Air Terjun Pancaro Rayo, si Cantik dari Jambi
Rabu, 19 Agu 2015 11:50 WIB

Cendikia Panggih
Jakarta - Potensi wisata alam Jambi di Sumatra memang belum banyak diketahui wisatawan. Namun tidak jauh dari Gunung Kerinci, terdapat Air Terjun Pancaro Rayo yang belum banyak diketahui. Anda akan dibuat terpesona saat melihat kecantikannya.Tidak banyak yang mengetahui keberadaan wisata alam di Kerinci, Provinsi Jambi. Jangankan mengetahui soal wisatanya, mendengar nama Kerinci saja mungkin hanya dari nama sang atap Sumatera, Gunung Kerinci. Padahal kabupaten yang terletak sekitar 400 km dari ibukota Provinsi Jambi ini memiliki segudang wisata alam yang sangat menarik. Salah satunya adalah air terjun Pancaro Rayo di Desa Koto Tuo, Kecamatan Keliling Danau, Kerinci.Lokasi air terjun ini memang sedikit tersembunyi. Namanya bahkan tidak tertera di papan penunjuk jalan buatan Dinas Perhubungan. Pintu masuknya atau lebih tepat disebut gang masuk, terletak di sebelah kanan jalan jika Anda berkendara selama 15-20 menit dari Kota Sungai Penuh. Terdapat papan penunjuk jalan sepanjang 30 cm bertuliskan 'lorong air terjun.' Agak bingung mencarinya, karena tulisan itu tidak terlihat dari kejauhan. Kendaraan bisa dititipkan di rumah warga dengan ongkos Rp 5.000,00 untuk sepeda motor.Sebelum mendaki, mata akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah hingga tiba di kaki bukit. Begitu mendaki, kita bisa melihat pemandangan Danau Kerinci dari kejauhan. Lainnya kita akan berhadapan dengan jalanan menanjak dengan semak di kiri-kanan, juga pohon yang jauh dan tidak rindang.Setelah mendaki sekitar 1 jam, Anda akan bertemu jalanan menurun yang berujung pada sebuah sungai. Di sungai ini, And bisa beristirahat sejenak, meluruskan kaki, atau mencuci muka dengan air sungai super segar. Sungai ini dangkal, hanya sekitar semata kaki, sehingga kita hanya perlu menggulung kaki celana kalau tidak mau celananya basah. Lebarnya juga hanya sekitar 3 meter.Namun saya dan rekan-rekan sempat sempat tersesat selama sekitar 1,5 jam ketika akan melanjutkan perjalanan dari sungai. Jadi, kami hanya melihat satu jalan untuk menuju air terjun, yaitu jalan lurus. Ketiga rekan saya yang sebelumnya sudah pernah ke Pancaro Rayo ini sangat yakin ketika saya bertanya arah selanjutnya. Kami menyusuri sungai, melompati batu-batu dan pohon tumbang, tetapi tetap tidak menemukan jalan yang benar. Ketika akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat semula, barulah kami sadar bahwa jalan yang benar adalah menyeberangi sungai, kemudian berjalan sedikit menyerong ke kanan. Bukan terus berjalan lurus. Bahkan, di jalan yang tadi kami lalui sudah diberi tanda merah pada sebuah batu besar. Kami tergelak, mungkin kami tidak awas karena terlalu bersemangat.Medan yang dilalui setelah sungai ini tidak begitu sulit. Ada beberapa tanjakan, tetapi tidak securam tanjakan di awal. Jalan setapak yang dilalui juga diberi kayu agar lebih mudah dilalui. Sebab, terdapat ladang-ladang milik warga juga di sekitar sini.Sekali lagi saya dan rekan-rekan tersesat. Kami berjalan terus mengikuti jalan setapak hingga sampai di pinggir sungai kecil. Beruntung kami bertemu petani yang menanyakan tujuan kami. Rupanya jalan yang asli ada jauh di belakang kami. Jalan setapak kecil itu tersamarkan oleh rumput ilalang yang mulai tinggi. Seharusnya tadi kami berbelok ke kiri, bukan terus berjalan lurus. Mata memang harus benar-benar teliti karena tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan penanda untuk belokan ini.Jika sebelumnya kita disuguhi jalan-jalan tanah yang gersang, maka kali ini Anda akan berjalan melalui pepohonan rimbun nan teduh, menjadikan jalan setapak yang dilalui lembab. Di sini Anda akan menyeberangi tiga sungai lagi sebelum akhirnya mencapai semacam shelter yang tidak terawat. Dari shelter ini, air terjun setinggi 150 m itu sudah terlihat.Jika ingin terus melanjutkan perjalanan hingga ke bawah air terjun, maka Anda masih harus melalui batu-batu besar. Juga menaiki tangga kayu yang dibuat oleh entah siapa. Terpujilah ia yang membuat tangga ini untuk memudahkan pengunjung, meski tangga itu terlihat rapuh dan sudah patah di beberapa bagian. Jalan yang dilalui kecil, tetapi tinggi dan bersebelahan dengan sungai. Jadi hati-hati jangan sampai terpeleset jatuh.Saya terpana melihat pemandangan yang terhampar di depan mata. Air seperti mengalir dari celah kedua tebing, lalu jatuh seperti tertumpah. Kami pergi di musim kemarau, sehingga debit air yang jatuh tidak begitu besar. Sehingga cipratannya juga tidak cukup untuk membasahi kami. Namun sisi baiknya, jalanan yang dilalui jadi kering dan tidak licin ketika didaki.Sebenarnya di bawah air terjun itu terdapat kolam yang bisa dipakai untuk berenang atau sekadar main air. Namun karena saya sudah terlalu kelelahan, kami berhenti sekitar 25 meter dari air terjun. Namun, begitu saja saya sudah sangat puas bisa melihat salah satu karya tangan Tuhan ini.Meski tidak populer, tetap saja ada orang-orang nakal yang meninggalkan sampah botol air mineral di sini. Padahal, botol-botol itu bisa diisi kembali dengan air sungai dan dibawa pulang. Air sungainya sangat jernih dan segar. Bisa langsung diminum, tak peduli dengan uji laboratorium. Lumayan untuk bekal perjalanan pulang nanti.Begitulah, kami mencari surga di negeri yang dijuluki 'Sekepal Tanah Surga' ini. Semoga surga ini tetap menjadi surga di tangan orang-orang yang memang mencintainya, bukan yang mengaku cinta tetapi malah menyakiti alam.
Komentar Terbanyak
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Aneka Gaya Ahmad Sahroni di Luar Negeri dari Paris sampai Tokyo
Viral Beredar Template IG Itinerary Kunker Anggota DPR Komisi XI di Sydney