Jakarta - 18/10/2010
Β Β Β Beliau adalah salah satu sesepuh keturunan Dayak Wehea di Slambing ini. Umurnya 74 tahun. Pak Had namanya. Beliau inilah yang menemani kami berkeliling Hutan Lindung Sungai Wehea pagi tadi.
Β Β Β Bang Kris banyak bercerita tentang beliau ini. Salah satu yang bikin saya merinding adalah ketika bang Kris mengatakan bahwa Pak Had pernah memaan otak manusia sewaktu ia masih muda. Ya, beliaulah saksi peradaban generasi di suku Dayak Wehea ini. Beliau pernah mengikuti tradisi menjelang dewasa. Melakukan perburuan kepala manusia.
Β Β Β Tradisi perburuan kepala itu sendiri memang sudah terkenal di Indonesia dan hanya dapat ditemui di Kalimantan ini. Ini adalah tradisi sakral yang dilakukan para laki-laki yang baru beranjak dewasa dan ingin menikah. Biasanya, mereka dilarang tidur dan minum selama 12 hari sebelum melakukan perburuan kepala tersebut dimulai.Bang Kris sempat menunjukkan kerangka tengkorak manusia bekas tradisi tersebut yang masih tersimpan di rumahnya.Namum, saat era pak Soeharto, tradisi-tradisi ekstream di Indonesia dihapuskan, termasuk tradisi sakral ini. Mereka mengganti perburuan kepala manusia dengan berburu babi.
Β Β Β "Sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, ada salah satu pemuka adat yang meminta izin kepada saya untuk meneruskan tradisi itu kembali, tapi saya tolak mentah-mentah, ngeri juga kan kalo misalkan kepala saya yang diburu, saya juga kalo lagi trekking sama pak Had, saya pasti nanya dulu, 'pak kita teman kan?bukan musuh? gak neburu kepala saya kan?' ya takut aja pas di jalan saya malah jadi buruannya hahaha.." kami semua pun tertawa mendengar penjelasan Pak Edi, koordnator Hutan Lindung Sungai Wehea saat itu.
Β Β Β Namun siapa sangka, pak Had ang sudah renta begitu sering dijadikan pemandu perjalanan di hutan lindung tersebut. Staminanya tidak kalah dengan kami yang masih muda, bahkan beliau lebih hebat. Kekuatannya hanya satu, yaitu alat pancing yang beliau buat sendiri dari batang bambu dan selongsong rokok, amunisi terpenting ang suka ia lingkarka dilehernya. "beliau tuh gakpernah pisah sama rokoknya, ini nih di mututnya tuh kayak ada lubang khusus untuk menaruh satu batang rokok. Lagi bicara begini nih, rokok tuh gak pernah ia pegang ditangan, tetep aja di sela kedua bibirnya. Bahkan saat tidur, beliau juga masih tetep ngerokok, kuat banget itu rokok ckc.." jelas Pak Edi dengan nada candaan.
Β Β Β Tapi dari beliau yang tua ini lah, kita dapat belajar bagaimana cara melindungi dan menghargai hutan, minimal hutan di wilayahnya sendiri. Pak Had, saksi peradaban generasi Suku Dayak Wehea ..
Halida Agustini|1508|KALTIM 2|22
Pak Had, Saksi Hidup Dayak Wehea
Kamis, 09 Des 2010 09:47 WIB
Redaksi Detik Travel












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina