Ada Apa dengan Gunung Nona?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Susan Stephanie|5147|SULBAR & SULSEL|50

Ada Apa dengan Gunung Nona?

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Selasa, 26 Apr 2011 10:40 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
pemandangan Gunung Nona
matahari mulai terbenam di sore hari
cahaya keemasan yang mulai turun menyinari Gunung Nona
pemandangan senja di sepanjang jajaran Gunung Nona
Ada Apa dengan Gunung Nona?
Ada Apa dengan Gunung Nona?
Ada Apa dengan Gunung Nona?
Ada Apa dengan Gunung Nona?
Jakarta -

Kalau nanti ke Toraja, jangan lupa mampir ke Enrekang ya!
Itu pesan salah satu teman yang asli orang Toraja sebelum kami berangkat menuju Sulawesi Selatan.
Nanti di Enrekang, jangan lupa mampir ke Gunung Nona ya!
Sambil tersenyum, muncul satu lagi pesan dari seorang teman.

Ada apa dengan Enrekang dan Gunung Nona ini?
Pertanyaan itu terjawab ketika kami meninggalkan Toraja untuk menuju ke kota Polewali, Sulawesi Barat.
Di kanan jalan terdapat Gunung Bambapuang yang menjulang tinggi, sementara di kiri jalan terdapat Gunung Buttu Kabobong, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Gunung Nona.
Dan kami pun langsung paham kenapa gunung ini disebut dengan Gunung Nona.

Banyak cerita menarik di balik sejarah dan asal usul kedua gunung ini dan masyarakat sangat menghormati tempat ini dan menyebutnya tempat suci.
Menurut mitosΒ  yang diyakini masyarakat setempat, Gunung Bambapuang merupakan tempat dimana pemerintahan dan peradaban manusia di Sulawesi Selatan bermula.
Tempat itu persisnya berada di Lura Bambapuang, salah satu area yang dialiri Sungai Saddang, sungai kedua terpanjang di Pulau Sulawesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pasangan Gunung Bambapuang dan Gunung Nona ini juga dipercaya sebagai tempat pertapaan bagi pasangan yang akan menikah.
Pihak laki-laki bertapa di Gunung Bambapuang dan pihak wanita bertapa di Gunung Nona.
Setelah bertapa, dipercaya kedua belah pihak akan mendapatkan petunjuk tentang pernikahan mereka.

Menikmati secangkir teh atau kopi hangat di kedai-kedai yang tersedia di lereng gunung, sambil menikmati pemandangan alam yang memukau di tempat ini, menjadi pilihan banyak wisatawan yang datang.
Terlebih pada sore hari ketika sinar matahari senja keemasan mulai menyinari, menambah keindahan tempat ini.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads