Pengalaman Tiada Dua Jalan-jalan di Timika
Rabu, 27 Agu 2014 14:19 WIB
Budak_kuningan
Jakarta - Mungkin, belum banyak traveler yang tahu tentang Timika. Ini adalah suatu kota di Papua yang menawarkan banyak pengalaman, Anda bisa jalan-jalan di pantainya yang cantik, mengenal buah pinang atau makan ikan bakar yang lezat.Ketika mendengar saya hendak berangkat untuk perjalanan dinas ke Timika, teman-teman saya langsung heboh memesan cindera mata seperti koteka. Tak ketinggalan, foto-foto penduduk dan alamnya.Penerbangan ke wilayah Papua hampir tidak ada yang siang, jadi saya harus rela begadang. Pukul 23.00 WIB pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta, lalu transit di bandara Ngurah Rai Denpasar selama setengah jam. Kemudian dilanjutkan lagi ke Bandara Mozes Kilangin di Timika.Sekilas tentang Bandara Timika, bandara ini dibangun atas bantuan PT Free Port. Bandara ini pun dipenuhi oleh poster-poster mengenai PT Free Port, mulai dari ruang kedatangan sampai ruang tunggunya.Panas, itulah kesan pertama ketika saya menginjakan kaki di Timika. Suhunya lebih panas dari Bogor (kota keduaku), tapi hamparan pantainya yang cantik bakal bikin Anda 'ngiler'.Jemputan sudah menunggu saya di lobi bandara, tak tunggu lama lagi mobil langsung meluncur ke hotel tempat saya menginap. Ada hal yang membuat saya penasaran ketika baru saja keluar dari bandara, saya melihat jalan akses masuk ke lokasi PT Free Port di blokir oleh masyarakat di sana.Ada tenda seadanya, serta beberapa kursi dan meja Nampak di jalanan itu. Mata saya melihat tulisan yang membuat dada membuncah, 'Kami Masih Bagian NKRI', itulah spanduk besar yang mereka pasang hampir menutupi sebagian jalan.Hotel yang kami pesan terkesan tak ada yang istimewa, berbentuk rumah bertingkat dua yang disulap menyerupai hotel. Kanan kiri masih perumahan warga sekitar, serta dibelakangnya ada masjid yang menurut saya cukup besar untuk umat muslim di sana. Matahari terik sekali di luar, saya memilih untuk tetap tinggal di hotel dibandingkan ajakan berkeliling kota Timika saat itu.Sebenarnya, berkeliling dengan mengendarai mobil hanya butuh waktu setengah jam untuk bisa mengobok-ngobok kota Timika. Kiri dan kanan jalan memang sudah mulai ramai dengan berbagai toko para pendatang, tapi itu hanya terpusat di satu titik saja, selebihnya kosong.Perbankan serta pusat perbelanjaan sudah mulai banyak di sana. Pasar tradisional layaknya khas pasar tradisional yang ada di Jawa. Penjualnya rata-rata orang Makasar, serta warga keturunan. Masyarakat lokal biasanya hanya menjajakan satu macam dagangan saja, sirih pinang.Bagi warga Papua asli, mengunyah pinang ini tentu lain rasanya. Pinang ini umumnya dikonsumsi penduduk Papua sejak remaja. Mungkin bisa dikatakan sebagai pengganti rokok. Harga jualnya juga cukup murah. Di pasar tradisional, setumpuk pinang bisa diperoleh seharga Rp 5 ribu.Berbicara mengenai makanan, kuliner di sini umumnya didominasi oleh Makasar, Manado, serta Jawa. Umumnya untuk penjual yang berasal dari Makasar membuka restoran makanan khas Makasar, yaitu Coto Makasar. Ada juga yang menjual ikan bakar.Ikan bakar yang ada di sini, semuanya dijamin segar. Ya, kenapa saya menjamin kesegaran di daerah Timika sini? Karena tiap hari pasokan ikan segar selalu ada, dan harganya juga terjangkau.Sekitar Rp 18 ribu-35 ribu untuk seporsi ikan bakar hangat, lengkap dengan sambal khas yaitu colo-colo. Rasanya luar biasa mantap! Tiap hari makan ikan bakar tidak akan bosan. Mulai dari bubara, cakalang, ikan karang, kerapu, dan berbagai ikan laut lain yang siap Anda nikmati.












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina