3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream

Yun Damayanti - detikTravel
Senin, 30 Des 2013 13:20 WIB
loading...
Yun Damayanti
Museum Sastra
Tarsius
Berpose sejanak
Susur sungai
3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream
3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream
3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream
3 Destinasi Liburan yang Anti Mainstream
Jakarta - Banyak destinasi liburan yang begitu ramai dan umum dikunjungi wisatawan. Padahal, Indonesia masih punya banyak destinasi wisata keren namun kurang populer. 3 Destinasi ini misalnya, bisa jadi tujuan liburan yang berbeda.Travel writer memang pekerjaan paling menyenangkan. Dari 15 tempat di Nusantara yang saya kunjungi, tiga tempat telah memberikan kesan tak terlupakan.1. Tarsius dan Museum Sastra di BelitungTrip ke Provinsi Bangka Belitung (Babel) bisa dikatakan best of the best trip. Sebagai penggemar berat tetralogi Laskar Pelangi, tentu tidak melewatkan berkunjung ke SD Muhamadiyah Gantong di Gantong, Belitong Timur. Lanjut ke museum sastra pertama di Indonesia, Museum Kata Andrea Hirata, yang hanya berjarak 5 menit dari replika gedung sekolah anak-anak Laskar Pelangi.Museum sastra menempati sebuah rumah tua Melayu Belitong berusia lebih dari 200 tahun. Di dalamnya bisa melihat cuplikan-cuplikan dari novel Laskar Pelangi, still photo dari film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, sampul novel Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan dan diterbitkan di sekitar 60 negara, termasuk bisa mengintip ruang kerja sang penulis dan merasakan ngopi di dapur Melayu zaman dulu. Saya sangat beruntung karena bisa bertemu dan berbincang dengan Andrea Hirata saat berkunjung ke sana.Saat melihat langsung tarsius belitung (tarsius bancanus saltator), bahasa lokalnya peli'lean, di Batu Mentas Ecolodge and Tarsius Sanctuary di Batu Mentas, Badau, di tengah Pulau Belitung, baru saya percaya. Berbeda dengan yang ada di Sulawesi Utara, tarsius Belitung hidupnya di bawah kanopi daun dan cukup narsis sebagai hewan pemalu. Selama tidak dipegang, hewan ini bisa didekati hingga jarak sampai dengan 0,5 meter dan akan langsung menatap lensa kamera, seolah dia pasang pose untuk difoto.Yang paling seru adalah paket tarsius watching yang ditawarkan pengelola ekowisata. Karena tarsius adalah hewan nocturnal maka tarsius watching dimulai pukul 20.00 WIB dengan menyusuri ladang-ladang lada masyarakat lalu masuk ke hutan di belakangnya. Bila beruntung, akan bisa menemukan hewan ini di habitatnya dalam waktu singkat. Tapi,akan lebih baik mempersiapkan mental saat melihat hewan ini di habitatnya karena matanya berwarna merah di malam hari dan kepalanya bisa memutar 180 derajat tanpa mengubah posisi tubuhnya. Jangan kecewa jika sama sekali tidak menemukannya saat hunting.2. Jungle trek di Hutan Pelawan, Pulau BangkaDi antara lubang-lubang galian timah di Pulau Bangka, sekelompok masyarakat yang tinggal di daerah Namang, Bangka Tengah, berhasil mempertahankan hutan alami yang berada di daerahnya. Secara swadaya masyarakat membuat step dari kayu sepanjang sekitar 400 meter mengitari dalam hutan. Pohon pelawan dengan kayu berwarna merah adalah atraksi utama di sini. Di bawah pohon inilah jamur Pelawan yang hanya tumbuh pada hujan pertama disertai petir di awal musim hujan dan madu dari bunga Pelawan berada.Kelompok wisata masyarakat setempat telah mempersiapkan jamur Pelawan yang telah diawetkan agar pengunjung bisa melihatnya karena masa hidup jamur hanya 7 hari setelah muncul. Jika berminat membeli madu dan jamur Pelawan sebagai suvenir bisa dibeli di toko yang disiapkan sebagai outlet menjual produk setempat. Harga jamur sekitar Rp 1,5 juta per kilogram.3. Wisata menyusuri sungai di Palangkaraya, KaltengWisata menyusuri sungai di ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya, masih kalah gaungnya dari pada menyusuri Sungai Sekonyer yang berujung di Tanjung Puting, Kalteng atau melihat kegiatan pasar terapung di Kalsel. Sudah ada dua operator tur menyusuri sungai, Sungai Kahayan dan Sungai Rungan, di Palangkaraya dengan kapal-kapal tradisional yang telah dimodifikasi menjadi kapal pesiar di sungai yang nyaman.Selain melihat kehidupan masyarakat di tepi sungai, hijaunya hutan, lalu lintas sungai yang ramai dengan sampan-sampan motor hampir 24 jam, penambang emas tradisional, suara-suara hewan atau burung king fisher beterbangan di atas air, juga bisa melihat orangutan di pulau-pulau konservasi dan reintroduksi yang berada di alur sungai yang dilewati kapal dan turun dari kapal menyusuri danau-danau di sepanjang aliran sungai dengan jukung, perahu tradisional masyarakat Dayak.Jika mengambil paket menginap bisa turun dan trailing ke kampung-kampung Dayak di pedalaman, menjala ikan ala Dayak di danau-danau. Jika sudah bosan melihat sunrise dan sunset di pantai atau pulau, menikmati sunrise dan sunset di atas sungai di Kalimantan merupakan hal yang harus dicoba.
Hide Ads