Jakarta - Kalau Anda suka film 'Eragon' tentang naga, coba datang ke Kampung Naga di Desa Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya. Anda tidak akan menemukan naga secara fisik, namun pengertian naga dalam kearifan Sunda.Dalam film Hollywood, Eragon digambarkan sebagai penunggang naga terakhir yang tersisa. Lahir dari keluarga miskin namun dalam darahnya mengalir darah ksatria penungga naga. Takdir telah dituliskan dalam darahnya bahwa dia akan menemukan telur naga yang setelah menetas, naga itu menjadi teman dan tunggangannya. Bersama sang naga dan teman-teman ksatria lainnya, Eragon berhasil mengalahkan Raja Galbatorik yang sangat kejam.Itu tentu saja kisah fiktif dari sebuah novel yang kemudian difilmkan. Namun di kisah nyata Nusantara, ada sebuah kampung eksotik yang dikaitkan dengan naga. Ya, Kampung Naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.Dalam salah satu versi sejarahnya, Kampung Naga bermula pada masa kewalian Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Kemudian seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke arah barat dan sampai di daerah Neglasari. Di tempat tersebut, Singaparana disebut Sembah Dalem Singaparana oleh masyarakat setempat. Dalam salah satu persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.Selain keasrian dan keterjagaan tradisi buhun (lama) yang terpapar jelas ketika kita mengunjungi kampung ini, Yang menarik bagi saya, adalah penamaan itu sendiri. Adakah kaitannya dengan naga yang memang menjadi salah satu ikon perlambang di dunia atau memang nama tanpa makna?Setiap penamaan tempat ataupun sebuah kampung, apalagi jaman dulu, selalu memiliki makna di balik nama. Dapat dipastikan bahwa Kampung Naga juga memiliki makna di balik penamaannya. Lalu apakah memang ada kaitannya dengan naga?Di tatar Sunda, masih banyak tempat yang dikaitkan dengan naga. Misalnya saja, Cipunagara, Sukanagara dan lainnya. Menurut Luki Hendrawan seorang budayawan Sunda, Cipunagara berasal dari kata Ci berarti cahaya, Pun berarti ayam yang merupakan lambang leluhur bangsa matahari, Naga sebagai simbol penguasa darat dan laut serta Ra berarti matahari, lambang penguasa langit. Sehingga Cipunagara berarti cahaya leluhur bangsa matahari.Naga sendiri dalam berbagai mitologi digambarkan sebagai makhluk yang sakti dan bijak. Dalam tradisi Jawa, naga digambarkan sebagai makhluk penjaga, mengayomi dan bijak. Walaupun super tapi tidak semena-mena. Lihat saja gerbang masuk ke candi atau keraton, biasanya dijaga oleh para naga.Kembali kepada sejarah pembentukan Kampung Naga oleh Singaparana, mungkin saja pengaitan nama kampung ini dengan naga ada kaitannya dengan sifat dari mitologi naga yang berfungsi menjaga, bijaksana, mengayomi dan tidak semena-mena. Hal itu dimanifestasikan dalam tata kelola kehidupan sehari-hari yang masih menjaga tradisi luhur dari para leluhur, mengayomi dan tidak semena-mena dalam mengelola lingkungan sekitarnya.Karena sifat-sifat naga itulah maka hingga kini kampung ini masih asri dan menjaga nilai-nilai luhur penghormatan terhadap manusia dan lingkungan yang didiaminya. Ya, itulah filosofi hidup Eragon dari tatar Sunda.Kalau Eragon bisa mengalahkan Raja Galbatorik yang semena-mena dengan naganya, tak menutup kemungkinan cara hidup penduduk Kampung Naga inilah yang akan menyelamatkan manusia dari kiamat kehidupan yang dibuat oleh manusia sendiri.
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?