Dream Destination Papua
Merebut Wanita di Sini, Berarti Perang!
Jumat, 07 Des 2012 18:26 WIB
Keken_Hamzah
Jakarta - Di suatu lapangan luas, dua kubu dengan puluhan pria Suku Dani memegang tombak dan busur panah. Mereka saling berhadapan, menatap tajam, dan saling mengejar. Inilah tarian perang untuk menyelamatkan wanita yang direbut!Puluhan kaum laki-laki berpakaian adat lengkap dengan tombak dan busur panah telah bersiap di hadapan saya. Mereka berkumpul seolah membicarakan taktik jitu untuk menjalani perang hari ini. Di sisi lainnya yang merupakan kampung sebelah, terlihat seorang wanita yang disandera dan meminta pertolongan.Itulah lakon yang digambarkan dalam tari Perang Suku Dani di Kampung Obia, Wamena, Papua. Pemandu tim Dream Destinatiom Papua, Sugeng dari Rakata Adventure, menerangkan sebagian besar masyarakat Wamena adalah petani yang gemar berperang."Kebiasaan berperang sudah jadi tradisi sejak zaman nenek moyang mereka. Hingga kini mereka masih gemar berperang karena urusan perempuan, babi dan pencurian," ujar Sugeng.Tari perang di Wamena berlangsung sekitar 15 menit. Tidak ada koreografi khusus, semuanya bergerak sesuka hati membawa senjata dan bertindak seakan-akan mereka berada di dalam perang.Awalnya, Mama (sebutan wanita tua di Wamena) dari kampung Obia sedang berkebun. Seketika pemuda dari kampung lain mendekat dan memaksanya ikut. Sang mama pun berteriak dan masyarakat dari Kampung Obia segera datang menghampiri. Demi menyelamatkan mama, masyarakat pun siap berperang!Setelah berlangsung selama 10 menit, warga Kampung Obia berhasil mendapatkan kembali sang mama. Mereka pun melingkari para musuh dari kampung sebelah, kemudian berlari cepat mengitari musuh sambil menyerukan sorak sorai kemenangan.Seusai menarikan tari perang, para warga segera kembali ke Kampung Obia untuk kemudian menari bersama para mama yang sudah menunggu. Ini seakan menjadi penyambutan bagi para prajurit perang yang telah membawa kemenangan bagi kampung mereka.Sungguh, sebuah tradisi kuat telah mengakar dalam darah masyarakat Suku Dani di Kampung Obia. Perang telah menjadi identitas yang akan terus melekat kemana pun mereka pergi. Saya hanya berharap semoga perang suku hanya terjadi di dalam tarian dan tidak lagi terjadi perang suku sesungguhnya."Dulu memang kita suka sekali berperang. Tapi sekarang sudah jarang," ujar Bernart Mabel, salah seorang warga Kampung Obia.Doa saya, semoga kedamaian selalu hadir bagi masyarakat Kampung Obia, dan warga kampung-kampung lain di kota Wamena. Indahnya hidup bersama masyarakat Wamena seindah kota Wamena itu sendiri.












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina