Senin, 11 Oktober 2010 adalah permulaan perjalanan saya bersama mitra, Lukman Simbah. Saya berharap langkah pertama dimulai dengan baik. Harapan hanya tinggal harapan karena saya bangun terlambat. Alih-alih pukul 04.00 dan berangkat pukul 04.30, saya bangun pukul 05.30!
Panik! Itu yang dirasakan ketika Halida membangunkan saya. Bagaimana tidak? Jadwal keberangkatan pesawat Jakarta - Maumere pukul 06.30 dan saya baru saja bangun. Saya masukkan semua barang yang masih tercecer dengan paksa ke dalam ransel. Saya tinggalkan keharusan mengosok gigi dan mandi. Kata 'terlambat' yang dicetak kapital menghujam saya dengan penyesalan mendalam.
Saya paksa supir taksi melaju dengan kecepatan penuh. Bunyi 'beep' nyaring terdengar, memperingatkan bahwa mobil dipacu dengan kecepatan lebih dari 160km/jam. Halida terdiam. Simbah dan Bhaga berkali-kali memperingatkan pak supir untuk berhati-hati. Saya hanya mengutuki diri karena terlambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya terobos kerumunan orang sembari mengacuhkan teriakan mereka. Saya tidak peduli. Egois, tapi akhirnya saya dapat tersenyum puas di atas ketinggian 35.000 kaki, dalam pesawat Jakarta - Denpasar pada pukul 06.30 dan bertemu dengan guide kami, Pak Yoakim ketika pesawat Denpasar - Maumere mendarat dengan mulus di Bandara Frans Seda, Maumere pada pukul 13.05.
(utine)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya