Jakarta - Mendengar istilah kata sumbing, spontan yang terlintas di benak kita adalah bibir yang tidak sempurna alias robek dan lain-lain. Namun, ternyata kata tersebut (sumbing) menjadi salah satu nama gunung yang terletak di Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Magelang, Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai ketinggian 3.371 meter. Gunung Sumbing juga termasuk dalam kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau Hutan Gunung. Sebagian besar wilayah di gunung ini telah digunakan untuk lahan pertanian. Di bagian puncaknya, gunung ini mempunyai kawah yang masih aktif.Pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang dikaruniai dua anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan. Setiap Β harinya, mereka beraktivitas di pedesaan yang asri nan sejuk. Pagi diawali dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang, selepas di tengah teriknya sinar matahari mereka beristirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan mereka setiap hari, nyaris tanpa perubahan. Akan tetapi, melihat kedua anaknya, mereka selalu bertengkar sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang hampir kita jumpai dalam setiap keluarga.Karena mereka berdua selalu terlibat dalam pertengkaran, kesabaran sang ayah memuncak dan melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena pukulan tangan ayah dan mengakibatkan bibirnya robek (sumbing). Hingga kini kedua anak tersebut diabadikan sebagai nama gunungk , yaitu Si Ndoro (sekarang Gunung Sindoro) dan Si Sumbing (sekarang Gunung Sumbing). Ndoro adalah julukan kepada seseorang karena sikap santun, bijaksana, dan selalu melindungi. Adapun sumbing diberikan kepada anak yang nomor dua karena tingkahnya. Gunung Sumbing bila dilihat dari sisi Timur atau Barat akan terlihat bagian tengahnya yang robek dan berbentumelengkung ke bawah.Itulah pengantar singkat sejarah Gunung Sumbing.Sepanjang perjalan kami menuju puncak Gunung Sumbing sungguh sangat menyenangkan. Banyak kisah yang kami alami selama pendakian tersebut. Mulai dari jalan yang kami beri nama jalan setapak karena memang jalannya hanya setapak. Tanjankan yang kami beri nama Tanjakan Kampret karena jalannya sungguh sangat terjal menanjak ke atas dan beberapa kali saya terjatuh di situ.Keindahan puncaknya sungguh sangat fantastik. Semua keringat yang bercucurann terbayar sudah dengan keindahan puncak dari Gunung Sumbing. Sungguh sangat indah karya Tuhan di tempat ini. Padahal saya sudahΒ hampir putus asa untuk mencapai puncaknya karena kondisi badan yang drop. Setelah sampai di puncaknya saya sangat menikmati sekali keindahan Gunung Sumbing. Keberhasilan saya ini juga karena support dari temen-teman yang lain.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum