Masjid Aolia, Bangunan Unik Bersejarah di Pantai Ngobaran
Minggu, 19 Feb 2012 15:34 WIB

Ardi Rimbawan
Jakarta - Di Pantai Ngobaran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat sebuah bangunan kuno nan unik. Namanya Masjid Aolia, yang erat hubungannya dengan pengaruh kepercayaan Islam di masa lampau. Ngobaran adalah salah satu nama pantai yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Pantai ini kurang lebih berjarak sekitar 65 km dari Kota Yogyakarta, dengan lama perjalanan sekitar 2 jam menggunakan kendaraan. Akses menuju pantai ini cukup mudah, jalannya sudah diaspal dengan baik walaupun ada beberapa titik kerusakan sebelum memasuki wilayah pantai. Untuk mencapainya, kita bisa melalui jalur Imogiri-Panggang atau dengan menyusuri Jalan Wonosari. Kalau memilih Jalan Wonosari, patokan utamanya adalah memilih persimpangan ke kanan di pertigaan Lapangan Gading (lapangan terbang di Gunungkidul). Sedikit hambatan yang mungkin akan dijumpai adalah kurangnya petunjuk jalan menuju pantai ini sehingga kadang kita harus menggunakan “GPS tradisional” alias bertanya kepada warga sekitar agar tidak nyasar. Jalan masuk menuju Pantai Ngobaran memang kecil, bergelombang, juga sedikit becek. Tapi jangan kuatir, jalanan ini bisa dimasuki kendaraan roda empat. Keunikan utama dari pantai ini adalah nuansa multikultural yang tampak jelas dengan adanya berbagai bangunan peribadatan dari beberapa kepercayaan. Menurut warga sekitar, setidaknya terdapat 4 tempat peribadatan dari kepercayaan yang berbeda yaitu Hindu, Kejawan, Kejawen, dan Islam. Bangunan yg menurut saya paling unik adalah Masjid Aolia, yaitu masjid yang mihrab alias tempat imamnya mengarah ke selatan, ke laut lepas. Namun yang pasti, walaupun arah masjidnya ke selatan, warga sekitar yang melakukan sholat disana tetap mendirikan sholat dengan menghadap ke kiblat. Menurut cerita dari warga sekitar, hal itu tidak lepas dari pengaruh kepercayaan kepada Prabu Brawijaya V. Asal-usul nama pantai ini pun sangat erat hubungannya dengan Prabu Brawijaya. Ceritanya berawal pada jaman Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. Pada saat itu, popularitas Kerajaan Demak dibawah pemerintahan Raden Patah yang juga adalah anak kesayangan Brawijaya sedang menanjak. Pengikut aliran Kejawan merujuk pada salah satu putra Prabu Brawijaya V yang bernama Bondhan Kejawan. Kejawan sendiri sangat dekat tautannya dengan aliran Kejawen yang ada. Lokasi peribadatan dari kepercayaan Kejawan berada di sebuah joglo dekat masjid, sedangkan pengikut Kejawen mendirikan sebuah bangunan di atas bukit karang. Menurut legenda setempat, Brawijaya tidaklah mati melainkan muksa. Sang Prabu dipercaya melakukan upacara muksa dengan cara membakar diri. Kobaran api dari upacara muksa itulah yang menjadikan nama pantai ini Ngobaran.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!