Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rhino Trip Ujung Kulon

Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus

Putri Rizqi Hernasari - detikTravel
Jumat, 29 Jun 2012 18:45 WIB
loading...
Putri Rizqi Hernasari
Adegan makan gelas (dok. Putri/detikTravel)
membacok kaki sendiri (dok. Putri/detikTravel)
Mengeluarkan uang dari genggaman tangan (dok. Putri/detikTravel)
Tari pengiring (dok. Putri/detikTravel)
Tari lesung (dok. Putri/detikTravel)
Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus
Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus
Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus
Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus
Menahan Nafas, Gara-gara Menonton Debus
Jakarta - Malam itu mata saya tak berkedip, nafas pun tertahan seketika. Seorang bapak dengan asiknya melahap pecahan gelas dan berdiri di atas golok tajam. Ini dia pertunjukkan Debus asli Banten.Makan malam saya, Sabtu (23/6/2012) lalu, terasa begitu berbeda di Kecamatan Sumur, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Ada pertunjukkan yang sengaja dipentaskan untuk menghibur kami, media dari Jakarta bersama kawan-kawan WWF.Ada banyak ibu-ibu yang sibuk menari, menyanyi sambil memainkan lesung. Suara yang dihasilkan begitu mengalir dan menghasilkan alunan nada yang indah.Menggunakan bahasa Sunda, satu persatu sang ibu melantunkan lagu yang saya sendiri pun tak tahu artinya. Tapi harmoni yang dihasilkan lagu dan musik terasa begitu menyatu.Hiburan rakyat ini semakin menarik dengan munculnya sekelompok penari lain. Kali ini lebih seru, alat musik yang digunakan berupa gendang, penarinya pun mengenakan pakaian hitam seperti jawara Banten.Setelah menghabiskan santap malam, saya langsung pergi menghampiri kelompok penghibur ini. Jeprat! Jepret! Satu foto, dua foto, hingga belasan foto saya hasilkan dari para penari.Saat sedang asyik memotret, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul bapak-bapak berjaket putih, lengkap dengan ikat kepala dengan warna senada. Gemuruh tepuk tangan mengiringi kedatangannya."Di sana mau ada debus," teriak salah satu pengunjung sambil terburu-buru berlari ke tempat si bapak itu muncul.Melihat banyak orang yang berlarian, saya pun ikut berlari bersama yang lain. Dalam hati terus bertanya-tanya, apa iya ada debus malam-malam?Hal pertama yang muncul dalam pikiran saat mendengar kata debus adalah, sekelompok orang yang berani menyantap beling. Ragu sempat membayangi langkah saya, tapi rasa ingin tahu berhasil mengalahkan itu semua.Begitu tiba di lokasi, sang bapak telah memulai aksinya. Pertama-tama dia membakar kertas dan menangkap abunya dengan kedua tangannya. Sambil terus komat-kamit membaca mantera, sang bapak berusaha mengeluarkan benda yang ada di kepalan.Perlahan pun muncul uang pecahan Rp 50.000 dari genggaman tangannya. Ya, abu bakaran yang ditangkap itu berubah menjadi uang. Tepuk tangan pun menutup aksi pertamanya.Seolah lelah dengan aksi pertama, sang bapak meminta makan dan minum kepada penonton. Lagi-lagi penoton dikejutkan dengan aksinya, setelah memakan kue yang diberikan, ia berusaha mengeluarkan sesuatu dari mulut. Dengan mimik serius sang bintang panggung, penonton sukses dibuat kaget dengan paku yang keluar dari dalam mulut si bapak. Tak tanggung-tanggung, ada 6 paku yang berasal dari dalam mulut.Lagi-lagi aksi debus sang bapak disambut dengan meriahnya tepuk tangan penonton. Ia pun beristirahat sejenak dan menyeruput air putih yang telah disediakan."Debus biasanya makan beling, kok belum ada ya?" celetuk salah satu penonton.Rupanya celetuk ini didengar sang master debus. Ia langsung tersenyum dan mengambil gelas beling yang sudah tersedia di hadapannya.Β Mulutnya terus berkomat-kamit membawa mantera, kemudian perlahan menggigit gelas. Kretek! Gelas patah digigit sang master debus. Ia pun mulai mengunyah pecahan beling ini dengan santainya, seolah cemilan biasa. Krauk! Krauk!Raut wajah ngeri terpancar dari seluruh penonton yang hadir. Tak peduli dengan ekspresi yang muncul dari wajah penonton, ahli debus ini terus mengunyah pecahan gelas kaca yang digigitnya.Plok! Plok! Plok! Kembali terdengar riuh tepuk tangan dari penonton. Seolah belum puas memberikan atraksi yang mengejutkan, ia kini mengeluarkan golok tajam sambil menebas pelepah pisang yang sudah disiapkan.Saya bersama penonton yang lain mulai menebak-nebak apa aksi selanjutnya. Sang master debus membuka bajunya, tampak tubuhnya yang berkulit cokelat dan perutnya yang rata, lalu membacok golok ke perutnya.Ajaib! Bagai manusia kebal, tak ada darah sedikit pun yang menetes. Setelah perut, kini ia menyerang tangan, paha, dan yang paling mengerikan, ia berdiri di atas golok yang tajam. Golok itu dipegangi anak buahnya.Malam itu ditutup dengan tepuk tangan dan senyum puas dari penonton. Debus menjadi bintang malam itu di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.Β 
Hide Ads