Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede

Dika Irawan - detikTravel
Senin, 19 Mei 2014 15:15 WIB
loading...
Dika Irawan
Gunung Pangrango terlihat dari Puncak Gede.
Singgah sejenak di Pos Kandang Badak
Kawah Gunung Gede mengeluarkan Asap
Berada di padang Surya Kencana
Menuju puncak Gunung Gede
Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede
Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede
Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede
Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede
Mencapai Puncak dan Resolusi Hidup di Gunung Gede
Jakarta - Mendaki puncak gunung bukan sekedar mencapai tujuan, namun juga usaha pantang menyerah. Tidak ada salahnya untuk membuat resolusi, dengan menjadikan puncak gunung sebagai penyemangatnya. Gunung Gede cocok untuk itu.Mendaki gunung ibarat perjuangan menggapai tujuan hidup. Beratnya medan selama perjalanan, satu hal yang harus dilewati bukan dihindari. Menyerah hanya semakin memperkeruh keadaan. Setiap rintangan yang ada sudah disediakan pula solusinya. Dengan dorongan itulah saya yakin dapat mencapai puncak Gunung Gede.Sudah dua kali hitungannya saya mendaki Gunung Gede yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Kunjungan pertama tidak menyentuh puncak, kemudian pada kunjungan kedua saya berhasil mencapai puncak.Kesempatan memuncaki Gunung Gede kembali datang. Kali ini perusahaan tempat saya bekerja, Infinity Media, menawari kepada saya dan rekan-rekan mendaki Gunung Gede. Tanpa pikir panjang, saya bersama teman-teman mengiyakan tawaranΒ  dan sepakat berangkat pada hari Senin, 23 Desember 2013.Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Tim pendaki yang berjumlah delapan orang termasuk saya berangkat dari Ciputat menuju Bogor, dengan menggunakan mobil milik kantor. Berangkat dari Ciputat sekitar pukul 14.00 WIB melewati jalur Puncak.Kami tiba di kawasan wisata Kebun Raya Cibodas pukul 08.30 WIB. Kami pun berkumpul sejenak di warung untuk keperluan makan, salat, dan cek barang. Setelah semuanya siap, kami pun bergegas menuju pintu masuk TNGGP. Segera gelap menyergap selama kami melewati sisi dari Kebun Raya Cibodas.Sesampainya di pos pemeriksaan, seorang teman menyerahkan tiket booking kepada dua petugas yang berjaga. Kami diminta mencatat barang apa saja yang dibawa untuk diserahkan kepadanya.Proses pemeriksaan berjalan lancar, kami pun lantas berpamitan dengan dua penjaga. "Oke, nanti sampahnya dibawa kembali ya, jangan ditinggal di atas," kata salah seorang petugas.Usai berdoa, satu persatu dari kami mulai melangkahkan kaki menembus gelapnya malam, disambut dengan suara alam yang memecah kesunyian. Baru beberapa langkah saja nafas saya mulai terasa sesak. Selama perjalanan kami berjumpa dengan pendaki lain yang baru turun dari puncak.Setelah melewati Telaga Biru kami tiba di pos satu, terpampang papan penunjuk arah pendakian Gunung Gede. Papan lain menunjukkan objek wisata Curug Cibereum. Kami kembali beristirahat, namun di saat yang bersamaan, muncul dari kegelapan empat orang ranger sedang menggotong seorang pendaki dengan tandu.Seorang ranger mengatakan, korban mengalami hipotermia akibat kelelahan, terlalu memaksakan dirinya yang sudah tidak kuat untuk terus mendaki ke Gede dan Pangrango. "Hati-hati, kalau sudah tidak kuat jangan dipaksakan," kata seorang Ranger pada tim kami. Sambutan yang menegangkan, saya pun coba berusaha tenang.Masih di pos satu, Bang Idris meminta kami menyebutkan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2014. Ia segera menjelaskan maksudnya itu, tujuan pada tahun 2014 harus ditaruh di puncak. sehingga selama perjalanan menuju puncak, sama halnya menggapai puncak harapan. Baik sebelum melanjutkan pendakian, masing-masing menyebutkan tujuannya. Naik gunung itu ada tujuannya, jadi tak sekedar naik gunung habis itu selesai.Dengan disorot kamera, masing-masing dari kami menyebutkan tujuan pada tahun 2014. Goal saya sendiri pada tahun 2014 adalah menulis buku dan wisuda bulan Maret 2014. Ketika semua sudah menyebutkan goalnya, perjalanan pun dilanjutkan.Selamat datang di jalur pendakian. Kali ini trek lebih miring dibanding sebelumnya. Langkah kaki terasa gontai dan nafas mulai terengah-engah. Saya berusaha memfokuskan pikiran agar tidak terbawa suasana malam. Kami lebih sering istirahat sekitar tiga sampai lima menit, mengisi sekaligus mengirit tenaga, karena perjalanan masih sangat jauh.Uap keluar dari mulut dan tubuh saya seperti sedang mengeluarkan tenaga dalam film dragon ball. Teman-teman pun mengalami hal yang sama. Di tengah istirahat, Bang Idris memberikan wejangan terkait goal yang telah diucapkan di pos awal. Menurutnya, diperlukan sebuah proses dalam mencapai goal atau puncak.Ternyata di tengah perjalanan, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, saya mulai dihinggapi rasa kantuk. Saya terus melawan rasa kantuk dengan bernyanyi-nyanyi sambil memijat-mijat mata. Tetap saja kantuk tak kunjung hilang, sampai tak sadar saya berjalan sambil tidur. Sungguh dilematis, mau tidur tak mungkin di tengah hutan. Tapi tidak tidur rasa kantuk sangat dahsyat.Jam menunjukan pukul 02.00 WIB pagi. Ketua tim pendakian memutuskan mendirikan tenda di pos Kandang Batu untuk istirahat dan tidur, setelah melihat kondisi tim yang lelah dan hujan yang terus mengguyur.Sesampainya di tujuan, kami segera mendirikan tenda dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Malam itu ada dua hal yang harus dilawan, lelah dan dingin yang menusuk. Setelah tenda berdiri, masing-masing dari kami masuk dan mengganti pakaian yang dikenakan dengan pakaian khusus tidur.Cuaca pagi hari cukup cerah dan sedikit berkabut, sangat mendukung kami untuk melanjutkan perjalanan. Selesai makan pagi kami segera membereskan kembali tenda dan barang bawaan. Pukul 08.00 WIB kami meninggalkan Pos Kandang Batu, melanjutkan pendakian.Sampailah kami di Pos Kandang Badak. Kami beristirahat sejenak, teman yang lain membuka tas mengambil kompor dan nesting untuk membuat minuman kopi, susu, dan teh. Tenaga mulai terisi kembali, perjalanan dilanjutkan.Dari kejauhan terlihat papan petunjuk arah bertuliskan Puncak Gede, kemudian papan lain bertuliskan Puncak Pangarango. Kami mengikuti arah menuju Puncak Gede.Trek semakin curam, beberapa kali saya harus beristirahat bersandar ke pohon atau mencari tempat duduk. Tibalah kami di tanjakan setan. Dinamakan demikian, mungkin karena tanjakan tersebut medannya sangat miring dan ekstrem. Butuh kewaspadaan ekstra dan konsentrasi penuh saat melewati tanjakan ini.Dengan menyebut nama Allah, saya pun memegang seutas tali yang sudah tersedia, kemudian menapakkan kaki ke celah batu. Langkah demi langkah saya ayunkan dengan hati-hati. Akhirnya saya berhasil melewati tanjakan itu, begitu pula dengan rekan-rekan yang lain.Rintangan selanjutnya adalah trek yang sangat curam dan cadas, nafas semakin sesak. Setiap tiga langkah saya harus berhenti mengontrol nafas. Semakin ke atas medan semakin berat. Di tengah perjalanan hujan turun, saya pun segera mengenakan jas hujan. Hujan bukan reda melainkan tambah lebat. Pandangan kami pun terhalang oleh kabut, sehingga kami harus menjaga jarak.Sampailah di tempat landai. Awalnya kami berniat melanjutkan perjalanan, namun dibatalkan karena cuaca ekstrem. Ketua pendakian kami memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat ini.Hujan masih terus mengguyur, sementara kulit tangan terasa tebal dan kebal akibat kedinginan. "Suhu 10 derajat," kata seorang teman. Badan terus bergidik dan gigi terus bergeget menahan dingin. Kondisi yang sangat memungkinkan untuk terserang hipotermia. Saya bersama teman-teman bergegas mendirikan tenda. Begitu telah berdiri, masing-masing mulai memasukinya untuk menghindari dingin.Semua tas ditaruh di luar, kami berada di dalam tenda. Kami berdesak-desakan karena kapasitas tenda untuk lima orang, sedangkan kami berjumlah delapan orang. Setidaknya saya mulai merasa hangat. Meski hujan mulai reda saya tetap berada di dalam, dan beberapa teman keluar untuk membuat wedang jahe. Kami pun bermalam di tenda.Pagi harinya, tubuh saya mulai fit kembali beriringan dengan cuaca yang cerah. Pemandangan yang ditawarkan Puncak Gede sungguh elok, terlihat kawah mengepulkan asap. Di sudut lain berdiri dengan megah Gunung Pangrango. Seorang teman tak melewatkan kesempatan ini, ia mengabadikannya dalam jepretan kamera.Setelah semuanya sudah siap, kami pun berjalan menuju puncak Gunug Gede yang tinggal beberapa langkah. Di sisi kanan terlihat pemandangan menakjubkan hamparan kota Bogor. Di sisi kiri hamparan hutan yang menyelimuti bagai permadani.Sampailah kami di puncak Gunung Gede dengan ketinggian 2.958 mdpl. Di sisi lain saya mampu mencapai goal yang telah ditetapkan. Puncak adalah goal yang diucapkan saat awal menginjakkan kaki di pintu masuk. Itulah yang saya artikan dari pendakian ini, tak sekedar mendaki, namun di dalamnya memberikan pelajaran berharga.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads