6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!

April Aprilianti - detikTravel
Minggu, 18 Jan 2015 15:11 WIB
loading...
April Aprilianti
Fort Rotterdam di pagi hari, bak lukisan!
Pinisi bersandar di Paotere
Istana Naga Sakti Kelenteng Xian Ma
Masjid Raya Makassar
Gereja Katedral
6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!
6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!
6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!
6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!
6 Jam Keliling Kota Makassar, Bisa!
Jakarta - Kota Makassar yang cantik, selalu menarik para traveler untuk datang dan menjelajah. Cukup 6 jam saja untuk berkeliling ke banyak tempat wisata menarik di kota Angin Mamiri ini. Seperti apa petualangannya?Jam 8 pagi jappa-jappa atau jalan-jalan dalam bahasa Makassar dimulai. Tujuan pertama adalah benteng Rotterdam atau yang dikenal dengan nama Fort Rotterdam. Benteng yang awalnya bernama benteng Ujung Pandang ini berdiri sejak tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10. Benteng ini berlokasi di jalan Ujung Pandang No.02, Makassar.Sebetulnya tidak ada tiket masuk ke benteng ini, tetapi pengunjung diharapkan partisipasinya dengan sumbangan sukarela. Benteng dengan dinding bercat kuning langsat terlihat kontras berpadu dengan beberapa daun jendela dan pintu yang berwarna merah. Di benteng ini terdapat ruang tahanan Pangeran Diponegoro.Fort Rotterdam memiliki museum dengan nama yang unik "la Galigo" yang diambil dari nama karya sastra dunia yang besar dan terkenal. Pertimbangan lainnya, nama La Galigo sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah seorang tokoh Legendaris putra Sawerigading Opunna Ware dari pernikahannya dengan We Cudai Daeng Ri Sompa.Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Payung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu yang merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan. Saya terkesan melihat museum La Galigo terawat cukup apik, terlihat betapa masyarakat Makassar begitu mengapresiasi sejarah mereka di tempatnya sendiri. Isi museum seperti pada umumnya memuat koleksi benda-benda bersejarah yang tersimpan apik didalam lemari kaca.Ada baju tradisional dan kain songket Makassar yang terkenal kehalusannya. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi benteng Rotterdam yang saat terekam lensa kamera tampak begitu dramatis antara bentuk bangungan kolonial berpadu dengan birunya langit. Cantik, bak lukisan!Konon asal usul nenek moyang kita yang seorang pelaut berasal dari Makassar. Pelaut Makassar terkenal kehebatannya mengarungi luasnya samudera dengan kapal kayu tradisional yang disebut Pinisi. Maka pelabuhan Paotere menjadi tempat persinggahan kedua yang dikunjungi.Pagi hari, hiruk pikuk di pelabuhan Paotere sudah terlihat. Beberapa kapal Pinisi sedang melakukan bongkar muat dan perbaikan. Beberapa kapal lainnya tampak sedang beristirahat bersandar di pelabuhan. Sementara itu di sisi lain dari pelabuhan, tampak sekumpulan anak-anak kecil sedang berenang riang gembira bersama-sama.Tidaklah heran kalau label pelaut ulung dilekatkan pada orang Makassar, laut menjadi taman mereka bermain semenjak kecil rupanya. Puas mengamati aneka kapal Pinisi yang sedang bersandar di pelabuhan, kaki kembali melangkah menuju tempat berikutnya.Masjid Raya Makassar yang didominasi warna putih terlihat anggun berdiri di bawah langit biru berawan putih. Sejenak saya terpana. Di mata saya, mesjid ini tampak bak istana yang ada di dongeng-dongeng negeri Timur Tengah. Satu persatu saya menapaki tangga mesjid yang megah ini. Pada salah satu dinding terdapat daftar nama panitia pemugaran Mesjid Raya Makassar yang