Merauke - Menjelang magrib, tiga tim petualang Aku Cinta Indonesia (ACI) tujuang eksloprasi Papua masih berkumpul di lobi Grand Kemang Hotel. Kami baru saja berdiskusi mengenai objek dan tempat-tempat menarik yang akan dieksplor oleh masing-masing tim. Malam ini, Senin, 11 Oktober 2010 merupakan hari yang sudah dinantikan kami semua. Tidak terkecuali saya dan Erwin yang tergabung dalam Group Papua 3. Inilah hari pertama petualangan kami berdua untuk menempuh hingga sepuluh jam penerbangan menuju negeri Black Diamond-Papua.
Ley, nanti kita langsung bertemu di bandara Soekarno-Hatta ya..., kata bang Leo saat menghubungi saya lewat handphone. Beliaulah yang akan menjadi pendamping kami untuk menjelajahi Papua mulai dari Merauke hingga ke perkampungan Suku Korowai. Leonando Padeatu, begitulah nama lengkapnya. Pemandu dari operator Indonesia Trekking ini sudah tidak diragukan lagi pengalamannya, terutama untuk wilayah Papua.
Seluruh tim eksplorasi Papua bersama-sama menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hanya selisih beberapa menit dengan bang Leo saat kami tiba di bandara. Kemudian kami makan malam sebelum melanjutkan perjalanan sesuai tujuan setiap tim. Selesai makan, Saya, Erwin dan bang Leo, lebih dulu pegi meninggalkan dua tim lainnya untuk boarding pass. Sekitar pukul 22.10 WIB, kami menuju Merauke, Papua, lepas landas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat tengah malam waktu setempat, pesawat transit di Bandara Internasional Sultan Hasanudin, Makasar. Suasana bandara yang besar, bersih dan nyaman membuat waktu transit satu jam terasa cepat. Sekitar pukul 02.37 WITA, kami melanjutkan penerbangan menuju Jayapura dengan pesawat Merpati lainnya. Waktu hampir menujukkan pukul 05.00 WIT, ketika Erwin membangunkan saya.
"Ley, lihat sunrise", katanya sambil menepuk pundak saya. Terlihat dari balik jendela pesawat warna kemerahan sinar matahari pertama dari timur Indonesia. Mentari pagi di atas Bumi Cendrawasih. Pesona Papua pun mulai membius kami. Hutan, pegunungan & sungai-sungai yang berkelok terlihat menakjubkan dari angkasa. Awan putih keperakan bagaikan gelombang permadani lembut yang menaungi belantaranya. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan.
Pesawat transit kembali hampir satu jam di Bandara Sentani, Jayapura pukul 07.25 WIT. Bandara Sentani yang yang terlihat sederhana nampak cukup bersih dan nyaman. Empat buah bangunan tradisional khas Papua menjadi ikon bandara. Pemandangan Gunung Cycloop yang hijau membuat bandara terlihat asri.
Kejutan lainnya yang tidak kalah cantiknya adalah pemandangan Danau Sentani dari ketinggian pesawat terbang. Kami dapat menyaksikan keindahan perpaduan antara danau dan perbukitan yang mengelilinginya dari angkasa, beberapa saat setelah pesawat lepas landas dari bandara Sentani.
Penerbangan Jayapura menuju Merauke tidak sampai satu jam. Sekali lagi kami berganti pesawat. Dalam penerbangan ke Merauke, dari dalam pesawat terlihat pegunungan Jayawijaya yang sebagian tertutup awan.
Pukul sebelas kurang seperempat, pesawat landing di bandara Mopah, Merauke. Dengan menggunakan taksi resmi bandara kami menuju ke penginapan. Muhammad Syukur, nama supir taksi yang kami gunakan. Orang asli ambon yang ramah. Perjalanan melalui jalan raya Mandala yang lengang terasa semakin singkat karena mendengar cerita-ceritanya. Kami diantarnya ke Hotel Nirmala di jalan raya Mandala 66. Hotel yang jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari bandara ini mempunyai fasilitas dan pelayanan yang baik dengan tarif tertinggi hampir Rp. 400.000/kamar. Setelah menempuh penerbangan panjang dari Jakarta, di Merauke inilah petualangan kami akan dimulai. Menjelajahi berjuta pesona dan keunikan bagian selatan Papua.
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar