Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan

Khairil A. Kasim - detikTravel
Senin, 05 Jan 2015 14:50 WIB
loading...
Khairil A. Kasim
Tampak depan makam Teuku Nyak Arief
Prasasti di pintu gerbang
Gapura makam
Nampak dari sisi barat
Dilihat dari dalam gapura
Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan
Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan
Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan
Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan
Mengenal Teuku Nyak Arief, Pahlawan Aceh yang Terlupakan
Jakarta - Di Aceh ada makam dari seorang pahlawan pada masa kemerdekaan yang tak banyak orang ketahui pada umumnya. Bernama Teuku Nyak Arief, makam ini menjadi bukti napak tilas perjuangan beliau.Teuku Nyak Arief, sekilas ketika kita mendengar nama itu langsung akan terbayang di benak kita akan nama sebuah jalan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu jalan utama menuju kampus Universitas Syiah Kuala. Hal itu senada dengan tanggapan Asmarizal "Saya cuma tau T. Nyak Arief itu nama jalan di Darussalam, tentang siapa dia itu saya kurang tahu," ungkap mahasiswa tehnik, Unsyiah itu ketika ditanyai.Teuku Nyak Arief adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau lahir di Ulee Lheue, Banda Aceh pada tanggal 17 Juli 1899. Nyak Arief pernah menempuh pendidikan SD di Banda Aceh, Kweekschool (Sekolah Para Raja) di Bukit Tinggi dan Osvia (Sekolah Pamong Praja) di Serang, Banten, Jawa Barat.Memang tidak banyak yang tahu tentang pahlawan nasional yang satu ini, padahal cukup banyak jasa dan pengorbanannya untuk bangsa ini. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan sejarah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya menghargai jasa pahlawan baik di kalangan akademis maupun masyarakat kita.Hal ini juga disebabkan karena kurangnya bukti sejarah yang ada tentang Teuku Nyak Arief. Namun ada beberapa bukti yang kuat akan keberadaannya, yaitu rumah kediamannnya semasa hidup yang persis berada tak jauh dari Jembatan Lamnyoeng atau persis berada di samping Masjid Putih (Masjid Teuku Nyak Arief).Selain itu, sebuah makam yang sekitar satu kilometer menjadi tempat persinggahan terakhirnya. Makam beliau berlokasi di Desa Lamreueng, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Bangunan komplek makam ini terletak tepat berada di pinggir jalan yang kira-kira berukuran 30x8 meter persegi yang di dalamnya terdapat beberapa makam, kondisinya cukup terurus dan tertata rapi.Namun sayang saat saya kunjungi pengurus makam tidak ditemui di lokasi makam, sehingga saya tidak dapat masuk ke dalam. Di bagian dinding pintu gerbang dapat kita lihat prasasti yang memuat tentang perjuangan beliau.Pada masa perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Teuku Nyak Arif adalah wakil pertama dari Aceh di Voolksraad (Dewan Rakyat) dan ketua NIP (National Indiche partij) cabang Kutaraja. Kemudian beliau dilantik sebagai Gubernur Aceh pertama (1945-1946) oleh Gubernur Sumatera pertama yaitu Moehammad Hasan, yang juga berasal dari Aceh.Ia juga merupakan salah seorang pendiri Fraksi Nasional dalam Voolksraad. Ia kerap mengkritik kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang selalu merugikan rakyat. Demikian pula pada zaman Jepang, Nyak Arief selain ditunjuk sebagai anggota Aceh Syu Sangikai (Dewan Rakyat Aceh) juga dipercaya menjadi anggota Sumatera Cuo Sangi In (Dewan Rakyat Sumatera).Meskipun kedua lembaga tersebut bentukan Jepang, namun secara diam-diam Nyak Arief tetap melakukan gerakan bawah tanah untuk menentang Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Teuku Nyak Arief diangkat sebagai Residen Aceh. Ketika Aceh masih ada tentara Jepang yang tersisa menunggu diusir oleh sekutu.Sekutu ditolak masuk oleh Teuku Nyak Arief, alasannya pemerintah daerah Aceh mampu melakukan hal itu. Teuku Nyak Arief kemudian melucuti senjata tentara Jepang. Kemudian terjadilah perang antara pejuang Aceh melawan Jepang yang dikenal sebagai peristiwa Krueng Panjo, Bireuen.Saat itu Pemerintah Daerah Aceh juga dipusingkan oleh adanya pemberontakan yang dilakukan oleh golongan Ulama di Aceh yang ingin mengambil alih tampuk pemerintahan dari golongan Ulee Balang (bangsawan). Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Teuku Nyak Arief sebagai Residen Aceh membiarkan dirinya untuk ditawan oleh Laskar Mujahidin dan Tentara Perlawanan Rakyat (TPR).Teuku Nyak Arief kemudian dibawa ke Takengon. Tidak lama kemudian pada tanggal 4 Mei 1946, Teuku Nyak Arief meninggal. Kini hanya kompleks makam itu yang tersisa yang mengubur begitu banyak jasa dan perjuangan beliau yang begitu bernilai harganya.
Hide Ads