Menjajaki Keistimewaan Umbul Sidomukti
Kamis, 05 Jan 2012 07:00 WIB

Jakarta - Jumat pagi 18 November 2011 sehabis make up class Intensive Writing Ms Novia, kami berempat langsung berangkat ke Umbul Sidomukti, Kabupaten Ungaran. Rencana awal yang hanya obrolan ringan diwaktu sela sela perkuliahan semata terealisasikan. Perjalanan memakan waktu hanya 1 jam dari kampus UNNES.Kondisi kota Ungaran yang tidak terlalu panas menambah semangat kami. Begitu sampai kecamatan Bandungan, kami disuguhi pemandangan alam indah ditaburi villa dan sejuknya udara. Tak sabar sampai ditempat tujuan kai mempercepat pacu kendaraan dan sampailah di Pasar Jimbaran. Cuaca mendung dan berawan, sedikit mengecewakan kami. Terus mendaki hingga lereng Gunung Ungaran hingga puncak umbul. Jalan yang kurang bagus tak menyurutkan niat kami untuk menjajahi umbul. Selama mendaki dengan kendaraan bermotor, kanan kiri di penuhi bunga mawar yang menawan. Mungkin inilah yang menyebabkan jalan ini terkenal dengan sebutan jalan Mawar. Tikungan terakhir terdapat rimbunan pohon bambu dan sampailah kami di Umbul Sidomukti.Udara yang dingin semakin menambah eksotis pemandangan yang terpampang. Dari jauh terlihat bukit dan ukiran teraseringnya yang mengundang decakΒ kagum. Kami naikΒ ke puncak gunung dan mendapati kabut putih disekeliling kami. Menghela nafas panjang dan merasakan segarnya udara yang sangat jarang kai rasakan. Dari puncak gunung jika kabut belum datang dapat terlihat megahnya kota Semarang. Kami beranjak turun ke kawasan wisata Umbul Sidomukti sebelum hujan mendahului kami. Cuaca berkabut tebal karena mendung. Karena masih siang dan saat hari sekolah kawasan tersebut agak lengang. Dengan tiket masuk obyek yang hanya Rp. 8000,- kami dapat berenang di kolam renang alam yang terletak dipinggir tebing yang terbuat pula dari batu alam.Kami lihat ada beberapa orang yang berenang, dan kami mengurungkan niat untuk menceburkan diri. Kami memilih untuk menguji adrenalin dahulu dengan mencoba Flying Fox tertinggi di Jawa Tengah tersebut. Flying Fox setinggi 70 meter dan sepanjang 110 meter hanyalah bagai angin bertiup saja. Kami melanjutkan dengan Marine Bridge menyebrangi lembah meniti jembatan tali. Angin yang bertiup kencang cukup menggentarkan kami yang terseok-seok melewatinya. Begitu dingin dan menghilangkan nyali hingga terperosok dengan pengaman yang terpasang kuat. Setelah wahana Marine Bridge kami menyudahi permainan karena ingin segera merasakan air umbul yang mengalir sepanjang tahun. Begitu dari ruang ganti kai lekas menyeburkan diri di kolam yang kebetulan sepi. Airnya yang dingin dan pasti tanpa terganggu oleh anyir kaporit membuat kami nyaman untuk berlama-lama berendam dan bermain air. Menyadari waktu telah sore kami bergegas keluar dari air.Merapikan diri dan bersantai ditepi tebing menikmati panorama yang tersaji. Tak lupa kami mengabadikan beberapa foto. Tak mungkin melewatkan momen tersebut. Karena sudah lapar, kami naik dan mengunjungi restoran di puncak bukit. Kami memesan hidangan dan disela menunggu kami menunaikan sholat di mushola mungil sebelah restoran tersebut. Dari atas pemandangan sungguh sempurna. Setelah melahap santapan ikan bakar kami beranjak turun ke obyek lagi ingin menjajaki lembah dengan ATV. Namun apadaya, hujan turun dan menggagalkan rencana kami.Β Kami berteduh di gazebo dan menikmati panorama hujan yang menyapu alam Sidomukti. Putih kabut dan dingin yang mencekam kulit tak mampu menutupi pesona alam Sidomukti. Indah dan Istimewa. Setelah hujan karena hari sudah mulai petang, kami kembali ke Sekaran, Gunung Pati untuk memulai hari yang padat kembali.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Tanduk Raksasa Ditemukan Warga Blora, Usianya Diperkirakan 200 Ribu Tahun