Suka Duka Menikmati Eksotisme Karimunjawa
Minggu, 16 Nov 2014 16:05 WIB

Deep Bongiovi
Jakarta - Kepulauan Karimunjawa di Jepara ibarat magnet kuat bagi wisatawan. Namun selain indah, wisatawan perlu tahu kondisi cuaca sebelum berlibur ke sana. Inilah kisah suka duka berwisata ke tempat eksotis.Perjalanan panjang ini dimulai dari Bandung. Suasana sore menjelang malam di Bandung Town Square lumayan remang. Toko-toko hampir seluruhnya tutup, lampu meredup, sepi mengelilingi saya dan Ayu yang duduk menunggu bus malam kami tiba.Β Bus Kramat Jati yang kami tunggu terlambat setengah jam dari jadwal. Saya membeli ayam goreng sebagai bekal untuk perjalanan malam panjang menuju Jepara. Bus tiba pukul 20.00 WIB di Bandung Town Square. Kami harus berlari dari ruang tunggu di depan counter menuju bus yang tidak sabar menunggu di depan mal.Β Sesampainya di depan bus, kami langsung disambut dengan tatapan kesal dan keluhan hangat dari si kenek. Siapa yang terlambat siapa yang complain. Kalau mau cepat kenapa tidak suruh kami nunggu di depan saja? Rasa sesal memilih jalur darat untuk mencapai Jepara mulai menyelimuti saya.Bagi warga Bandung, jika Anda berangkat dari Bandung menuju Jepara menggunakan jalur darat, ada baiknya untuk datang langsung ke Terminal Leuwi Panjang. Kalau menunggu di pos-pos penjemputan, Anda terpaksa membuang-buang waktu menunggu satu sampai dua jam di dalam bus sampai berangkat.Ayu merencanakan trip ke ini sejak sebulan sebelum atau di bulan Juni 2013. Rencanyanya kami akan menghabiskan liburan lebaran kami di muara birunya laut dan langit Karimun Jawa. Namun saya mengambil kesimpulan bahwa menggunakan jalur darat menuju Jepara 'is a big no!'Pesawat ke Semarang hanya 1 jam, ditambah perjalanan menggunakan travel ke Jepara 1 jam. Hanya dua jam dibandingkan 20 jam pulang pergi mempertaruhkan nyawa di dalam bus maut yang tanpa rem.Turun di terminal setelah kelelahan dan kurang tidur, kami langsung menumpang becak menuju ke Pantai Kartini. Pelabuhan semakin siang semakin ramai dengan turis yang hendak menyeberang ke Karimun Jawa.Β Sebulan sebelum keberangkatan, Ayu telah memesan jasa paket hostel Karimun Jawa bernama Putri Karimun Jawa yang dia temukan lewat iklan online. Pemilik usaha jasa wisata itu ternyata seorang perempuan paruh baya bernama bu Hidayah, yang telah menunggu di pelabuhan.Β Setelah di cek, ternyata kapal yang seharusnya berangkat pukul 22.00 diundur ke pukul 01.30 karena ombak tinggi. Untungnya pikiran horor terjebak di badai laut tidak terlalu hinggap di kepala kami. Menganggur sekitar 3 jam, kami memutuskan untuk masuk ke museum Pantai Kartini.Β Setelah tidak ada lagi tempat yang bisa dikunjungi, kami kembali ke pelabuhan dan menunggu bersama bu Hidayah. Pada pukul 01.30 pengumuman berbunyi, mengatakan kapal boat siap berangkat. Kami bergegas naik dan mencari kursi kosong.Β Kapal terisi penuh dengan turis dan warga Karimunjawa yang hendak kembali ke rumahnya. Mesin dinyalakan, peluit kapal dibunyikan, dan kami pun angkat sauh dari daratan pulau Jawa. Weβre off to the blue islands! Β Β Hari pertama mendarat di pelabuhan. Saya, Ayu, dan ibu Hidayah disambut oleh puluhan motor penjemput dan ojek. Keluarga bu Hidayah akhirnya nampak, dan kami berangkat ke rumah bu Hidayah yang menjadi hunian kami selama 4 hari.Β Hostel adalah hunian utama di Karimunjawa karena terbatasnya hotel ataupun resort. Karena masih tergantungnya bisnis pariwisata Karimunjawa pada cuaca dan ketinggian ombak, maka hotel atau resort masih berpikir 2 kali untuk membuka bisnisnya di Karimunjawa.