Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami

Mahesa.krishna - detikTravel
Jumat, 02 Jan 2015 14:59 WIB
loading...
Mahesa.krishna
Tangga keluar masuk menuju metro di Restauradores
Salah satu stasiun metro di Lisbon, Portugal
Tram kayu dan masinisnya
Turis menjadi penumpang mayoritas di tram kayu
Pemandangan Kota Lisbon dari Taman Jardim de S. Pedro
Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami
Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami
Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami
Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami
Lisbon, Kota Cantik di Portugal yang Pernah Tersapu Tsunami
Jakarta - Kota Lisbon di Portugal terkenal eksotis dan bersejarah. Namun, siapa sangka di balik keeksotisannya, Kota Lisbon pernah luluh lantak dihantam tsunami sekitar 260 tahun yang lalu.Setelah mencoba mencari beberapa penerbangan murah di salah satu situs pencarian tiket ternama, mata saya terpaku pada satu negara yang belum pernah saya kunjungi. Dahulu bangsa negara ini pernah singgah di kepulauan Ambon dan Nusa Tenggara, Indonesia. Negara itu adalah Portugal.Portugal sendiri adalah negara yang terletak bersebelahan dengan Spanyol, dimana saya melakukan studi master. Teman kampus saya yang berasal dari Portugal, Sofia, merekomendasikan untuk berkunjung ke Lisbon, ibu kota Portugal.Katanya, 2 hari tidak akan cukup untuk melihat Lisbon. Saya putuskan untuk tinggal selama 4 hari. Setelah mendarat di Aeroporto de Lisboa, hal yang saya cari adalah kartu sim untuk ponsel saya. Hal yang selalu saya lakukan apabila traveling.Dengan biaya sekitar 10-20 Euro (Rp 150-300 ribu), ponsel bisa berfungsi dengan maksimal, baik untuk Google Map, media sosial dan googling tempat-tempat asik di lokasi tujuan.Untuk menuju kota, saya memilih untuk naik bus. Ada bus khusus dengan rute bandara ke pinggir kota, Praca do Marques de Pombal. Dari situ kemudian saya menaiki metro (kereta bawah tanah) hingga tengah Kota Tua Lisbon.Karena perut mulai berontak, maka saya memilih untuk turun di Stasiun Restauradores. Saya pikir ini semacam kawasan restoran, namun ternyata saya salah.Restauradores bukanlah kawasan restoran tetapi sebuah lapangan yang berada di Kawasan Kota Tua Lisbon. Saat saya berkeliling mencari tempat makan, tiba-tiba rasa lapar saya hilang setelah melihat tram kayu yang akan segera berangkat.Di Eropa, hanya ada dua kota yang masih menggunakan tram kayu untuk transportasi sehari-hari yaitu di Lisbon, Portugal dan Milan, Italia. Sungguh sangat beruntung!Di kota Eropa lainnya juga ada tram kayu, namun digunakan untuk atraksi turis saja dengan harga tiket yang tentu saja harga turis.Saya bergegas untuk naik ke dalam tram ini. Dengan membayarkan sekitar 1.25 Euro (Rp 19.000), saya berharap dapat berkeliling kota dengan tram ini.Namun, saya salah, tram ini hanya berjalan lurus ke atas bukit yang berjalak 300 m saja. Meskipun di samping tram ini tersedia trotoar, mungkin kaki saya akan ikutan berontak jika mendaki bukit yang cukup terjal ini.Ternyata penumpang tram kayu ini mayoritas adalah turis. Dengan kapasitas tram kayu yang hanya 15 orang, tampaknya tram penuh sesak dengan turis yang duduk berhadap-hadapan.Masinis tram kayu ini mengingatkan saya pada Super Mario Bros. Postur tubuh yang besar dan gemuk, rambutnya yang keriting, kumisnya tebal, agak tua, berseragam dan topinya yang khas. Ia dengan ramah menjelaskan tujuan perjalanan dari tram kayu ini dan mengingatkan para penumpang untuk berpegangan. Sesampainya di pemberhentian terakhir di Bairro Alto, jika diartikan secara harafiah adalah "kampung atas". Pemandangan yang bisa dinikmati di taman Jardim de S. Pedro de Alcantara sungguh indah!Sesuai namanya, Bairro Alto, lokasi ini berada di atas Kota Lisbon. Dari sini, bisa melihat hampir seluruh kota yang berlokasi di lembah yang diapit dua bukit.Di sisi seberang, terdapat bukit dengan kastil yang sangat besar. Sama sekali tidak tampak sisa-sisa gempa besar dan tsunami yang sekitar 260 tahun lalu pernah meluluh lantakkan kota indah ini.Setelah berdiam diri menikmati pemandangan dan memotret berulang kali pemandangan keren ini, perut semakin berontak lebih keras lagi. Kini bercampur dengan sedikit masuk angin.Saatnya saya beranjak untuk benar-benar mencari tempat makan. Masih ada 3 hari lagi di Lisbon, saya tidak mau tumbang karena terlambat makan siang.
Hide Ads