Kampung Naga Tapi Tidak Ada Naga
Fadjar Joesnijar Djackarja - detikTravel
Jumat, 09 Des 2011 14:40 WIB
Jakarta - Kampung Naga, ketika mendengar nama itu pasti yang terbersit pasti dulunya ada naga di daerah itu, sehingga namanya menjadi Kampung Naga. Dan, ternyata Anda salah, Kampung Naga merupakan nama dari suatu perkampungan yang berada di daerah Tasikmalaya. Kampung ini memiliki keunikan dari adat istiadat, arsitektur rumah sunda yang tetap mereka jaga dan lestarikan sampai saat ini.Kampung Naga berjarak 30 km dari Kota Tasikmalaya. Tidak sulit menemukan kampung ini, karena letak nya tidak jauh dari Jalan Raya Tasik-Garut. Kampung ini terletak di lembah yang subur, kita harus menuruni sengked (anak tangga) sebanyak kurang lebih 462 sengked dengan tingkat kemiringan 45 derajat. Ada lagi hal yang unik dari sengked ini di mana setiap orang yang menghitung sengked akan selalu berbeda, saya pun mencoba tantangan ini dengan menghitung sengked dan hasilnya pun membingungkan. Menghitung dari atas ke bawah (berangkat) dengan pada saat pulang berbeda, padahal saya menghitung dengan penuh konsentrasi. Uniknya lagi dari kampung ini, rumah-rumah yang berada di kampung ini tidak boleh menggunakan semen. Bentuk rumah harus panggung, dengan bahan baku dari bambu dan kayu, serta beratapkan daun nipah, ijuk atau alang-alang. Tidak boleh ada perabotan di dalam rumah seperti kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah di perkampungan ini semuanya menghadap ke Utara dan Selatan. Di area ini terdapat 110 rumah termasuk bale dan masjid. Dengan jumlah penduduk 314 orang. Di perkampungan ini tidak terdapat listrik, bukan karena daerahnya terbelakang, tetapi karena mereka memegang teguh adat istiadat, selain itu di dapur mereka tidak terdapat kompor gas yang ada kompor minyak dan hawu (tempat memasak untuk bahan bakar kayu). Kondisi perkampungan yang sangat asri, memberikan nuansa tersendiri. Apalagi letak kampung yang berada di lembah, dengan pemandangan persawahan yang subur dan sungai ciulan yang bersih dan terawat.Setiap harinya banyak wisatawan dalam negeri maupun asing yang berkunjung ke kampung ini, untuk melihat kebiasaan dan adat istiadatnya. Jika ingin bermalam di kampung ini, anda diharuskan menghubungi kuncen untuk mendapatkan ijin. Biasanya ijin diberikan untuk pelajar, mahasiswa didampingi dengan guru/dosen.
(travel/travel)












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Koster Akui Jumlah Wisatawan Domestik ke Bali Turun di Libur Nataru