Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok

Sartika_bae - detikTravel
Jumat, 18 Okt 2013 14:50 WIB
loading...
Sartika_bae
Tanjung Aan bergradasi
Wanita tangguh dari Sade
Gili Trawangan
Mahkota laut dari Trawangan
Pesona Tiu Kelep
Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok
Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok
Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok
Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok
Begini Cara Habiskan 4 Hari Paling Dahsyat di Lombok
Jakarta - Lombok dengan segala pesonanya, menjadi destinasi liburan impian banyak orang. Kalau Anda punya waktu 4 hari untuk berlibur di sana, cerita perjalanan berikut ini adalah contoh dahsyat untuk melakukannya.Lombok, kalo diartikan dalam bahasa Jawa artinya adalah cabe. Tapi, Lombok yang dimaksud adalah Pulau Lombok, salah satu pulau terindah di Timur Indonesia. Backpackeran bersama teman ke Lombok tentu lebih hemat dan seru.Hari itu adalah hari Jumat, bertepatan dengan tanggal 12 April 2013. Sebenarnya rencana mengarungi Lombok ini saya share dengan beberapa komunitas, tujuannya adalah mencari teman untuk sharing cost. Prinsipnya, semakin banyak orang semakin murah.Pada awal membuka thread di kedua komunitas, ada sekitar 25 orang yang mendaftar. Tapi, setelah mendekati hari H, hanya beberapa orang yang konfirmasi untuk gabung trip ke Lombok. Jadilah 12 orang backpacker (campuran dari KasKus dan BPI) berkelana di Lombok secara berkelompok. Kita berangkat dari kota yang berbeda-beda, ada yang dari Surabaya, Jakarta, Bandung, Lampung, Bali, hingga Singapura. Saya Sendiri dari Jakarta.Sesuai dengan itinerary yang sebelumnya yang saya buat, 12 April 2013, hari pertama kita sampai di BIL (Bandara Internasional Lombok) di Praya, siang hari sekitar pukul 13.30 Wita. Sesampai di BIL, saya memutuskan untuk mencari musala terlebih dahulu. Untuk sampai ke Senggigi ada 2 opsi yang digunakan yaitu, paket ekonomis dan paket agak elit. Yang ekonomis adalah dengan menggunakan jasa Damri. Tarifnya, Bandara-Mandalika Rp 15.000, Bandara-Senggigi Rp 25.000. Sedangkan untuk yang elit kita menggunakan jasa travel.Saran saya, travel digunakan untuk kalian yang berkelompok, yang tidak ingin menunggu bus Damri penuh, ingin lebih private, dan sampai tepat di tujuan. Oh iya, untuk opsi yang ini harus mengeluarkan jurus tawar menawar yang sadis, karena mereka juga menawarkan harga yang sangat sadis. Karena Damri yang akan kami naiki belum datang, jadilah kami deal dengan travel seharga Rp 100.000/3 orang menuju Senggigi. Di Mataram ada satu lagi sahabat backpacker yang mau join, jadi deh kita jemput dengan menambah uang Rp 50.000.Sesampai disana (BIL-Senggigi sekitar 2 jam), sudah ada teman yang berasal dari Surabaya, kebetulan beliau sampai duluan di Senggigi. Sebelumnya saya sudah menugaskan beliau untuk riset harga penginapan sekitar sana. Didapatlah hasilnya, Hotel Elen Rp 110.000/kamar untuk 2 orang (fasilitas fan, kamar mandi, 2 single beds), Hotel Sonya Rp 80.000/kamar untuk 2 orang. Tapi sebelum ketemu yang lain kita main sebentar ke Pantai Senggigi.Di depan Hotel Elen, kita rencana ketemuan sama rombongan yang menyeberang dari Bali ada 4 orang, dari Surabaya ada 1 orang, 3 orang lagi dari Bali, dan kita ber-4. Kumpul deh kita ber-12 pukul 17.00 Wita. Rencananya kita mau bandingin dulu itu Hotel Elen sama Sonya. Tapi ternyata langsung kepincut di Hotel Elen. Selesai beres-beres, kita rencananya mau ke Art Market yang buka dari pukul 08.00-21.00 Wita malam. Eh, ada 1 teman lagi yang berangkat dari Singapura ke Lombok, jadi deh kita ber-13.Di Art Market kalian bisa belanja oleh-oleh apa saja khas daerah Lombok, asal bisa menawar. Di sana juga ada travel agent yang sempat menawarkan kita untuk wisata ke 3 Gili dengan harga Rp 225.000 paket lengkap. Tapi itu mahal sekali. Walhasil setelah ditawar-tawar, tetap tidak menemukan titik temu. Kita batal pakai jasanya.Pukul 21.00 Wita malam, kita putuskan buat cari makan yang murah di sekitar sana. Maka terpilihlah Yessi Cafe untuk santap malam hari pertama. Menu yang dipilih adalah paket ayam taliwang Rp 35.000, pelecing kangkung Rp 15.000, Malaysian Tea Rp 15.000 beserta dessert-nya, pisang goreng madu dan kopi lombok, gratis kenyang. Kita pulang dan istirahat.Sabtu 13 April 2013, 08.30 Wita kita berangkat menuju Pantai Senggigi untuk melakukan perjalanan ke Gili Trawangan. Sesuai perjanjian kita bakal main ke 3 Gili, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Biayanya Rp 105.000/org sudah termasuk paket lengkap snorkeling. Untuk makan siang kita beli bekal di depan hotel, nasi, ayam, telor, dan daging dipatok Rp 10.000. Estimasi perjalanan adalah seharian. 1 Jam menyeberang Senggigi-Gili Trawangan dan sisanya dimaksimalkan untuk eksplor gili-gili.Sebelum menginjakkan kaki ke Gili Trawangan, kita semua dibawa ke spot snorkeling sekitar Gili Trawangan. Pemandangan lautnya bikin mata adem. Sejuk banget pokoknya. Pemandangan bawah lautnya keren, adem hati melihat pemandangan seperti ini, subhanallah. Di Gili Trawangan kalian bisa menemukan berbagai toko, mulai dari suvenir khas Lombok, cafe, penginapan, mini market, sewa alat snorkeling, ataupun yang jual alat-alat snorkeling. Tapi saran aaja buat kalian yang berbudget minim, mending bawa bekal sebelum berangkat ke sini, karena harga makanan di sini relatif mahal.Kalau untuk menikmati perjalanan di Gili ini, saya lebih memilih menggunakan sepeda dibanding jalan kaki. Banyak penyewaan sepeda di sini dengan harga yang lumayan murah. Untuk turis asing harga penyewaan sepeda dipatok Rp 25.000/jam, dan untuk domestik Rp 15.000/jam. Tapi karena tawar menawar dan kebaikan mas-mas penjaganya, saya cukup membayar Rp 10.000/jam. Pemandangan-pemandangan yang keren ini bisa dilihat dari sepanjang pantainya.Puas mengeksplor Gili Trawangan dari ujung ke ujung. Kita lanjut ke Gili Meno. Gili Meno ternyata lebih jauh dan sepi di banding Gili Trawangan, cuma ada segelintir bule di sini, bagus deh. Sejenak kita beristirahat di pantai, menikmati indahnya pemandangan laut, menenangkan pikiran, menjernihkan mata, dan yang jelas ambil foto sebanyak mungkin.Puas memanjakan mata, kita lanjut menuju spot snorkeling. Sebelumnya guide memberikan pilihan ke kita, mau snorkeling di sekitar Gili Meno dengan 2 spot snorkeling tanpa ke Gili Air, atau snorkeling di 1 spot untuk setiap gili. Karena menurut info yang kita terima dari guide nya, di Gili Air kurang memungkinkan untuk merapat, karena ada pagar pembatas pemecah ombak.Jika dilihat, waktunya juga kurang memungkinkan. Diprediksikan sore akan hujan. Jadilah kita memilih opsi pertama, tidak lanjut ke Gili Air, tapi snorkeling di 2 spot Gili Meno. Lanjutlah kita snorkeling, di spot 1 kita bertemu dengan beberapa penyu yang melintas. Cara berenang mereka santai banget. Terumbu karangnya lebih beraneka ragam di banding Gili Trawangan.Puas snorkeling, kita lanjut ke spot 2. Inilah spot terbaik yang terakhir kita kunjungi. Walaupun hanya sekitar 10 menit memanjakan mata dengan kekayaan terumbu karang, blue coral, dan jenis ikan, spot ini mampu membuat saya terpana. Dikarenakan waktu yang sudah menjelang sore. Kita memutuskan untuk segera pulang mengejar waktu salat di Senggigi. Saya tidak mengabadikan momen kekayaan bawah laut di Gili Meno dikarenakan saya ingin konsentrasi melihat keindahannya. Jadinya kamera saya tinggal di kapal.Sekitar pukul 17.00 Wita sore kita sampai di Hotel Elen, bersih-bersih, salat, istirahat. Lepas Maghrib kita cari makan lagi. Terpilihlah Warung Amalia untuk menu seafood lengkap dan harga yang bersahabat. Di sini kita tetap sharing cost. Menu malam ini, popcorn gratis, ikan barakuda bakar Rp 80.000, capcay seafood Rp 35.000, udang goreng mentega Rp 35.000, aneka juice Rp 10.000, ginger tea Rp 7.500, buah gratis. Kenyang makan, kita pulang. Di makan malam hari ke 2 ini kita berpencar, jadi kita makan sesuai selera di tempat yang diinginkan.Sampai di hotel kita rapat sebentar untuk rencana besok, dan pengumpulan data contact masing-masing. Minggu, 14 April 2013, 08.00 Wita kita dijemput dengan 2 mobil APV hitam berplat Lombok. Katanya sih baru beroperasi 2 bulan yang lalu, Rp 1,1 juta dengan ikhlas melayang ke tangan tour guide. Paket wisata lengkap dengan tujuan ke Malimbu, Desa Segenter, air terjun Sendang Gile, air terjun Tiu Kelep, Monkey Forest, dan belanja oleh-oleh di Gandrung Shop. Masing-masing orang bayar Rp 92.000.Dari Malimbu kita bisa melihat gradasi birunya laut yang membentang, dipayungi langit dan awan yang cerah serta pasir putih pantai yang menambah pesona Lombok. Lepas dari Malimbu, terlihat tempat budidaya kerang mutiara.Kita masuk ke tujuan ke dua, yaitu Desa Segenter yang mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam kacang hijau dan beternak sapi dan kambing. Yang menarik adalah rumah adatnya yang masih sangat sederhana sekali, beratapkan pelepah kering yang dirajut dan dinding-dinding bangunannya dari bambu tipis yang dianyam. Di desa ini menganut paham kawin culik, yaitu adat pernikahan dimana sang perempuan yang dinikahi, terlebih dahulu dibawa oleh pria yang menikahinya. Setelah itu barulah akan diadakan resepsi pernikahan. Rumah 1 keluarga berada di satu kawasan.Lanjut ke petualangan mengarungi hutan demi melihat air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep yang terletak di kaki Gunung Rinjani yang tersohor itu. Dari perjalanan pertama ke air terjun Sendang Gile membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sepanjang perjalanan kita akan selalu diiringi oleh selokan-selokan air yang jernih, dan gemericik airnya menambah riuh rendah wisata ini. Ditambah lagi kita bisa melihat desa dan persawahan di bawah bukit, hijau membentang, sangat memanjakan mata.Track nya terdiri dari jalan tanah berbatu, beberapa anak tangga, naik dan turun jalan. Saran saya untuk mempersiapkan jaket anti air atau jas hujan, serta tas kresek. Barang ini sangat dibutuhkan untuk mengamankan barang-barang berharga agar tidak basah ketika bermain air atau pun ketika hujan. Disini menyediakan penyewaan celana dan baju bagi yang mau mandi disini.Sebelum lanjut ke Tiu Kelep, kita makan siang di WarKop sekitar sini, nasi dan ayam rica-rica yang minimalis dengan harga Rp 6.000. Perjalanan ke Tiu Kelep sekitar 1 Jam dengan menyusuri jalan tanah bebatuan naik dan turun, serta yang paling keren kita mengarungi sungai dengan arus yang lumayan deras. Tantangan yang wow, secara saya menggunakan rok saat tracking ke air terjun ini. Pulang dari Tiu Kelep kita melewati jalan yang berbeda dengan arah datang, menyusuri sekitar 350 anak tangga, dan itu menanjak. Lumayan menguras tenaga.Selesai dari wisata waterfall nan indah, kita lanjutkan ke wisata berikutnya, yaitu monkey forest. Perjalanan kesana membutuhkan waktu sekitar 