Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!

Rangga Yudhika - detikTravel
Jumat, 20 Jul 2012 10:44 WIB
loading...
Rangga Yudhika
Kebun teh
Gunung
Telaga Warna
Kawah
Berpose
Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!
Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!
Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!
Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!
Dieng Plateu, Kecantikan Alam yang Sempurna di Tanah Jawa!
Jakarta - Keindahan serta kesejukan alam pegunungan tak jarang selalu menyita perhatian wisatawan. Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah salah satunya, destinasi wisata alam lengkap dengan segudang keindahannya.Brrr! Suhu tengah malam di Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jateng terasa begitu dingin menusuk tulang. Berada di ketinggian sekitar 2000 mdpl tidak hanya membuat saya merasakan udara yang sejuk, tapi juga menggigil kedinginan.Indonesia yang tercatat memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan potensi wisata alam yang sangat sempurna. Mulai dari gunung, laut, sampai hutan ada di sini.Memilih destinasi wisata alam di Indonesia tidaklah sulit. Saya pun memilih Dieng, Wonosobo, sebagai salah satu destinasi yang bisa mewakili keindahan Indonesia. Dataran Tinggi Dieng berada di sebelah barat gunung kembar, Sindoro dan Sumbing. Dieng juga merupakan salah satu kawasan vulkanik aktif di Indonesia.Perjalanan menuju Dieng harus kami lalui dengan jalan yang terus menanjak. Jarak yang tempuh yang cukup jauh serta pegal-pegal di badan hilang, ketika tiba di kawasan Dieng. Panorama hijau serta udara yang begitu segar terasa mengisi setiap rongga tubuh.Selain itu, untuk masalah akomodasi sepertinya Anda tidak perlu khawatir. Penginapan berjenis homestay di rumah penduduk sampai penginapan yang berkelas sejenis resor tersebar di berbagai sudut Dieng. Penginapan berlatar perkebunan teh menjadi pilihan tempat peristirahatan kami.Suhu yang begitu dingin menjadi masalah pribadi ketika bermalam di Dieng. Bayangkan, ketika tubuh ini sudah menggunakan jaket tebal, selimut, serta kain tambahan, saya masih tidak dapat menahan suhu dingin yang terus menusuk tulang. Alhasil, saya terus terbangun sepanjang malam. Rasanya tidak sabar untuk kembali merasakan hangatnya sinar matahari.Selain suhu normalnya yang mencapai 10 derajat Celcius di malam hari, penjaga penginapan mengatakan di Dieng juga ada kondisi bernama bun apus, dimana suhu udara bisa mencapai 0 derajat Celcius. Walah!Berkeliling kebun teh menjadi kegiatan pembuka pagi hari kami. Sambil berkeliling dan menikmati pemandangan kebun teh, kami juga bisa melihat langsung bagaimana petani teh bekerja. Pucuk-pucuk teh yang terbaik akan dipilih untuk kemudian dikumpulkan dalam karung yang menempel di punggung ibu-ibu pemetik teh.Karena lokasinya yang berada di dataran tinggi, teh yang dihasilkan Pegunungan Dieng menjadi salah satu teh terbaik di Indonesia. Proses Sambil menyeruput segelas teh hangat, saya paham mengapa teh ini terasa begitu nikmat.Dugaan saya tentang udara siang yang jauh lebih hangat ternyata salah. Ketika berada di area kawasan Dieng Plateu Theater, kami semua harus bersembunyi di balik tembok untuk menghindari angin dingin yang berhembus. Theater dengan teknologi modern dan ruangan seperti simulator ini menjadi satu-satunya tempat untuk kami menghangatkan badan. Tidak hanya sekadar menghangatkan badan, di dalam gedung ini kami juga disuguhkan film dokumenter mengenai Dieng.Dieng yang juga terkenal dengan julukan Dieng Plateu memiliki banyak kawah vulkanik. Kawah yang paling terkenal adalah Kawah Candradimuka yang tidak pernah berhenti mengeluarkan semburan gas dan uap panas. Menurut informasi penduduk setempat, kawah ini sering mengeluarkan suara gemuruh yang cukup keras dan terdengar hingga ke perkampungan di lereng gunung.Sebelum memasuki area kawah, ada beberapa peraturan yang wajib kami taati, yaitu tidak boleh membuang puntung rokok atau menyalakan api. Hal ini dikarenakan area di sekitar kawah terdapat lubang-lubang kecil yang masih mengeluarkan uap dan gas. Serunya lagi, kami harus berjalan melewati jalanan berbukit dengan dasar bebatuan belerang yang senantiasa mengeluarkan uap dan gas.Dengan sangat berhati-hati, kami melangkah mendekati Kawah Candradimuka. Maklum, kami belum pernah melihat kawah sebesar ini dari jarak yang begitu dekat. Sesekali bau belerang dan uap panas keluar dari kawah tersebut. Permukaan air Kawah Candradimuka tampak seperti mendidih.Puas menyaksikan keajaiban Kawah Candradimuka, kami pun berpindah ke Telaga Warna. Telaga Warna menjadi salah satu destinasi yang difavoritkan oleh pengunjung. Keunikan telaga ini adalah warna airnya bisa berubah-ubah.Panorama Telaga Warna membuat saya tenggelam dalam kekaguman. Pepohonan hijau yang begitu teduh di sisi telaga melengkapi indahnya telaga vulkanik ini. Sinar matahari yang terpancar semakin membuat air telaga dengan kandungan sulfur (belerang) yang tinggi ini terlihat hijau menawan.Selain keindahan alamnya yang memukau, kebudayaan serta cara berpakaian penduduk Dieng menjadi daya tarik wisatawan. Cara berpakaian warga Dieng pun terlihat menarik dengan balutan kain seperti orang Mongolia.Ketika sedang berada di pemukiman warga dan menikmati kopi hangat di sebuah warung, kami melihat beberapa anak dengan rambut yang tampak menggumpal atau gimbal. Meskipun diluar akal sehat, ternyata awalnya anak-anak yang biasanya berusia empat minggu hingga enam tahun tersebut terkena demam tinggi. Anehnya beberapa waktu kemudian rambut mereka pun menjadi gimbal.Masyarakat Dieng percaya kalau mereka tidak boleh menggunting rambut tersebut kecuali memang permintaan sang anak untuk dipotong. Ritual pemotongan rambut gimbal yang diikuti oleh penyerahan hadiah dari orang tua merupakan sebuah prosesi yang panjang. Kadang kala upacara cukur rambut gimbal ini menjadi salah satu agenda di Dieng Culture Festival yang diadakan setiap tahun pada bulan Juli atau Agustus.
Hide Ads