Cirebon, Lebih Dari Sekadar Kota Udang
Senin, 30 Jul 2012 14:53 WIB

Rangga Yudhika
Jakarta - Membicarakan Kota Cirebon di Jawa Barat, sekilas tampak tak banyak yang menarik. Tapi ternyata, Cirebon memiliki beragam desinasi wisata menakjubkan dengan coretan budaya, sosial, sampai kuliner. Yuk, keliling Cirebon!Tiket kereta eksekutif sudah di genggaman tangan kami. Keinginan untuk traveling singkat di akhir tahun dengan dana dan waktu yang terbatas membawa saya dan seorang teman menuju Cirebon. Meskipun ada teman yang mengatakan kalau tidak ada yang menarik di kota ini, kami tetap pada pendapat pribadi, Cirebon pasti lebih dari sekedar Kota Udang.Nuansa Jawa terasa ketika kami tiba di Stasiun Kereta Api Cirebon. Terlihat becak-becak di depan stasiun yang dipergunakan sebagai sarana transportasi utama di kota ini.Keliling Kota Cirebon menjadi semakin menarik dengan banyaknya gedung-gedung tua yang tetap terjaga dan dijadikan sebagai gedung pemerintahan, seperti gedung DPRD, kantor PJKA, juga Bank Indonesia.Kami juga sempat melihat pabrik rokok British American Tobaco yang dikenal dengan gedung BAT. Kantor BAT terletak di gedung yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Di sebagian sudut kota masih terdapat rumah-rumah berpondasi kayu dan menimbulkan daya tarik lainnya.Jika terbiasa membuat itinerary yang detail sebelum melakukan perjalanan, kali ini kami melakukannya tanpa rencana apa pun. Perilaku nekat ini justru memberikan kami sensasi yang berbeda dan lebih seru.Dengan tas ransel di punggung, kami berjalan menyusuri sisi trotoar Kota Cirebon yang tampak rapih. Memasuki satu demi satu calon tempat penginapan yang nyaman dan sesuai dengan budget kami.Cara terbaik saat traveling adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan mengkombinasikan obrolan dari warga sekitar. Setelah bertanya kepada beberapa petugas hotel dan pemilik warung, barulah kami mendapat gambaran mengenai tempat kuliner dan tempat wisata menarik yang wajib dikunjungi di Cirebon.Selain bahasa, transportasi selalu menjadi ujian pertama dalam beradaptasi ketika tiba di kota orang. Meskipun bukan kota yang begitu besar, cara menaiki angkot di kota ini cukup sulit dengan penomoran trayek angkot yang bisa dibilang cukup beragam. Saking bingungnya, terkadang kami salah mengingat nomor angkot yang harus kami naiki.Sebelumnya, saya sudah pernah mengunjungi Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta. Hal ini pula yang membuat saya ingin mengunjungi Keraton di Cirebon seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabonan. Dengan adanya empat Keraton di kota ini, rasanya Cirebon lebih layak disebut Kota Keraton. Salah satu hal uniknya adalah semua keraton di Cirebon ini menghadap ke sisi utara.Keraton Kacirebonan yang didirikan sekitar tahun 1800 yang tampak sepi tanpa pengunjung menjadi tujuan pertama kami. Kami pun diajak berkeliling dengan pemandu kami, seorang ibu paruh baya beserta anak perempuannya.Baru saja berkeliling si Ibu langsung berkata, "Kami jangan ikut terfoto ya, Mas!"Akibat perkataannya itu, selama perjalanan di Keraton Kacirebonan kami terus berusaha mempercayai bahwa dia pemandu sungguhan.Suasana Kota Cirebon zaman dahulu terekam sangat jelas dalam kumpulan foto di pelataran Keraton yang berarsitektur Eropa ini. Memasuki satu ruangan berisi kursi singgasana yang berisi bendera dan alat perang, suasana terasa semakin dingin. Saking takutnya, kami benar-benar tidak berani mengambil foto mereka hingga kami selesai berkeliling.Selanjutnya, Keraton Kasepuhan menjadi tujuan kami. Sepertinya keraton ini menjadi yang termegah dan cukup luas dengan adanya kompleks alun-alun, ruang tamu, sampai singgasana raja.Pencampuran budaya Jawa dan Sunda tampak pada gerbang yang terbuat dari bata merah bertingkat. Jika ke Cirebon, jangan lewatkan untuk berkunjung ke Tamansari Gua Sunyaragi. Selain dibuat takjub dengan kekaguman nilai sejarah dan budayanya, kami pun cukup dibuat takut ketika menyusuri lorong-lorong gua yang gelap dengan sudut-sudut mistisnya.Lagi-lagi, pemandu wisata yang misterius dan diam seribu bahasa menemani perjalanan penuh misteri tersebut. Di Tamnsari Gua Sunyaragi ini juga terdapat ornamen-ornamen negara Belanda dan China yang sebelumnya kami temui di sudut keraton.Di malam hari, transportasi becak menjadi pilihan saya untuk menikmati udara terbuka sambil berkeliling Kota Cirebon. Di balik nilai-nilai budayanya yang kental, pusat perbelanjaan, hotel,dan wisata kuliner ternyata juga berkembang di kota ini. Jangan lupakan juga wisata kuliner di kota ini. Selain makan sea food, menu tahu gejrot dan nasi lengko melengkapi kenikmatan kuliner lokal kami saat berada di Cirebon.Kini, saya pun mendapatkan jawaban pasti kalau Cirebon memang lebih dari sekadar Kota Udang. Cirebon adalah kota yang penuh dengan nilai budaya, sejarah, serta memiliki tata kehidupan yang menarik.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum