Lautan Pasir dan Savana, Bukti Kecantikan Gunung Bromo
Senin, 25 Agu 2014 17:10 WIB

Yun Damayanti
Jakarta - Gunung Bromo sungguh dipuja-puji oleh para traveler sebagai tempat dengan pemandangan paling cantik. Lihat saja lautan pasir dan padang savana di sana. Siapa yang tak jatuh cinta dengan pemandangan seperti ini?Perjalanan dari Surabaya ke Malang saya lewati dalam cuaca mendung dan hujan pada sore hari di pertengahan bulan April lalu. Duh, sudah tiga kali saya gagal melihat sunrise sebab mendung dan hujan. Saya berusaha tidak terlalu berharap mendapat sunrise meskipun tetap berdoa cuaca cerah keesokan pagi mengingat kemungkinan besar bulan masih akan muncul di atas sana malam ini.Sebelum tengah malam hujan berhenti di kota Malang. Rasa optimis muncul setelah keluar dari hotel dan melihat bulan semakin purnama lewat tengah malam. Warga di kota apel masih terlelap tapi tidak bagi saya dan ratusan wisatawan serta para pemilik jip, penjaga taman nasional dan warga kampung di sekitar TNBTS yang berdagang di sana.Sinar bulan purnama malam itu menerangi hutan dan ladang-ladang di perbukitan terjal Desa Ngadas, satu dari dua desa enclave dalam TNBTS. Setelah melalui pos jaga, jip melalui jalan yang dibangun dari conblock tapi sudah hancur dan nyaris tertutup ilalang. Setelah itu, tampak jejak-jejak bekas ban jip di tanah berpasir. Di kejauhan, bayang-bayang gundukan-gundukan hitam raksasa samar terlihat.Tak lama, kami sudah memasuki kawasan savana. Gundukan-gundukan hitam raksasa tadi menjelma menjadi punggung-punggung gunung. Samar-samar tercium bau seperti aroma minyak telon yang semakin jelas ketika jip melewati rumpun tanaman dengan bunga-bunga berwarna kuning.Itulah rumpun tanaman adas. Kaca saya buka setengah saja agar tidak terlalu dingin tapi masih tetap bisa menghirup wangi bunga adas yang hangat. Rumpun-rumpun tanaman menghilang digantikan dengan pasir dan rerumputan di sana sini.Sebelum menanjak menuju Pananjakan, di sebelah kiri muncul gundukan besar hitam yang bentuknya mengingatkan pada cetakan puding. Itu Gunung Batok yang saling bersisian dengan Gunung Bromo. Menyusuri lautan pasir persis di bawah Gunung Batok di kawasan gunung berapi aktif untuk melihat Dewi Matahari terbit di penghujung malam. Pariwisata memang gila tapi semakin diminati.Akhirnya, berhasil mendapat sunrise pertama saya!Setelah dari Pananjakan, Bukit Cinta dan kawah Bromo, saya melhat wajah asli dari lautan pasir dan savana yang dilewati malam tadi. Pemilik jip mengantar ke lokasi pengambilan gambar film Pasir Berbisik. Ada yang mengatakan sekitar pukul 11 pasir di sana akan bergemuruh. Pagi itu, lautan pasir tak berbisik, hanya sunyi melingkupi.Tak jauh dari sana, rumpun-rumpun tanaman lebih dari 1,5 meter berbunga kuning dan ungu tumbuh di sela-sela dominasi hijau rumput dan ilalang. Di sebelah kiri, pepohonan mulai tumbuh membesar, bakal calon hutan baru. Di sebelah kanan, savana di perbukitan. Salah satunya dikenal dengan sebutan bukit Teletubies.Tak jauh dari sana, adalah savana yang dijadikan lokasi film 5 cm yang diangkat dari novel berjudul sama. Tak terasa lebih dari 30 menit berada di sini. Bagi saya, inilah salah satu savana tercantik dan romantis di Indonesia.Mudah-mudahan, dengan kenaikan tiket masuk ke TNBTS di awal bulan Mei 2014, fasilitas dan pelayanan di dalam taman nasional yang menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia bisa lebih ditingkatkan tanpa melupakan fungsi dan peran taman nasional sebagai kawasan konservasi dan dilindungi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!