Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah

Motih Zamaludin - detikTravel
Kamis, 20 Nov 2014 17:55 WIB
loading...
Motih Zamaludin
Salah satu trek di Gunung Tampomas (Sangiang Taraje)
trek awal pendakian Gunung Tampomas
berdiri di titik tertinggi Gunung Tampomas
Bunglon sedang bertelur
Situs di Puncak Gunung Tampomas
Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah
Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah
Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah
Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah
Miris! Kaki Gunung Tampomas yang Cantik Malah Jadi TPA Sampah
Jakarta - Pendakian menuju puncak Gunung Tampomas diwarnai dengan kisah menyenangkan dan menjengkelkan. Senang karena gunung ini memiliki pemandangan alam yang indah dan jengkel karena kaki gunung ini dijadikan tempat pembuangan akhir sampah.Deru motor yang kami naiki sekitar pukul 7 malam seakan menjadi penyemangat dalam perjalanan menuju Kota Sumedang. perjalanan kali ini, saya dan rekan yang bernama bang Boni hendak mengeksplorasi Gunung Tampomas yang terletak di utara Kota Sumedang.Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara Kota Sumedang. Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter di atas permukaan laut ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung.Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Secara administratif, kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan Tanjungkerta dengan luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektar.Setelah siap dengan kopi hitam dan sedikit cemilan juga persiapan logistik, pukul 23.00 tibalah kami di sebuah warung terakhir sebelum memasuki hutan pinus di kaki Gunung Tampomas. Sebelumnya, keadaan jalan menuju warung tersebut sangat berdebu karena memang di sekitar sana dijadikan tambang pasir yang beroperasi 24 jam.Sungguh disayangkan, areal yang tadinya hutan berubah menjadi cerukan dan lubang-lubang bekas tambang pasir. Cukup larut, kami berdua tiba di warung tersebut. Setelah berdiskusi, akhirnya kita putuskan untuk tidur di pelataran warung tersebut. Obrolan sambil menikmati pemandangan lampu malam kota Sumedang, sungguh indah negeri ini di pikiranku.Pagi sekali kami bangun untuk sekedar menikmati alam sekitar kaki Gunung Tampomas. Aroma pegunungan yang khas ditambah suara burung-burung pagi hari seakan memanjakan mata dan telinga kami yang kelelahan, sapaan bapak-bapak dan ibu-ibu pencari rumput yang hendak ke hutan juga menjadi penentram hati kami pagi itu. Hal-hal yang tidak akan kita dapatkan ketika kami berada di riuhnya kota Bandung.Setelah menitipkan motor dan pamit kepada pemilik warung, pukul 08.00 kami memulai pendakian menuju puncak Gunung Tampomas. Ada sedikit rasa kecewa karena selain menjadi tambang pasir, kaki Gunung tersebut juga dijadikan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah untuk wilayah Sumedang. "Apa tidak ada alternatif lain selain menjadikan kaki gunung sebagai TPA?", ucap saya sedikit kecewa.Jalan menuju puncak diawali dengan jalan aspal dan jalanan berbatu lepas yang menanjak di daerah hutan Pinus, bau khas pohon pinus menambah lega nafas kami yang semakin memburu. Kicau burung juga mengantarkan kami setelah berjalan menanjak selama 30 menit ke Pos I (Saung Geutah) yang merupakan tempat penyimpanan Getah Pinus di hutan itu. Cukup lama kami istirahat di Pos I tersebut, Obrolan dengan ibu pencari rumput juga menjadi acara kami di Pos I.Satu jam berlalu di Pos I, kami lanjutkan perjalanan menuju Pos II. Lalu sebelum pos III, kami pun memutuskan untuk beristirahat sambil sesekali menikmati cemilan yang kami bawa. Karena ingin menikmati perjalanan, kami pun berjalan sedikit santai.Ditempat ini juga kami menunggu rekan kami, bang Ibay yang sudah diperjalanan. Beberapa ekor Monyet, kicauan Burung dan harumnya pepohonan menjadi sajian kami dalam perjalanan ini. Juga jejak-jejak Babi hutan mencari makan tampak masih hangat dan baru kami temukan di perjalanan menuju Pos II dan Pos III.Setelah rekan kami tersebut bergabung, kami lanjutkan perjalanan menujut Pos IV (Awi Nereteg). Memasuki kawasan hutan yang masih lumayan rapat, Monyet, kicauan Burung dan bunyi Serangga juga suara nafas kami yang terengah menemani perjalanan menuju Pos IV.Sampai di Pos IV kami lalu membuka perbekalan yang kita bawa yaitu mie instan, kopi dan beberapa cemilan untuk sekedar menahan lapar. Cukup lama kami duduk-duduk di Pos IV, ketika badan sudah mulai kedinginan kami lalu beranjak melanjutkan perjalanan.Sangian Lawang dengan aroma mistisnya, Sangiang Tikoro dengan bebatuan hitamnya, dan diakhiri Sangiang Taraje dengan tanjakan bengalnya menuju puncak menjadi sajian perjalanan kami setelah itu. Sekitar pukul 18.00 kita bertiga tiba di puncak Gunung Tampomas. Normalnya mendaki hanya membutuhkan waktu 4 jam, namun kali ini butuh waktu 10 jam untuk sampai di puncak.Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektar yang berada di ujung paling atas Gunung Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan indah ke arah Kota Sumedang dan sekitarnya.Adanya lubang-lubang kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya. Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan dalam samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.Saat tiba di puncak, tampak sunset masih dapat kami nikmati bersama beberapa rekan pendaki yang lebih dulu tiba di puncak. Bebatuan hitam, Sunset dan hawa dingin puncak Gunung Tampomas menemani kami melewati sore menuju malam itu dengan duduk santai diatas bebatuan, sesekali kami lemparkan pandangan kami kearah Kota Sumedang di bawah kami. Mungkin jika tubuh ini tidak lelah dan dingin tidak menusuk, rasanya berat rasanya untuk beranjak.Tenda sudah didirikan, perapian telah berpendar dan makan malam telah kami santap, akhirnya tidur menjadi menu kami malam itu. Kita pun tidur sambil menunggu rekan lain dari Kota Brebes dan Sumedang yang sedang dalam perjalanan menuju Puncak.Gunung Tampomas memiliki hutan yang terbilang cukup terjaga, terdapat jenis tumbuhan dan beberapa jenis hewan yang beragam seperti musang, bunglon dan burung-burung. Di perjalanan turun sempat kami saksikan bagaimana bunglon bertelur di tengah jalan, jadilah suatu pemandangan yang menakjubkan.
Hide Ads