dilakukan pada tanggal 16 Juni 1976.Nama H. Kalla dan H. Drs. Yusuf Kalla ada di dalam daftar. Mesjid ini kemudian diresmikan oleh H. Yusuf Kalla dibulan Mei 2005 saat beliau menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Mengintip kebagian dalam mesjid, saya menemukan sebuah Al-quran besar dengan ukuran 1m x 1,5m dan berat 544kg. Al-quran ini dikerjakan selama 12 bulan dan ditempatkan dalam peti kaca yang menggunakan kayu jati yang dikeringkan selama 1 bulan agar tahan hingga ratusan tahun. Subhanallah.Selain Mesjid Raya Makassar, ada dua mesjid lagi yang wajib untuk dikunjungi. Mesjid apung Amirul Mukminin yang terletak di pinggir pantai Losari. Mesjid mungil dengan kubah biru yang menjorok ke laut ini disangga oleh tiang-tiang kokoh menjadikannya terlihat cantik dan menjadi icon baru di pantai Losari. Mesjid selanjutnya adalah Al Markaz yang merupakan mesjid terbesar se Asia Tenggara. Konon tinggi menara mesjid Al Markaz menyamai tinggi menara Masjidil Haram. Luar biasa!Mayoritas penduduk di Makassar adalah muslim, tetapi jangan heran jika di sini tempat-tempat ibadah agama lainnya mudah ditemui. Agaknya kerukunan hidup beragama sudah tertanam baik di sini. Saat saya mengambil gambar-gambar ibadah seperti gereja dan klenteng pun mereka tidak melarang, malah mempersilahkaN.Tentu saja saya cukup paham batasan dan aturan mengambil gambar ditempat ibadah, agar tidak mengganggu umat yang sedang beribadah. Klenteng pertama yang disambangi adalah yayasan Marga Thoeng, yang didirikan sejak tahun 1898. Sayangnya hari itu klenteng sedang tutup, jadi saya hanya bisa mengambil gambar pintu klenteng yang berwarna merah dengan hiasan beberapa lampion diatasnya.Beberapa meter dari yayasan Marga Thoeng, ada klenteng Kwan Kong. Kali ini cukup beruntung. Klenteng sedang di buka dan beberapa umat tampak sedang sembahyang dengan khusyuk di dalam.Klenteng ini tampak kental nuansa Tionghoanya dengan ornamen patung singa yang sedang duduk sambil menggenggam bola dikaki kanannya. Di bagian dalam klenteng terdapat lonceng besar berwarna emas dengan tulisan Cina berwarna merah pada badan lonceng. Sementara pada altar sembahyang yang berwarna merah tampak beberapa lilin dan sesaji seperti minuman dan buah-buahan diatasnya.Keseruan belum berakhir, hanya berjarak belasan meter saja saya tiba di Istana Naga Sakti Klenteng Xian ma. Uniknya klenteng Xian Ma diresmikan oleh H. Syahrul Yasin Limpo yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 2009. Nah, sekali lagi bukti kerukunan antar umat beragama terlihat harmonis disini. Hebat!Berseberangan dengan klenteng Xian Ma, tampak vihara Ibu Agung Bahari. Bagian depan vihara tampak dihiasi lampion berwarna merah dengan beberapa pilar berukir menopang canopi teras vihara. Tempat terakhir yang saya kunjungi selanjutnya adalah gereja Katedral. Sengaja saya memilih gereja sebagai tempat terakhir untuk dikunjungi agar tidak mengganggu umat kristiani yang sedang melaukan misa di hari Minggu.Pagi itu gereja Katedral sepertinya sedang bersiap menyambut natal. Di depan gereja terlihat rangka besi menjulang tinggi menyerupai pohon cemara. Bangunan gereja Katedral ini cukup mungil ukurannya. Dindingnya berwarna coklat susu beraksen atap dengan warna coklat yang lebih tua, terlihat klasik dan tidak berlebihan. Sederhana namun tidak mengurangi keanggunannya. Terlebih jika pohon natal di depan gereja sudah terpasang, terbayang pasti semakin terlihat cantik gereja ini.Tepat pukul 2 siang jappa-jappa berakhir. Cukup banyak bukan tempat yang bisa disambangi hanya dalam waktuΒ  enam jam saja. Jadi jangan ragu lagi, segera pesan tiket untuk menghabiskan akhir pekan di kota Anging Mamiri.
Hide Ads