Surabaya Punya 'Rumah Abadi' Tuan & None Belanda

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Surabaya Punya 'Rumah Abadi' Tuan & None Belanda

Aris W - detikTravel
Rabu, 23 Jan 2013 15:50 WIB
Makam Tua Belanda Peneleh
Pepohonan yang rindang
Anak-anak kampung di sekitar makam yang sedang bermain
Area makam yang sebenarnya tertata rapi
Surabaya Punya Rumah Abadi Tuan & None Belanda
Surabaya Punya Rumah Abadi Tuan & None Belanda
Surabaya Punya Rumah Abadi Tuan & None Belanda
Surabaya Punya Rumah Abadi Tuan & None Belanda
Jakarta - Surabaya di Jatim merupakan salah satu kota penting saat zaman penjajahan Belanda. Tak heran, banyak orang Belanda tinggal dan wafat di sini. Inilah 'rumah abadi' para tuan dan none Belanda di Surabaya.Cuaca siang itu sangatlah terik. Keramaian dan segala aktvitas sudah mulai terlihat di sana-sini. Kali ini saya menyempatkan jalan-jalan ke salah satu destinasi wisata Kota Tua di surabaya. Tepatnya ke makam tua peninggalan Belanda yang berlokasi di daerah Peneleh atau lebih dikenal sebagai Makam Tua Peneleh.Dari namanya saja, sudah terdengar menyeramkan. Hanya butuh kurang lebih 1 jam saja, jika ingin menuju ke makam tua peninggalan Belanda itu. Jalanan yang macet, debu, dan polusi, di sana-sini mengiringi perjalanan saya kala itu.Tempat ini, tak begitu jauh dari tempat tinggal saya di Madaeng. Makam tua Peneleh berada tepat di belakang Puskesmas Peneleh. Peneleh merupakan salah satu kawasan yang masih asli di Kota Surabaya. Nama Peneleh lahir di zaman Kerajaan Singosari.Asal kata 'peneleh' berasal dari lokasi ini yang dulunya menjadi tempat bersemayamnya pangeran pilihan atau pinilih, Putra Wisnu Wardhana yang memiliki pangkat setara dengan bupati. Pangeran tersebut kemudian diangkat menjadi pemimpin di daerah yang berada di antara Sungai Pegirian dan Kalimas ini.Kawasan Peneleh merupakan salah satu bagian sejarah Kota Surabaya. Di dalamnya memiliki beberapa peninggalan bersejarah, di antaranya masjid kuno Peneleh, rumah HOS Cokroaminoto yang juga menjadi tempat tinggal Ir Soekarno saat beliau sekolah dan perkampungan tua. Ada pula Pasar Peneleh, salah satu tempat di Jawa, di mana saat itu buah anggur dapat dibeli, serta Makam Peneleh yang merupakan salah satu makam tertua di Jawa Timur.Makam tua Peneleh merupakan kompleks makam tua peninggalan Belanda, yang ada sejak tahun 1814. Kompleks pemakaman ini diperuntukkan bagi warga Belanda yang tinggal di Surabaya, pada masa penjajahan. Meskipun kondisinya saat ini sangat kumuh dan memprihatinkan, tempat ini masih menyisakan sisa-sisa eksotisme masa lalu.Banyak hal yang bisa Anda lihat di dalamnya. Detil ornamen berlanggam gothic dan doric. Patung-patung Romawi, meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh, hanyalah sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang sampai sekarang bisa dilihat.Kondisi makam yang sebetulnya tertata rapi, menjadi kurang enak dipandang ketika kita mulai melangkah masuk ke dalamnya. Jemuran-jemuran pakaian warga sekitar yang ada di area pemakaman, membuat suasana terasa kurang nyaman.Masuk ke area pemakaman ini, sebenarnya tidak di pungut biaya. Kita hanya membayar parkir kendaraan saja. Akan tetapi, kita akan ditarik biaya restribusi oleh penjaga makam dengan tarif yang tidak ditentukan. Biasanya, para wisatawan memberi Rp 5.000 untuk biaya perawatan makam.Saat masuk lebih dalam ke area pemakaman, suasananya sangat berbeda. Kita akan terbawa suasana, seolah-olah hidup kembali di zaman penjajahan Belanda. Bisa dibayangkan, betapa banyaknya orang Belanda yang tinggal di Surabaya.Makam yang tertata rapi, lengkap dengan nomor seri di setiap nisannya, meninggalkan jejak sejarah tentang kemewahan pemakaman ini pada masa itu. Di area pemakaman ini pula, dimakamkan arsitek jembatan sungai porong Ibrahim Simon Heels Berg.Namun, kebanyakan jasad-jasad yang terkubur di sini sudah dipindahkan ke negara asalnya oleh sang ahli waris. Jadi, di sini hanya tinggal batu nisan dan makam tanpa jasad saja.Mari kita saling menjaga dan melestarikan bangungan-bangunan cagar budaya yang ada. Tidaklah menjadi hal mustahil, apabila komleks pemakaman ini menjadi salah satu destinasi wisata kota tua Surabaya. Tentunya akan ramai dikunjungi wisatawan.Sisa-sisa makam dan prasasti yang berserakan dan lingkungan kumuh, adalah sedikit gambaran kondisi makam saat ini. Kompleks ini memang makam orang-orang Belanda. Namun, apa yang ada di dalamnya adalah bukti yang bisa menjadi benang merah sejarah keberadaan Kota Surabaya.
Hide Ads