Bercumbu Bersama Rinjani

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bercumbu Bersama Rinjani

Sathia - detikTravel
Jumat, 28 Sep 2012 17:20 WIB
Sagara Anak dari Pelawangan Sembalun
Baru Aji dari jalur Puncak
Ngopi di Sagara
Ikan Asap
Tim Rinjani
Bercumbu Bersama Rinjani
Bercumbu Bersama Rinjani
Bercumbu Bersama Rinjani
Bercumbu Bersama Rinjani
Bercumbu Bersama Rinjani
Jakarta - Mimpi 6 tahun silam untuk bercumbu dengan Puncak Anjani akhirnya terwujud. Tak ada yang bisa terlukiskan, kecantikan alam Gunung Rinjani, Lombok, terlalu mengagumkan.Akhirnya, bulan Mei 2012 menjadi kesempatan untuk mewujudkan mimpi 6 tahun silam. Ya, perjalanan kali ini terlalu banyak cerita yang belum terselesaikan, tentang harapan lelaki kecil penantang hidup bersama saudara seperjuangan. Tentang harapan berdiri di Puncak Anjani, Gunung Rinjani, Lombok.Sebelum perjalanan, kami menyiapkan semua hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari cari-cari tiket murah, mengumpulkan alat-alat, cari transportasi yang mudah dan tetap murah, sampai membeli semua yang dibutuhkan.Beruntung kami mendapat tiket pesawat maskapai ternama di Indonesia untuk pulang pergi, seharga Rp 1.017.800 per orang. Tidak hanya itu, kami juga mendapat transportasi yang lumayan murah, yaitu mobil, dari Bandara Lombok-Desa Sembalun-Desa Senaru-Bandara Lombok. Transportasi ini senilai Rp 900.000.9 Orang, 7 pria, dan 2 wanita dengan tujuan yang sama serta karakter dan keinginan yang sedikit beda. Sampai di Bandara Lombok, Mas wahyu sudah siap dengan mobil yang digunakan untuk mengantar kami ke Desa Sembalun.Desa terakhir untuk start pendakian Gunung Rijani. Berhubung Bandara Internasional Lombok sekarang sudah di pindah ke daerah Tanak Awu (sebelumnya di Mataram), jadi harus menyewa mobil agar lebih murah.Tadinya sih kami berniat membeli nanas untuk di jalur pendakian, tapi karena telat memberitahukan Mas Wahyu jadilah pasar pusat penjualan nanas yang ada di Masbagik terlewat begitu saja.Kami pun terus bercengkerama dengan Mas Wahyu di jalanan sampai akhirnya tiba di Desa Sembalun. Berhubung sudah malam, tim hanya mengurus pendaftaran pendakian untuk keesokan hari. Malam hari itu diisi sambil ngobrol dengan para guide dan porter yang rata-rata semuanya membawa nanas untuk tamu-tamunya. Sedangkan kami hanya bisa menatap penuh harap, ada nanas yang ketinggalan atau tanpa sengaja diberikan untuk kami.Pagi pun menjelang, matahari memancarkan cahayanya menyinari Puncak Anjani. Sungguh Keindahan yang nyata!Tim saat itu cukup beruntung karena kebetulan hari itu ada pendakian massal sebuah perusahaan tembakau asli Lombok dengan peserta kurang lebih sebanyak 150 orang. Lagi asik-asik jalan kaki menuju pintu masuk, ternyata mobil peserta pendakian menawarkan tumpangan sampai jalur mobil terakhir."Wah lumayan, karena bisa irit waktu sampai 1-2 jam," sigap layaknya prajurit tempur dari Kodam Jaya, semua barang naik, semua penumpang naik, dan tidak lupa tersenyum.Sampai ke batas jalur mobil terakhir, pendakian pun dimulai. Hamparan padang savana jelas terlihat di depan mata. Bukit-bukit yang berdiri kokoh menggambarkan kekuatan Sang Maha Segala.Saking terkesimanya, tim pun nyasar. Ya, potongan waktu yang di dapat dari tumpangan mobil akhirnya harus dibayar dengan perjalanan sia-sia karena salah jalur. 8 Jam yang seru! Sampai akhirnya tim memutuskan untuk balik ke titik awal. Dari situlah kami baru kembali lagi menuju jalur sebenarnya.Saat di Pos 1, hari sudah pukul 17.00 Wita. Lelah sudah pasti, tapi tiba-tiba ada wanita dari bule yang datang ke pos 1 dan cukup membuat semangat tim laki-laki. Ya, karena kami bisa foto bareng.Akhirnya diputuskan lah untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Pukul 18.30 Wita kami tiba di POS 2. Tenda pun dibuka, makanan di masak, minuman di seduh. Bercengkrama dengan tetangga baru, bertukar cendera mata, dan malampun semakin gelap.Saat pagi tiba di Pos 2 kami sudah siap melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Terus dan terus menanjak, ditemani angin yang cukup menggelitik. Pos 3 pun terlihat mengintip dari balik bukit. Masih cukup siang tim sudah sampai di Pos 3. Seperti biasa, diputuskan untuk bermalam karena ada keperluan yang sangat mendadak.Hari ke-3 di Pos 3, tim memutuskan untuk melewati jalur Penyiksaan dibandingkan Penyesalan. Pilihan yang cukup mudah karena kita lebih memilih di "siksa" ketimbang harus "menyesal"!7 Bukit yang cukup menyiksa, dilalui dengan tembang-tembang Bang Iwan. Dari mulai Jalan Berdampingan sampai doa dalam sunyi. Akhirnya kami tiba di Plawangan Sembalun. Sayang lokasi itu tertutup kabut tebal sehingga Danau Sagara Anak tak terlihat sama sekali. Namun, karena masih siang, tim memutuskan untuk makan siang sambil menunggu kabut pergi dari pandangan.Β Sampai sore menjelang, tapi kabut masih mengahalangi pandangan. Kami pun kembali berjalan untuk mencari tempat bermalam karena dini hari nanti tim harus bersiap untuk tantangan yang lebih besar.Kini giliran summit attack. Setelah tenda selesai didirikan, bersamaan dengan kabut yang semakin tipis dan Sagara Anak beserta Baru Ajinya menyeruak membongkar kepongahan sang kabut, "Subhanallah."Angin semakin menusuk tulang dan memekakkan gendang telinga. Semakin malam, angin semakin kencang. Kami hanya bisa berdoa agar nanti ketika tiba waktunya untuk summit, Sang Pencipta Alam merestuinya.20 Mei 2012, pukul 01.00 Wita. Kami berjalan di kegelapan, menuju Puncak Anjani, pelan, perlahan, tapi pasti. Pasir dan debu yang tertiup angin, telapak kaki yang mulai goyah, udara dingin yang mencoba mengganggu, terus kami nikmati.Kami terus merasakan dan menjalani hingga tibanya waktu fajar dan tim masih di perjalanan. Kepala yang tertunduk lesu, nafas yang menderu hilang mendengar isak tangis kawan seperjalanan.Saatnya bangkit, saatnya bersemangat, Anjani sudah di depan mata! Dengan sisa semangat, saya coba mengajak kawan seperjalanan untuk terus bangkit dan berjalan. 10 Langkah, 10 langkah lagi, dan terus 10 langkah lagi. Setelah melewati ratusan langkah berat dan pasti, Anjani pun tersenyum.Selamat datang pejuang, selamat datang mimpi, selamat datang harapan! Haripun terbang bersama asap Baru Aji di tengah Danau Sagara Anakan dan di sela air panas yang menyegarkan badan serta perut yang terisi penuh oleh ikan asap ala Rinjani."Hanya sedikit angan yang kini tersisa, Akan kugapai Puncak Anjani yang kini tertunda." Paling tidak, itu bagian kalimat yang pernah terucap dari seorang laki-laki kecil penantang hidup.Untukmu Sahabat:"6 tahun penantian akan pencapaian kedamaianBawa ragaku melewati jejak kaki yang dulu pernah terbawa badai kemurkaanKota yang sama, padang savana yang sama, hutan yang samaPerjalanan panjang penuh kenangan dan mimpiDenganmu, sahabatkuKita pernah tenggelam dalam kesalahan karena kita manusiaKita pernah terlena dalam kelelahan karena kita manusiaTapi,Kita tetap berjalanTetap bertahan untuk hidup karena kita manusiaTingginya bukit penantian yang kulewatiHampir sebanding dengan keegoisan hati yang terobsesi tujuan pastiKini kuberdiri di tempat dimana kita pernah berdiriIngatkah engkau pada amarah yang terbakar asap Baru Aji?Tak henti kutatap keelokan Anjani dari tempat kita pernah berdiriDan, haripun semakin gelapPerlahan kulewati setiap butir pasir yang pernah jatuhkan ku pada keangkuhan semuAngin kencang yang pernah buang mimpi ku terus coba goyahkan ketetapan hatiAku coba bertahan…aku coba berjalanDi penghujung malam Anjani semakin jelas menggoda kesombonganku6 tahun penantian akan pencapaian kedamaianDan kini aku mencumbumu wahai AnjaniTerimakasih Pemilik segalaTerimakasih atas ajar-MU tentang ketidakberadaanTerimakasih atas ajar-MU tentang ketidakmampuanTerimakasih atas segala tentang kehidupan6 tahun penantian akan pencapaian kedamaianKau, aku, kitaYa, kita pernah bermimpi berada di siniDan, atas izin-MU kini semua pernah terjadi"
Hide Ads