45 menit, kacang sudah siap dibagikan. Sahabat-sahabat berbulu ini agak agresif, apalagi yang sudah dewasa, jadi disarankan agar jaga jarak. Selesai berbagi kacang, kita lanjut ke pusat oleh-oleh Lombok. Di sini kita bisa membeli makanan khas dan suvenir juga. Untuk harganya masih terjangkau, tergantung apa yang mau dibeli. Pesan saya sih, belilah barang dan makanan yang unik. Salah satu nama tokonya adalah Gandrung, lokasinya dekat dengan Senggigi, sekitar 20 menit menggunakan mobil.Puas belanja saatnya memenuhi hak perut yang sudah tertunda sekian lama. Pilihan kita malam ini adalah Warung Amalia seafood and grill. Lokasinya masih di sekitar Senggigi, dekat dengan Hotel Elen dan Art market. Menu malam ini, kakap bakar Rp 60.000, cumi goreng tepung Rp 35.000, cah kangkung Rp 20.000. Kalau minumnya sesuai selera. Kisaran harga minum dan juice Rp 10.000.Pada Senin 15 April 2013, 07.30 Wita, ini penjemputan terakhir kita dari Senggigi. Hari terakhir di Lombok, tapi awal dari rencana untuk menikmati keindahan alam Lombok di belahan lainnya. Personel kita sudah berkurang untuk hari ini. Ada yang main ke Bali, ada yang pulang duluan ke Jakarta. Total Lombok Fighters yang tersisa adalah 6 orang. Kita sewa 1 mobil APV seharga Rp 400.000/5 jam. Tujuan kali ini adalah Pura Batu Bolong, Desa Sukarare, Desa Sade, Tanjung Aan, Pantai Kuta.Kita ke Pura Tanjung Bolong, untuk masuk pura ini kita diwajibkan memakai selendang kuning, sebagai tanda penghormatan dan ada biaya retribusi seikhlasnya. Hati-hati, di sini banyak ular laut yang menjadikan pura ini sebagai tempat istirahat. Berikutnya ke Desa Sukarare. Penduduk di sini bermata pencaharian sebagai penenun dan petani.Adat yang menarik dari Suku Sasak di sini adalah, seorang wanita yang telah bisa menenun telah boleh menikah. Di sini juga menjual senjata khas daerah Lombok, namanya adalah Pemaje. Di sini juga ada koperasi yang mendistribusikan hasil kerajinan warganya. Ada dijual kain tenun dengan corak khas Lombok. Harga yang ditawarkan disini lebih mahal. Boleh belajar menenun juga.Selanjutnya Desa Sade. Hampir sama dengan Desa Sukarare, yang membedakannya adalah bentuk lumbung padi dari desa ini. Di sini banyak yang menjual kain tenun dan suvenir khas Lombok lainnya. tetapi harga yang ditawarkan relatif lebih mahal karena desa ini layaknya desa pariwisata. Bagian dalam rumah ini sangat sederhana, terdiri dari satu dapur dan satu kamar, yang unik dari rumah adatnya adalah lantainya yang biasa dipel dengan kotoran sapi.Pada 11.00 Wita lanjut ke Tanjung Aan. Ini tempatnya keren banget. Perjalanan dari Desa Sade ke sini sekitar 45 menit. Kami disambut oleh pedagang cilik yang niat banget mengejar calon pembelinya. Untuk harga kain tenun di sini dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan Desa Sukarare dan Desa Sade. Lanjut ke Pantai Kuta, masih di kawasan Mandalika.Waktunya sudah pas untuk bergegas ke BIL untuk check in pulang ke Jakarta. Dari Pantai Kuta ke BIL membutuhkan waktu 20 menit. Pesawat GI tujuan Jakarta take off pukul 14.20 Wita. Perjalanan membahagiakan dengan kekayaan alam dan keluarga baru kali ini membuat Saya merasa bahwa manusia itu memang diciptakan sebagai pejalan, dan tidak akan pernah berhenti, menambah ilmu, dan keluarga. Membuat sejarah manis ataupun pahit untuk diceritakan kepada generasi selanjutnya.Perlahan, Pulau Lombok tak terlihat lagi, alhamdulillah. Terimakasih untuk teman dan Indonesia yang kau berikan kepada Kami. Total biaya yang dihabiskan selama perjalanan kurang dari Rp 1 juta rupiah, tidak termasuk tiket PP CGK-LOP dan oleh-oleh.
Hide Ads