Jakarta - Musim panas telah tiba. Suhu udara di Timur Tengah pun berangsur naik. Ingin mencoba sesuatu yang beda saat liburan di Qatar? Yuk gowes!Qatar, sebuah negara kecil kaya minyak adalah tempat di mana saya bekerja dan berdomisili semenjak hampir 6 tahun terakhir. Belum lebih dari sebulan, saya mencoba menekuni hobi baru. Apa itu? Nyepeda alias ngegowes alias ngonthel.Dari 100-an warga Indonesia yang tinggal di sebuah kawasan tempat saya tinggal, belum pernah ada yang memulai untuk menekuni hobi gowes ala padang pasir. Kalau pun ada yang punya sepeda, tak banyak dari yang mereka yang memakainya secara rutin, apalagi ngegowes ramai-ramai.Alhamdulillah, sebulan lalu sebelum saya berangkat cuti ke kampung halaman, ada teman Filipino yang menjual sepeda gunungnya. Lumayan juga, sudah harganya miring, bisa dicicil lagi.Sepulang cuti, rencana berkelana sambil ngegowes di padang pasir segera segera dieksekusi. Dengan memanfaatkan media sosial, ajakan ngonthel pun saya tebarkan ke beberapa grup, utamanya ke grup olahraga. Tapi hanya ada satu yang berespon. Walau hanya satu, petualangan pun dimulai!Perjalanan perdana kami berdua menyusuri jalan raya sejauh kurang lebih 15 km. Walau jalan beraspal, tapi kanan kirinya hanya padang pasir. Satu dua bangunan milik perusahaan tempat kami mencari nafkah.Setelah tiga perjalanan, alhamdulillah nambah satu anggota lagi. Pagi-pagi buta selepas jamaah subuh, jarum jam masih menunjukkan jam 04.20. Kalau melihat angkanya, tentu kita berpikir, pagi amat!Tepat pukul 04.30, kami bertiga segera menyusuri rute yang berbeda dari rute-rute sebelumnya. Kami memilih jalanan yang jauh dari keramaian kendaraan. Tapi tetap saja, pemandangan yang ada hanyalah hamparan warna kusam padang pasir. Satu, dua tanaman liar saja yang tumbuh di tengah gersangnya gurun yang panas ini.Kayuhan sepeda yang santai sambil diselingi obrolan padang pasir, akhirnya 20 km kami lalui. Di tengah perjalanan kami sempatkan mampir ke sebuah peternakan kambing. Seorang berbadan tinggi dan berkulit hitam menjaga di sana. Kami tak diperkenankan terlalu dekat dengan kambing-kambing itu, karena si penjaga tersebut takut kalau-kalau kambingnya berlarian.Di ujung 20 km, menu sarapan ala India sudah menanti. Pagi itu, ada menu docha, telur dadar dan karak (minuman teh campur susu). Harganya ramah kantong, untuk satu porsi docha, telur dadar dan satu cangkir teh hanya 5 QAR. Harga yang sangat bersahabat bagi kami dan kebanyakan para pekerja buruh di negeri ini.Hari semakin siang, matahari semakin meninggi, suhu udara pun kian menghangat. Kami pun segera bergegas mengayuh kembali menuju ke starting point. Selalu ada cara menikmati hidup dan kehidupan.
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana