Di rumah saja bukan berarti harus bermalas-malasan. Contohlah ibu-ibu diaspora di Belanda ini. Saat lockdown mereka malah produktif bikin kue dan jajan pasar.
Terkait pandemi, bulan Desember 2020 kembali Belanda memberlakukan aturan lockdown yang kedua. Bahkan sejak seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 23 Januari diberlakukan jam malam di seantero Belanda, mulai jam 21.00 sampai 04.30 CET. Bahkan kami hanya diperkenankan menerima seorang tamu per hari.
Aturan yang membuat kami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Bersyukur di era teknologi digital ini, kami, para perantau atau diaspora, khususnya yg bermukim di Kota Utrecht, masih dapat bersilaturahmi virtual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat silaturahmi virtual lah, kami mengasah kreativitas selama di rumah. Di awal pandemi kami disibukkan dengan pembuatan dan penjualan masker untuk sekedar dipakai sendiri, untuk bantuan dan bahkan juga untuk amal.
Saat ini kami lebih sering berinteraksi dengan area dapur kami masing-masing. Akhirnya kami pun membuat tantangan membuat makanan cemilan, atau jajan pasar khas tanah air. Sebagian besar dari kami adalah para perempuan pekerja, sehingga tidak banyak waktu dihabiskan di dapur setiap harinya.
Namun ternyata pandemi membawa hikmah tersendiri, kami jadi lebih sering mencoba, dan praktek memasak beragam jajan pasar, yang mampu sedikit mengobati rasa rindu kami pada suasana kampung halaman di Indonesia.
Ternyata menyenangkan juga membuat beragam jenis jajanan pasar, sekaligus memperkenalkan cita rasanya pada suami, keluarga, bahkan tetangga sekitar kita. Anggap saja promosi makanan Indonesia di Belanda.
Biasanya menjelang weekend, salah satu dari kami mengunggah di WhatsApp groep, resep yang mau dibuat, terserah kami mau bikinnya kapan, disesuaikan dengan kesiapan masing-masing. Di saat semua restaurant di Belanda tutup, dan hanya bisa pesan secara terbatas, setidaknya kami masih bisa memanjakan lidah kami dengan jajanan pasar buatan sendiri.
Mulai dari martabak, lemper, kue bugis, onde-onde, gemblong atau getas, cakwe, cilok, cipuk, kue talam, tahu isi, bakpia pathuk dll. Senantiasa bersyukur di setiap keadaan.
Tetap ada hikmah di setiap kejadian, termasuk saat pandemi ini. Semoga Pandemi segera berakhir, dan kita semua beraktivitas normal kembali.
Alhamdulillah kami, para perantau ini, masih bisa bersilaturahmi virtual mempererat jalinan persaudaraan di negeri orang, serta bergotong royong saling membantu meringankan beban sesama saudara seperantauan.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia