Selain di Pantai Selatan, di Khayangan Juga Dilarang Pakai Baju Hijau
Jumat, 09 Jan 2015 15:31 WIB

I C H W A N
Jakarta - Di Wonogiri ada sebuah sebuah tempat yang disakralkan dan sangat mistis. Jika traveler ingin mengunjunginnya, tempat ini melarang pengunjung menggunakan baju warna hijau.Jika kita mendengar kata 'Kahyangan' pasti yang akan ada dalam pikiran kita adalah bidadari. Memang mitosnya beberapa orang beranggapan bahwa kahyangan adalah salah satu tempat bidadari berkumpul.Esok hari kakak saya penasaran dengan tempat tersebut, ia pun mengajak saya mendatangi tempat tersebut. Pagi hari tiba saya bergegas membangunkannya. Karena kondisi di wilayah Wonogiri sangat dingin kakak saya pun tertidur pulas, tak lama kemudian kakak saya terbangun dan menghampiri saya.Lalu saya pun mandi lebih dahulu, dan mempersiapkan barang yang harus dibawa dalam perjalanan. Beberapa menit kemudian barang yang ingin saya bawa sudah lengkap, saya pun bergegas berangkat ke Kahyangan .Dalam perjalanan menuju Kahyangan saya memandangi hamparan hijaunya ladang persawahan warga, burung-burung hinggap bebas menari di dahan ranting kering dan embun pagi masih tersisa di helaiβhelai padi yang menguning. Lampu rumah penduduk pun mulai padam dan berganti kepulan asap dari dapur mereka, itu menandakan bahwa ini sudah pagi.Saya pun segera memanfaatkan situasi itu, menghirup udara yang sejuk sambil tersenyum ria. Beberapa suguhan panorama terasering yang menawan menggambarkan tentang susunan alam yang indah.Jarak dari kediaman tempat saya menginap kiraβkira terhitung dengan spedometer berjarak sekitar 12 Kilometer, atau sekitar 15 Menit perjalanan saya pun tiba di dekat Kahyangan .Tempat Kahyangan ini terletak di wilayah Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, atau bisa ditempuh dari pusat Kota Surakarta sekitar 4 Jam perjalanan. Karena letak Kahyangan di daerah pegunungan, jadi medan yang ditempuh menuju Kahyangan sedikit agak menanjak yang mengharuskan kita berhati-hati.Tak lama kemudian saya tiba juga di Kahyangan, ternyata saat itu lumayan sedikit cukup ramai karena kondisinya berbarengan dengan hari libur panjang. Dengan membayar Tiket masuk Rp 5.000 saya sudah bisa masuk ke dalam wilayah lingkungan Kahyangan, namun tiket tersebut belum termasuk biaya parkir kendaraan.Saya pun tak sabar ingin segera melihat seperti apa Kahyangan tersebut, saya langsung memarkirkan kendaraan dan saya melanjutkan dengan berjalan kaki. Ketika melihat ke sebelah kanan saya, ternyata aliran air yang begitu indah mengalir dari hulu sungai. Warga sekitar mengatakan bahwa air tersebut bersumber dari mata air yang langsung keluar dari gunung.Air yang mengalir melewati bongkahan batu-batu besar membuat sebuah nada irama, mengalir deras dengan bebas menyentuh liku batu yang menjadikan sebuah cipratan-cipratan kecil. Batu-batu besar tersusun rapi tanpa seseorang pun merubahnya.Selain itu di sana juga terdapat air terjun kecil yang mengeluarkan derasnya air yang bersumber dari mata air pegunungan. Dinding air terjun menjadi sahabat sejati dengan deras nya air yang keluar, serta tumbuhan lumut yang melekat di dinding tumbuh subur menghijau.Di balik keindahannya yang bisa kita nikmati, kita harus mematuhi peraturan yang perlu kita perhatikan. Sebuah tulisan yang mengsyaratkan adanya larangan-larangan yang berbau magis.Terpampang tata tertib yang harus diperhatikan. Seperti menggunakan pakaian berwarna hijau di Kahyangan sangat dilarang jika kita perhatikan di tulisan yang ada di batu.Suasana mistis juga terlihat dengan adanya wadahβwadah sesaji dari bekas ritual kejawen. Bagi sebagian orang kepercayaan spiritual dari keyakinan budaya membuat tradisi kejawen sulit ditinggalkan, dengan seiringnya berjalannya waktu kini mitosβmitos tersebut sudah sedikit ditinggalkan karena kembali lagi kepada sugesti diri kita sendiri.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan