Jika anda tiba di dermaga Gili Trawangan, berjalanlah ke arah Utara (kanan) sekitar tiga puluh menit, anda akan menjumpai bangunan terbuka sederhana berisi tiga buah bak besar. Inilah Konservasi Penyu Gili Trawangan. Konservasi ini mulai berdiri tahun 2006 atas prakarsa dan kepedulian Pak Marjan. Ketika kami berkunjung ke Konservasi Penyu (15 Oktober 2010), penyu yang terdapat di konservasi ini adalah penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea). "Kita menghadapi akan kepunahan penyu. Kalau orang menanam sejuta pohon, saya sejuta penyu" Ujar beliau sambil tertawa.
Telur yang ditetaskan di sini berasal dari Lombok. "Tidak apa-apa telur dibawa dari jauh, asal dapatnya tadi sore langsung dibawa ke sini. Kadang-kadang juga ada penyu yang naik ke pantai sendiri" Jelas Pak Marjan. Telur dibeli dari orang yang menemukan penyu bertelur seharga Rp. 2.000 per butir telur, satu kali bertelur penyu dewasa dapat menghasilkan 140 telur. Dapat dibayangkan uang yang diperlukan untuk memelihara satu sarang penyu. Telur-telur tersebut kemudian dierami di pasir yang telah dipagari selama 40 sampai 50 hari. Setelah menetas bayi penyu, atau tukik, dimasukkan ke dalam bak perawatan. Tukik akan dirawat selama satu tahun sebelum dilepas ke laut. Tukik yang sakit atau luka hanya dipisahkan Pak Marjan dalam keranjang plastik yang diberi pelampung dari botol air mineral. "Kadang kalau saya punya uang, saya beli antibiotik untuk yang luka. Karena kalau mereka lapar suka saling gigit, nah kalau sudah luka sedikit saja pasti akan digigit sama yang lainnya." Beliau menuturkan.
"Bangunan ini memang dibangunkan sama Garuda Indonesia sejak dua tahun lalu." Ujar Pak Marjan. Dana operasional konservasi penyu didapat dari kotak sumbangan yang terdapat di lokasi konservasi. "Selama ini Pemda hanya melihat dan mendengar. Padahal sudah berdiri dua tahun, paling tidak meliriklah. Apa harus saya yang ke sana duluan?" Keluh beliau. Tak jarang beliau sampai menjual nama demi memberi makan tukik-tukik peliharaannya. "Kadang saya berhutang di pasar. Orang pasar sudah kenal saya, jadi bisa bayar besok." Ujar beliau sambil tertawa.
Sebagai tambahan informasi, penyu merupakan hewan yang hampir punah. Ia memiliki siklus reproduksi yang panjang. Penyu akan bertelur di pantai dimana ia dulu menetas. Sekali bertelur penyu dapat menghasilkan 60 hingga 150 butir, tetapi jika dibiarkan di pantai tanpa pengawasan, tukik yang berhasil kembali ke laut hanya belasan. Bahaya yang mengancam telur penyu antara lain adalah biawak dan yang paling berbahaya manusia yang menjual telur penyu. Dari belasan tukik yang berhasil sampai di laut, hanya hitungan jari yang akan kembali untuk bertelur. Tukik menjadi mangsa hewa yang lebih besar, ketika dewasa pun resiko kematian tak lepas. Banyaknya sampah plastik di laut membuat penyu mengira plastik sebgai ubur-ubur dan memakan sampah plastik. Oleh karena itu usaha konsevrasi penyu sangat penting dilakukan agar penyu, yang diperkirakan sudah ada sejak zaman dinosaurus, dapat bertahan untuk dilihat generasi mendatang. (HRA)SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Koster Akui Jumlah Wisatawan Domestik ke Bali Turun di Libur Nataru