Β Setelah beristirahat dan makan siang, kami tidak mau membuang waktu untuk meng-eksplor pulau di atas laut Jawa ini. Menyewa motor untuk setengah hari seharga Rp 25.000. Kami berangkat ke pantai, berkendara selama 15 menit.Tujuan pertama adalah pantai yang sangat bersih dengan bebatuan yang indah, Pantai Nirwana namanya. Pantai ini memiliki keistimewaan berupa bebatuan besar yang mirip dengan bebatuan di Belitung.Ternyata pantai ini termasuk dalam bagian resort. Mungkin karena masih belum banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa, maka resort tersebut memperbolehkan turis di luar tamu hotel untuk ikut menikmati pantai di depan resort mereka.Setelah puas berenang, loncat, dan foto-foto tentunya, matahari tidak lagi merestui kebahagian kami. Senja tiba dan kami kembali ke hostel. Malamnya, Saya menikmati makan malam pertama saya di Karimunjawa. Setelah makan kami beristirahat, menyiapkan diri untuk petualangan baru esok harinya.Β Hari kedua adalah island hopping. Sebelum cercah sinar matahari terlihat di kegelapan subuh, kami berdua sudah berangkat hendak menyaksikan terbitnya sang fajar. Kami berkendara menuju bagian timur Karimunjawa dan sampai di suatu pantai tak bernama.Kemudian kami menaiki kapal yang membawa kami ke arah pulau favorit kami berdua, Pulau Cemara Kecil. Setibanya di pulau ini, kami disambut dengan hamparan laut biru turquoise yang memanjakan mata. Pulau ini merupakan highlights dalam trip Karimunjawa bagi saya dan Ayu.Beningnya air membuat kami tidak merasakan kejamnya paparan sinar matahari yang sudah siap membakar kulit. Kami berenang, bermain, foto-foto, tanpa memperdulikan wajah, dan punggung kami yang memerah.Di bawah teduhnya pohon-pohon kelapa, kami makan sambil bercengkrama dengan anggota tour lain. Kami lalu melanjutkan perjalanan ke spot snorkeling pertama kami di Karimunjawa. Letaknya tidak jauh dari pulau Cemara Kecil. Tidak lupa kami berfoto dengan nemo yang bersembunyi di anemonnya.Pantai Tanjung Gelam merupakan tujuan berikutnya di perjalanan kami. Di sana kami menikmati pantai dengan pasir putih indah, rindangnya pepohonan kelapa, dan pisang goreng terenak se-Karimunjawa.Puas berfoto, selanjutnya kami dibawa oleh perahu kecil kami menuju ke pulau yang paling dekat dengan Karimunjawa. Di pulau Menjangan Besar, kami menyaksikan kumpulan hiu di penangkaran. Di sini kami berenang dan bermain bersama hiu jinak.Selepas matahari senja meninggalkan langit, kami pun kembali ke hostel kami. Setelah mandi dan bebersih, kami keluar ke alun-alun untuk mencari makan malam. Kami menikmati sate kerang dan bakso ikan di sana.Β Hari ke tiga sedikit membosankan, tapi menjadi menarik setelah dapat spot snorkling pertama yang sangat indah. Di sana kami menemukan kembali clown fish yang lucu.Β Berikutnya kami berhenti di pulau yang tidak kalah indah dengan Pulau Cemara Kecil, yaitu Pulau Tengah. Selain warna laut yang biru terang, saat itu matahari juga tidak terlampau terik, sehingga kami dapat berenang santai dan foto-foto sebelum makan siang.Selanjutnya kami lanjut menuju spot snorkeling ke dua. Lokasinya dekat dengan Pulau Tengah. Dibandingkan spot lain, spot kali ini kurang begitu berkesan. Situasinya menjadi makin membosankan dimana kami kembali ke Pulau Menjangan Besar. Tour hari ini berakhir di sini.Setelah mandi di hostel, kami janjian bertemu dengan guide kami di kediamannya yang juga merupakan cafe. Tidak lama kami ngobrol santai di sana, anggota tour hari itu terlihat sibuk mengemasi barang-barang mereka. Ternyata mereka harus kembali ke Jepara malam itu juga, soalnya ada ombak besar menerjang di pagi hari.Β Ini yang harus diperhatikan oleh traveller yang hendak berwisata ke Karimunjawa, Anda tidak dapat melawan alam di sini. Kami tidur dengan cukup deg-degan membayangkan situasi di hari kami pulang. Β Β Hari ke empat kami melakukan Road Trip. Seperti biasa kami memulai hari dengan sarapan. Di hari keempat ini, saya dan Ayu memutuskan untuk berpetualang mengelilingi pulau menggunakan sepeda motor yang kami sewa seharga Rp 25.000 seharinya. Tujuan pertama kami adalah Bukit Love.Dinamakan Bukit Love karena ada monumen bertuliskan 'love' di puncak bukit dengan latar belakang laut dan pantai dari ketinggian yang indah. Setelah foto-foto, kami melanjutkan perjalanan menuju ke penginapan apung yang sedang dalam masa konstruksi.Selanjutnya kami bertatap muka dengan pantai-pantai penuh sampah dan tidak terawat. Sungguh sedih melihat betapa jomplang kondisinya dengan pulau Cemara Kecil atau Pantai Nirwana. Padahal potensi pariwisata di sudut mana pun di Karimunjawa sangat luar biasa.Perjalanan kembali berlanjut, road trip berikutnya kami mengunjungi Mangrove Forest. Luar biasa melihat area hijau yang belum terlalu terjamah manusia. Begitu rindang, damai, dan indah.Β Jalur pengunjung memang sudah disediakan, namun karena pengunjung yang belum ramai, maka hampir tidak ada sampah berserakan dimana-mana. Kami cukup bersemangat menyelesaikan perjalanan kami walaupun panas matahari tak memberi ampun.Perjalanan kami lanjutkan menuju rumah adat Bugis. Bangunan berbentuk panggung ini sempat dinaiki dan dimasuki Ayu dengan biaya japret Rp 10.000. Selanjutnya, kami beranjak mencari pantai rahasia yang diceritakan oleh guide kami di kapal pada hari sebelumnya.Β Menurutnya, banyak bule berpasangan minta diantar ke pantai ini karena sepi dan jarang dikunjungi orang karena letaknya cukup jauh dan tersembunyi. Disana bule-bule itu bisa menikmati pantai yang luas untuk diri mereka sendiri tanpa ada tatapan mata orang lain.Spot terakhir adalah Secret Beach. Kami disambut deburan ombak ringan, birunya laut, dan sepinya suasana tanpa pengunjung. Hanya ada kami berdua. Ini merupakan highlights kedua kami di Karimunjawa. Sensasi menikmati pantai tanpa penghuni.Kami pun menggantungkan hammock kami diantara dua pohon yang cukup rindang dan menyimpan barang kami di dekatnya. Kami langsung bergabung dengan jernihnya air laut. Bermain sebentar, kami lalu bersantai di hammock. Tak terasa kami pun terlelap karena tertiup angin sepoi-sepoi.Next, tujuan kami adalah menyaksikan sunset terakhir di Karimunjawa. Kami memacu motor menuju pantai Tanjung Gelam, pantai yang sudah sempat kami kunjungi pada hari sebelumnya. Namun suasana menjelang matahari terbenam berbeda karena menjadi lebih ramai.Β Hari terakhir, romansa Jepara pagi terakhir kami diwarnai kehebohan. Jam ferry yang seharusnya pukul 09.00 tiba-tiba menjadi pukul 08.00 karena cuaca tidak bersahabat. Untungnya, kami sudah siap sejak pukul 07.00 WIB.Setelah itu perjalanan kami pulang dimulai. Ferry berjalan lancar, ombak besar yang ditakutkan tidak terjadi. Kami tiba di Jepara dengan selamat pada pukul 10.00. Setibanya kami di Jepara, kami berpikir, ada baiknya kami berkeliling kota penuh sejarah ini sebelum pulang ke Bandung.Β Kami lalu menaiki becak seorang bapak yang penuh bangga akan kota Jepara untuk mengantarkan kami berkeliling. Bapak itu seakan menjadi guide kami menjelaskan sejarah dan seluk beluk Jepara.Β Setelah kami menikmati sate ayam sebagai sarapan, kami lalu mengunjungi klenteng tertua di kota Jepara, yakni Klenteng Hian Thian Siang Tee. Lalu kami melanjutkan city tour Jepara ke museum RA Kartini.Saya sangat suka museum. Untuk saya, museum adalah kumpulan cerita, romansa, kenangan, yang penuh arti. Di museum RA Kartini, saya merasakan getaran sejarah merasuk ke dada.Β Kami lalu bertualang menggunakan becak di sekeliling pengrajin pahat Jepara. Luar biasa bakat mereka menciptakan hasil karya penuh cita rasa. Konon hasil-hasil karya mereka dikirim ke luar negeri dengan untung ratusan juta. Karenanya Jepara ternama sebagai penghasil karya seni pahat terbaik Indonesia.Β Setelah melihat garis besar Jepara, kami lalu diantarkan ke terminal bus Jepara. Di sana kami menunggu sekitar 2 jam sampai bus menuju Bandung diluncurkan. Kami tiba kembali ke Bandung pada pukul 03.00 WIB.Diturunkan di terminal tutup dan sepi tanpa ada kendaraan lewat. Kami beruntung berhasil mendapatkan taksi setelah menunggu sekitar 15 menit. Β Β Inilah akhirnya, tutup buku dari petualangan kami di Karimunjawa. Akhir kata dari kami adalah, kunjungi tempat-tempat wisata di Indonesia sebelum mengunjungi luar negeri. Maju pariwisata Indonesiaku.
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour