Menggapai Langit dari Puncak Gunung Merbabu
Minggu, 01 Mar 2015 10:30 WIB

Wira Nuryansah
Jakarta - Gunung Merbabu yang terletak di wilayah Magelang dan Boyolali ini memiliki tinggi 3.145 mdpl dengan latar pemandangan bukit-bukit yang indah. Dijamin setiap pesona yang disuguhkan akan mengundang decak kagum siapa pun yang memandangnya.Sebuah pendakian memang akan selalu seru untuk diceritakan. Karena setiap pendakian punya kesannya masing-masing untuk bisa dinikmati, tak terkecuali Gunung Merbabu. Gunung yang terletak di wilayah Magelang dan Boyolali ini memiliki tinggi 3.145 Mdpl. Sebagai orang yang sudah lama berdomisili di Magelang, nama Gunung Merbabu memang sudah tak asing lagi di telinga saya. Tapi kalau ditanya sudah pernah melakukan pendakian atau belum, tentunya akan saya jawab sudah. Sudah pasti belum maksudnya. Setelah saya tahu dan rasakan keindahan yang diberikan oleh Gunung Merbabu, seketika muncul pertanyaan di pikiran saya, kemana saja selama ini? Rasanya waktu berjalan begitu murah untuk melewatkan tempat seindah ini. Tapi setidaknya saya masih berkesempatan. Bukankah ada pepatah bilang, lebih baik terlambat dari pada terlambat banget. Untungnya saya masih dalam level terlambat saja, dan alhamdulillah bisa mewujudkannya.Rencana pendakian Gunung Merbabu ini boleh dibilang serba mendadak. Sesuai rencana awal, baru akan dilakukan pendakian setelah bulan Maret, mengingat cuaca masih sering turun hujan. Tapi saat ada ajakan dari teman sekolah, rasanya sulit untuk berkata tidak. Sempat meragu awalnya, tapi saya coba teguhkan tekad. Mempersiapkan semua kebutuhan untuk pendakian seperti tenda, sleeping bag, perlengkapan masak, jas hujan, jaket, sarung tangan, obat-obatan, logistik, dsb, harus dilakukan secara matang.Setelah semuanya siap, saya dan teman bergegas menuju Terminal Bungurasih di Surabaya. Waktu sudah menunjukkan pukul 24.15 WIB, dan resmi sudah hari Jumat berganti menjadi hari Sabtu. Kurang lebih perjalanan Surabaya-Magelang menggunakan bus membutuhkan waktu 8 jam. Jadi persiapkan diri dan istirahat di bus, karena besok jam 10.00 pagi kami akan tiba di MagelangSetibanya di Magelang, kami beristirahat sejenak di rumah, sambil menata dan mengecek barang bawaan untuk persiapan pendakian nanti sore. Rencana kami akan bertemu teman-teman lainnya terlebih dulu di daerah Muntilan sebelum benar-benar memulai perjalanan. Waktu berjalan cukup cepat, saat kami memutuskan merebahkan diri untuk sejenak meluruskan tulang punggung yang kaku di sepanjang perjalanan dari Surabaya menuju Magelang. Pukul 15.00 sore kami bersiap untuk bertemu teman-teman di Muntilan. Gerimis mengiringi perjalanan kami ke sana. Setibanya di sana kami sudah tak butuh waktu lama untuk berangkat. Saya dan enam teman lainnya memilih jalur pendakian melalui Wekas. Untuk sampai desa tersebut kami menggunakan sepeda motor. Dan benar saja, baru di awal perjalanan kami sudah disambut hujan deras, sehingga mengharuskan kami mengenakan jas hujan untuk lebih nyamannya. Hampir tiga jam perjalanan, dan seketika langit pun sudah mengubah lembarannya menjadi gelap. Pukul 20.00 WIB kami sampai tepat di depan gapura Wekas. Jalan mulai berbatu dan menanjak, sehingga kami harus berhati-hati dalam memacu kendaraan bermotor kami. Jalanan licin karena terguyur hujan lumayan menghambat perjalanan kami. Ada kalanya sepeda motor yang kami tumpangi dengan berboncengan sudah tak mampu membawa berat badan kami. Untungnya di tengah perjalanan dari Wekas menuju basecamp, melintas mobil pick up yang bersedia mengantarkan kami hingga ke basecamp. Syukurlah!Pukul 20.30 WIB, kami beristirahat sejenak sambil menghangatkan tubuh di dekat perapian basecamp. Para pendaki baik yang akan naik maupun yang sudah turun biasanya singgah ke basecamp untuk sekedar beristirahat atau bermalam. Dengan adanya basecamp ini, tentunya sangat membantu bagi para pendaki. Contohnya motor yang kami gunakan pun setibanya di sana bisa dititipkan di dekat basecamp, jadi tidak perlu khawatir. 30 menit beristirahat atau tepat pukul 21.00 WIB, kami mempersiapkan diri untuk berjalan kaki dan memulai pendakian yang sebenarnya. Awal perjalanan masih melintasi rumah warga dengan track jalanan paving yang cukup menanjak. Tak lama setelah keluar dari perkampungan, kami disambut hutan pinus dengan medan tanah yang berlumpur akibat guyuran hujan. Headlamp kami nyalakan untuk membantu kami melihat jalanan sekitar. Kami harus terus waspada dan berhati-hati agar tak terpeleset karena medan yang licin. Sesekali kami berhenti saat tiba di Pos 1, atau saat ada lokasi cukup lapang untuk sekedar mengatur nafas dan meneguk air untuk melepas dahaga. Tiga jam berjalan, mulai terlihat binar-binar cahaya lampu di tenda. Ya, akhirnya kita tiba di Pos 2 pukul 24.00 WIB. Bergegaslah kami membangun tenda untuk meletakkan barang bawaan. Tak lupa kami membuat minuman hangat sebelum beristirahat.Keesokan harinya, minggu pukul 6.00 pagi, cuaca di Pos 2 masih penuh dengan kabut. Kami coba menunggu cuaca membaik sambil membuat sarapan pagi. Sekedar info, kondisi Pos 2 ini berupa tanah yang cukup lapang, sehingga banyak pendaki menginap di sini sebelum memutuskan summit ke puncak Gunung Merbabu. Tak perlu khawatir untuk persedian air bersih, karena di Pos 2 tersedia kran air yang bersumber langsung dari pegunungan, begitu segar pastinya. Setelah selesai sarapan, tepatnya pukul 07.00 WIB, kami beranjak menuju puncak.Medan yang dilalui, yaitu tanah berbatu dengan kondisi berlumpur karena hujan dan terus menanjak. Vegetasi tanaman di kanan kiri jalur pendakian juga terbilang begitu rindang. Sesekali keindahannya perlu diabadikan oleh mata kamera.Satu setengah jam perjalanan menyusuri vegetasi pepohonan yang rindang, kami sampai di persimpangan jalan. Dimana para pendaki lebih sering menyebutnya pemancar. Kenapa begitu? Karena kalau kita tengok ke sebelah kiri, dapat terlihat dengan jelas menara pemancar. Untuk dapat ke sana para pendaki harus berjalan terlebih dahulu. Di tempat kami berdiri saat ini, kami bisa melihat pemandangan kota di sisi belakang yang juga tampak puncak Sindoro dan Sumbing, meski dari kejauhan. Kami tidak berlama-lama berada di lokasi pemancar ini, mengingat perjalanan masih cukup panjang untuk sampai ke puncak. Medan yang dilalui pun kian menanjak dan terjal. Tak jarang kami pun harus memanjat dinding-dinding bebatuan dengan sudut elevasi yang cukup curam. Pepohonan sudah mulai jarang dijumpai, lebih didominasi oleh rerumputan dan ilalang, bak padang savana luas yang begitu indah saat terhempas oleh hembusan angin. Ada pemandangan yang begitu menakjubkan di sepanjang pendakian menuju puncak, contohnya saat menjumpai 'Jembatan Setan'. Baru mendengar namanya saja yang terbayang adalah sebuah tempat dengan nuansa horor. Tapi setelah melihatnya langsung di depan mata, semuanya tampak jelas, jelas-jelas begitu mengagumkan. Bayangkan saja sebuah jalan setapak dengan kondisi di kanan kirinya terbentang sebuah tebing. Ah sudahlah, belum sampai di puncak saja kami sudah hampir kehabisan kata-kata dengan semua fenomena alam ini. Kami semakin semangat dan tak sabar untuk bisa segera mencapai puncak. Pukul 10.00 WIB, puncak tertinggi Gunung Merbabu hanya tinggal beberapa langkah lagi. Dan benar saja, kami tiba di puncak Klenteng Songo tak berapa lama setelah itu. Finally, we did it guys! Hamparan langit biru, tumpukan awan putih, barisan bukit nan hijau, desiran angin. Semuanya begitu sempurna terlihat dari atas. Tampak begitu dekat puncak-puncak gunung lainnya yang berdiri begitu kokoh mendampingi. Diantaranya Gunung Merapi, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing. Lengkap sudah rasanya. Berdiri di sini membuat kami seakan berjumpa dengan negeri di atas awan. Sensasinya seperti one step closer menggapai langit.Sebuah keyakinan dan kerja keras yang sebanding dengan keindahan yang diberikan oleh Puncak Merbabu. Tetaplah mempesona untuk kami wahai Merbabu. Sampai bertemu lagi dengan keindahan yang akan sangat kami rindukan. Salam dari kami dan Indonesia di puncak Gunung Merbabu!Β
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit