NBCβMethodius Zagoto (11), siswa sebuah sekolah dasar, sedang berlatih melompati tumpukan kayu di halaman Omo Sebua (rumah raja) di Desa Bawomatuluo. Dua orang bocah kemudian menyusul mengikutinya. Itulah tahapan awal yang mesti dipenuhi oleh anak-anak sebelum benar-benar terampil melompat batu . Inilah bukti regenerasi Hombo Batu (lompat batu) di Bawomataluo masih terus berlangsung.
Awalnya, bocah yang kini memiliki tinggi badan sekitar 120 sentimeter ini melompat dengan tinggi lompatan setengah meter. Tinggi lompatan secara bertahap meningkat dengan berlatih. "Sekarang saya sudah bisa melompat setinggi satu meter," katanya saat berbincang dengan NBC, di gerbang sebelah Timur desa Bawomataluo, 13 Mei 2011.
Ternyata Hombo Batu tidak sekedar olah raga biasa. Bagi generasi muda Nias, Hombo Batu adalah sebuah identitas. "Kalau kami sudah bisa melompat batu, kami merasa menjadi pemuda Nias sejati." Kata bocah bernama Methodius Zagoto itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berlatih Hombo Batu, Metodius juga lancar bercerita tentang kisah nenek moyangnya. Sebuah kemampuan yang membanggakan untuk bocah seusianya. Methodius dengn seksama berkisah tentang raja pertama Bawomataluo lengkap dengan cerita-cerita ringan sekitar kebesaran desanya.
"Raja pertama adalah Lehe Luwo. Sebelumnya penduduk desa ini berasal dari desa Orahili. Salah seorang anaknya membangun rumah disini. Kemudian, setelah Orahili terbakar banyak yang pindah ke sini," katanya lugas.
Pemahaman seperti ini diperoleh Methodius melalui proses bertutur yang berlangsung di rumahnya atau dari para tetua kampung. Methodius mewarisi cerita itu dari orang tuanya, kerabat dan tetua adat.
Methodius juga mampu bercerita tentang kampungnya. Dia menceritakan bahwa penduduk desa ini berburu ke hutan Lawu-Lawu di sebelah timur desa ini. Mereka berangkat jam 18.00 dan kembali pada pukul 22.00. Mereka berburu babi hutan. Sebagian ada yang berburu kelelawar untuk obat.
Festival Budaya Bawomataluo 2011 yang berlangsung 13-15 Mei lalu, memberi semangat kepada generasi muda seperti Methodius. "Kami ingin menjadi pelompat batu seperti abang-bang kami yang tampil di sana," ujarnya.
Anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Simara Zagoto (Ama Selviana) dan Veronika Fau ini adalah bukti dari regenerasi yang masih berlangsung di Desa Bawomataluo.
Menurut Teruna Wau, seorang Fahombo Batu (pelompat batu) senior, Hombo Batu dilakukan untuk melatih prajurit supaya handal di medan perang. Sebab pada zaman dahulu antara desa selalu terjadi peperang.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour