Pulau Sempu adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa, tepatnya di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendangbiru, di mana dari pantai ini kita harus menyeberang dengan menggunakan perahu nelayan.Β
Kami tiba di pesisir Sendangbiru pada malam hari demi penyeberangan di pagi hari berikutnya. Kami mempunyai banyak pilihan tempat untuk bermalam karena di sepanjang jalan menuju pantai terdapat penginapan-penginapan yang dikelola masyarakat setempat. Kami memilih bermalam di salah satu penginapan demi keamanan dan cukupnya istirahat, meskipun ada juga pengunjung yang memilih bermalam di bibir pantai menggunakan tenda.
Rata-rata pengunjung Pulau Sempu yang menyeberang di pagi hari juga menginap seperti kami. Mungkin mereka juga memilih penyeberangan pagi karena di waktu pagi air laut cenderung lebih tenang daripada siang hari.
Karena jam penyeberangan pagi biasanya berangkat pukul setengah enam, kami mesti menyiapkan semua keperluan pada malam itu juga. Lalu adakah keperluan tertentu yang mesti dipersiapkan guna menyeberang ke Pulau Sempu? Ada, dan itu adalah surat ijin menyeberang. Surat ini dimaksudkan sebagai bukti bahwa pengunjung berjanji untuk tidak merusak lingkungan selama singgah di lokasi wisata. Prosesnya cukup mudah, kami cukup meminta ijin secara lisan, mengisi buku tamu dan menandatangani surat perjanjian. Setelah ijin menyeberang berhasil didapatkan maka kami pun beristirahat.
***
Keesokan harinya sekitar pukul lima, kami sudah bersiap di dermaga penyeberangan menuju Pulau Sempu. Pagi itu mendung, namun ternyata perahu yang mengantar kami datang tepat jadwal. Setelah membeli tiket, kami lalu naik ke perahu nelayan yang telah dimodifikasi menjadi perahu penumpang.
Perahu ini memiliki panjang nyaris 5 meter dan lebar sekitar 2 meter. Ruang yang cukup lega membuat tatanan bangku penumpang dapat terisi dua-dua orang tiap lajur. Terdapat atap yang terbuat dari semacam kain guna melindungi penumpang dari panas matahari maupun hujan.
Penyeberangan menuju Pulau Sempu hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit. Laut tenang pagi itu. Hanya saja mendung sedari fajar sepertinya akan berubah jadi hujan. Benar, tepat sebelum mencapai pulau gerimis pun datang.
Sebelum menepi kami menyangka akan merapat ke dermaga seperti saat kami berangkat, namun ternyata perahu itu berlabuh di sebuah ceruk alam yang tak seberapa lebar. Ceruk itu dibatasi oleh dinding karang di bagian kanan dan rimbun tanaman bakau di sebelah kiri. Tak tampak satu bangunan pun di pantai ini. Beberapa meter di depan terbentang hutan.
Sempu merupakan kawasan hutan lindung. Dan pagi ini, kami menjelajahi hutan asri itu melalui jalur setapak yang hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. Hujan gerimis turut memberikan tantangan, terutama karena jarak tempuh yang cukup jauh untuk mencapai tengah pulau. Di sepanjang perjalanan menembus hutan, kami ditemani oleh suara-suara hewan. Hutan ini merupakan tempat tinggal bagi berbagai jenis binatang liar.
Perjalanan melelahkan menelusuri setapak becek karena hujan pun terbayar setelah satu jam kemudian kami mencapai tujuan. Di pulau ini terdapat sebuah laguna yang disebut Segara Anakan, dengan bukit hijau dan bukit karang yang mengelilinginya menciptakan pemandangan tak ternilai.
Laguna ini terbentuk dari air deburan ombak yang sebagian airnya mengalir masuk melalui sela-sela dan lubang antara karang. Terdapat juga karang besar berlubang, yang seolah keberadaannya berfungsi sebagai penyaring, air yang masuk ke laguna hanyalah air laut yang bersih dan segar. Pasir putih lembut yang terhampar di sepanjang laguna hingga bukit karang memberi ruang bagi pengunjung untuk bermain dan menikmati tenangnya laguna. Bagi mereka yang bermalam dan mendirikan tenda di laguna ini akan mendapatkan kepuasan dengan memancing ikan laut, karena cukup banyak ikan kecil yang terbawa ombak dan akhirnya terperangkap di laguna ini.
Cagar alam yang indah ini memang masih terlindungi dan jauh dari jangkauan wisatawan pada umumnya. Pihak pemerintah yang mengawasi kawasan ini memang cukup ketat pada saat memberikan izin bagi para pengunjung. Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian habitat dan lingkungan sekitar Cagar Alam. Ada sedikit tips yang ingin kami bagi melalui tulisan ini, bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi pulau ini, bawalah perlengkapan yang bisa digunakan kembali dan jangan tinggalkan sampah sedikitpun. Menikmati keindahan alam dari daerah-daerah lokal yang masih alami bukan berarti kita kemudian lupa untuk menjaganya seperti milik kita sendiri.












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!