Selasa, 28 September 2010, saya dan rekan petualang saya, Zulfi, mengunjungi Pusat Latihan Gajah di Seblat, Bengkulu Utara. kami bertolak dari Bengkulu pagi-pagi mengantisipasi perjalanan yang akan memakan waktu lama karena jalannya yang berlubang-lubang. tapi saya tidak pernah menduga seperti apa perjalanan saya kali ini, expect the unexpected.
Kejutan pertama di perjalanan adalah, saya melihat sebuah truk tanki aspal yang sedang mulai terbakar. Pengalaman pertama dalam hidup saya, melihat sebuat truk yang besar dan mulai dilalap api bagian belakangnya. Sayangnya karena mobil terlanjur melaju cepat saya tidak sempat memotret kejadian itu, semoga saja truk tadi dan supirnya tidak apa-apa.
Kejutan kedua adalah rem mendadak dari mas Yopie, ternyata ada sapi sedang santai menyeberang jalan! Sapi dan hewan ternak lainnya nampak sangat berkuasa di jalanan, karena selain mereka bisa menyebrang seenaknya, mereka juga bisa duduk-duduk di bahu jalan, bahkan tidur. Waduh repot juga ya, tapi sepertinya warga yang melintas sudah biasa akan hal itu dan maklum.
Kejutan berikutnya yang saya temui beberapa waktu setelah bertemu si Sapi adalah jalan longsor. Tidak tanggung-tanggung, salah sedikit mobil bisa melayang masuk ke Samudra Indonesia. Ya, karena jalan yang kami lewati adalah jalur pesisir, tepat di sisi barat pulau Sumatra, kemungkinan besar itu adalah abrasi, sayangnya tadi tidak nampak tanda-tanda jalan yang longsor tersebut akan diperbaiki.SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih deg-degan setelah melewati jalan yang longsor, ternyata ada kejutan lagi tak jauh dari situ. Jujur saja saya tidak tahu namanya, yang jelas beberapa kilometer sebelum masuk kecamatan Ketahun. Bentuknya seperti tanjung kecil, dan batu besar, yang dulunya pasti bagian dari pulau Sumatra. Pemandangan yang sangat indah, tepat di sebelah jalan raya. Saya dan teman-teman pun berhenti untuk berfoto beberapa kali.
Melanjutkan perjalanan, lagi-lagi jantung saya berdegup kencang karena bertemu dengan truk Bakornas, PMI, dan mobil dapur umum untuk bencana. Saya mengira para petugas ini hanya sedang berjaga-jaga, tapi ternyata setelah itu memang saya melihat tenda-tenda pengungsian berdiri tepat di bahu jalan bagian kanan dan kiri. Beberapa bapak-bapak nampak sedang mendorong gerobak berisi barang-barang elektronik yang kemungkinan besar miliknya. Para penduduk ini, terpaksa mengungsi karena sungai Urai meluap dan menggenangi rumah mereka hingga setinggi perut orang dewasa.
Ternyaa perjalanan ke Seblat cukup jauh. Empat jam yang diperlukan untuk mencapai Seblat dari Bengkulu. Tapi, jika ingin ke PLG, maka masih harus masuk ke desa untuk mencapai lokasi. Di depan, terpampang sebuah billboard kecil yang menyatakan jalan itu menuju PLG. Jalannya adalah jalan pasir dan batu. Kejutan lain pun datang, ternyata jembatan yang seharusnya bisa menghubungkan kita ke jalan menuju PLG, putus. Maka kami harus mengambil jalur lain, sesuai petunjuk penduduk. Ternyata pilihan kedua itu kurang tepat juga karena jalanan benar-benar masih sedang diuruk dengan pasir dan batu besar. Jelas mobil kami tidak bisa melewati jalur itu, karena mobil yang kami gunakan adalah MPV kecil, maka kami pun berputar arah. Yak, dan ternyata bannya selip. Terpaksa kita mendorong mobil bersama. Wah, padahal saya sudah panik, khawatir terjebak dan tidak bisa pulan, apalagi tidak ada sinyal ponsel di kawasan itu.
Kamipun memilih jalur lain yang jelas lebih jauh, tapi dengan kondisi jalan yang pasir dan batunya lebih padat. Tapi ternyata jalur ini jauh sekali, dan kami terus berjuang melawan jalanan berbatu-batu dan kini ditambah lumpur. Saking beratnya medan, kurang lebih 3 jam perjalanan dan masih terus dengan jalan berbatu-batu. Akhirnya kita ber-4 sepakat untuk kembali ke Bengkulu saja mengingat perjalanan masih jauh, dan harus segera keluar dari desa tersebut sebelum malam hari dan hujan.
Sebenarnya hati kecil saya kecewa, tapi apa boleh buat, kondisinya kurang memungkinkan. Lagi di perjalanan pulang kami menemukan 2 kejutan,yaitu sebuah pantai dengan pohon yang besar, tepat disirami cahaya matahari yang mulai tenggelam, sangat indah. Saya pun sempat berhenti dan menikmati pemandangan tersebut.Takut terlambat pulang, saya dan rekan-rekan segera melanjutkan perjalanan, dan bertemu dengan pelangi yang tepat membentuk busur 180 derajat. Wah, seumur hidup baru kali itu saya bisa melihat pelangi penuh seperti itu.
Jadi walaupun gagal ke PLG Seblat, tapi saya benar-benar menikmati petualangan ini, menemukan berbagai hal yang unik dan belum pernah saya temui sebelumnya. Semuanya adalah bagian dari berwisata, termasuk perjalanannya. Travelling is not always about the destination, but also the trip that takes you there.
Β












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya