian berjalan menuju ke parkiran.Sesampainya di posko tempat kami memarkirkan sepeda motor, Iyud mengganti pakaian yang basah, sementara saya ngobrol-ngobrol dengan salah satu penduduk setempat yang kebetulan sedang mencuci sepeda motornya, setelah Iyud selesai mengganti pakaiannya yang basah, kami melanjutkan perjalanan untuk berwisata kuliner di Pemda, Cibinong. Selesai berwisata kuliner, saya mengantarkan Iyud ke stasiun Bojong Gede dan kami pulang ke rumah masing-masing.HOW TO GET THEREJika dari Jakarta menggunakan mobil, masuk ke tol arah Bogor dan keluar di pintu tol Bogor, Baranang Siang. Jika Anda dari Jakarta menggunakan sepeda motor, lewat jalur jalan raya Bogor hingga ke kota Bogor. Lalu ambil jalur ke arah Batu Tulis, saat melintasi jembatan Batu Tulis akan ada pertigaan, jika lurus ke arah Rancamaya, ke kanan ke arah Caringin, Anda belok kanan dan lurus terus ikuti jalan utama hingga memasuki wilayah Cijeruk, perhatikan plang di kiri jalan yang berdiri tegak tentang keberadaan Curug Ciorok, jika sudah melihat plang tersebut, Anda belok kanan menanjak ke atas lalu ikuti jalan utama, nanti ada pertigaan, Anda belok kiri dengan melewati jembatan, dan perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalan utama. Tekstur jalanan bebatuan kerikil, jika Anda sudah menemukan jalan yang beraspal menuju keatas, Anda belok kanan melewati jalan setapak ukuran mobil yang menjadi akses keluar masuk truk areal tambang, dengan tekstur jalan yang penuh bebatuan. Parkirkan kendaraan anda di posko tempat para pekerja tambang beristirahat lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 2 km.Untuk menuju Curug Ciorok, dari parkiran kendaraan, belok kanan, setelah melewati Brown Canyon rasa Bogor, Anda ikuti saja jalan setapak hingga menemukan perkebunan cengkeh. Di sebelah perkebunan cengkeh terdapat perkebunan Jinjing, Anda harus melewati jalan setapak perkebunan Jinjing dan ikuti saja jalan setapak tersebut dengan melewati semak belukar dan perkebunan lainnya. Lamanya waktu trekking tergantung saat jalan kaki, lokasi ini masih gratis (belum ada tiket masuk) karena belum ada yang mengelolah, untuk bayar parkir seikhlasnya. Lokasi Curug Ciorok di Pasir Pogoh, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Bogor. Lokasi ini sangat cocok buat anda yang suka berpetualang di alam liar dan menyukai tantangan, jika anda ingin mengunjungi Curug Ciorok sebaiknya bawa bekal makanan dan minuman yang banyak, karena saat di lokasi tidak ada warung, dan jangan lupa untuk bawa kembali sampah Anda.
Hide Ads