Yang lebih mengejutkan, dua hari yang lalu sebelum keberangkatan (Kamis, 23 September) beredar beragam komentar sinis seputar program ACI di jaringan sosial yang spesifik mengarah ke salah satu sponsor pendukung acara yang dituding bertanggung jawab atas perusakan sebagian besar hutan Indonesia. Salah satu diantaranya adalah : Perusahaan yg kaya dari tangis pilu hutan Indonesia bisa sponsorin #ACI @detikcom keliling Indonesia: menyaksikan kehancuran hutan kita? Trenyuh juga tersindir tweet rekan sejawat ini.
Namun diatas segalanya, Saya hanya ingin berlibur gratis. Jawab saya kalem. Selama ini, saya terlampau sering travelling untuk urusan pekerjaan. kebetulan ada program ACI, saya ikut, dan lolos, mengapa tidak saya jalani. Tandas saya. Meski awalnya daftar lantaran iseng ngisi formulir, untuk itu jangan heran jika di profil nama yang tertulis adalah "Shreck". Proses seleksi djalani tanpa beban, semuanya cuman dilandasi semangat ingin liburan gratis.
Soal orang menuduh motif saya lain, itu terserah pikiran orang. Saya hanyalah manusia biasa yang masih bisa tergoda oleh pesona indahnya Nangroe Aceh Darussalam, jauhnya pulau weh, nikmatnya panas kopi Gayo hingga melihat eloknya kesenian budaya Didong. Saya berusaha jujur pada diri sendiri bahwa Β kesenangan yang gratis nan halal itu bukan dosa. Soal sponsor yang diributin, saya percaya ada yang lebih berwenang mengurusinya. Tuhan tidak buta dan saya hanya menjalani kodrat seorang manusia, berlibur gratis sungguh elegi hati berpartisipasi di ACI.
Β












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina