Hampir semua tempat petualangan kami di Kalimantan Barat adalah tempat yang menyajikan keunikan wisata budaya. Hanya satu tempat ini yang menjanjikan pengalaman yang berbeda dengan tempat lainnya. Kami akan melakukan wisata di tengah alam liar. Selama dua harmal (dua hari dua malam, pen) kami akan bermalam di tengah lebatnya hutan Taman nasional Betung Kerihun dengan menggunakan tenda. Saya boleh berbangga untuk menyatakan bahwa petualangan ini bukan petualangan biasa. Bagi Anda yang merasa tidak sanggup untuk bertahan di tengah alam liar, petualangan ini sangat tidak saya sarankan. Tapi bila Anda mau sedikit saja keluar dari zona nyaman, maka pengalaman yang sangat luar biasa ini pasti akan Anda dapatkan. Bagi saya pengalaman ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
Saya cukup sering bertualang di tengah gunung dan hutan. Sampai saat ini cukup banyak gunung di pulau Jawa yang sudah saya daki. Selama ini saya menganggap hutan identik dengan gunung. Sulit untuk menemukan hutan di pulau jawa bila bukan di gunung tempatnya. Tapi di Taman Nasional Betung Kerihun ini, saya menemukan hutan tanpa harus capek-capek mendaki. Hutan-hutan yang lebat dapat saya temui hanya dengan menyusuri sungai dengan aliran air sangat jernih. Saya yang biasanya mendirikan tenda di lebatnya pepohonan, kali ini dapat menikmati malam di pinggir sungai diterangi terangnya sinar rembulan. Sungguh petualangan yang sangat mengagumkan.
Tidak hanya suasana alamnya, keanekaragaman satwa juga menjadi daya tarik yang mempesona. Siang hari saya dapat melihat berbagai macam jenis burung yang berterbangan kesana kemari. Yang paling menakjubkan adalah saya dapat menyaksikan burung Enggang (Rangkong) yang menjadi simbol Kalimantan Barat. Burung yang termasuk dalam daftar apendiks satu bianatang yang dilindungi ini, terbang berkelompok dengan jarak yang tidak terlalu tinggi. Jadi saya dapat melihat dengan cukup jelas bentuk dan tingkah laku burung ini. Setelah mengamati beberapa kali, ternyata burung ini terbang bersama dalam satu keluarga. Biasanya terdiri dari tiga ekor yaitu ayah, ibu dan anaknya. Sebuah gambaran keluarga yang berbahagia. Mungkin pemerintah perlu mengganti simbol manusia dalam lambang program Keluarga Berencana dengan gambar burung yang sekarang hampir punah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain orang utan, masih banyak satwa liar lain yang terdapat di wilayah ini. Kancil, rusa dan babi hutan adalah hewan yang biasa ditemukan. Atau bahkan bila sedang beruntung, atau mungkin sial, kita dapat bertemu dengan beruang. Macan akar, yang terdapat di lambang kabupaten Kapuas Hulu pun masih dapat ditemui di tempat ini. Ini bukan omong kosong belaka, saya benar-benar mengalaminya. Meskipun sebenarnya pengalaman ini saya alami dengan derai air mata. Bagaimana tidak, saya melihat macan yang berukuran seikit lebih besar dari kucing ini dalam keadaan mati. Bukan oleh sebab-sebab yang alami tapi diburu oleh penduduk lokal yang menjadi juru mudi sampan yang kami tumpangi. Jujur saya marah, kekesalan pun coba saya ucapkan kepada mereka. Tapi jawaban lugu mereka membuat saya sedikit mengerti dan memahami. Binatang-binatang tersebut memang makanan mereka sehari-hari.
Wilayah hutan ini adalah toko serba ada bagi mereka. Segala macam kebutuhan hidup mereka terdapat di dalamnya. Menurut mereka tidak apa mengambil hasil hutan untuk dimanfaatkan. Asalkan sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan. Percakapan ini berlangsung saat masakan olahan buruan tadi sudah siap makan. Suku dayak memiliki budaya yang menghargai makanan. Mereka akan tersinggung bila kita menolak makanan yang mereka tawarkan. Dengan menahan kepedihan, saya terpaksa ikut makan.
Jangan pernah berpikir untuk menjadikan berburu dan memakan satwa liar yang dilindungi sebagai atraksi wisata yang patut dicoba. Kegiatan berburu ini seharusnya tidak dilakukan lagi. Tapi perlu dipikirkan sebuah cara agar kebutuhan penduduk asli tetap terpenuhi. Mungkin yang bisa dijadikan atraksi wisata adalah kegiatan berburunya saja. Tanpa harus membunuh binatang buruannya. Saya saja yang melihat cara berburu mereka terkesan akan keahlian melajacak dan membaca jejak mereka. Petualangan berpura-pura berburu pasti akan banyak diminati.












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!